Rusia Siap Pasok Sistem Pertahanan Udara di Pangkalan Sudan
Jum'at, 13 November 2020 - 15:35 WIB
MOSKOW - Rusia menyatakan siap memasok sistem pertahanan udara untuk pangkalan angkatan laut yang akan dibangun di Sudan .
Rusia mengungkapkan kesiapannya mengirim persenjataan dan peralatan militer untuk Sudan secara gratis dengan tujuan mempertahankan sistem pertahanan udara untuk pangkalan tersebut.
"Proyek tersebut bermula dari keinginan bersama Moskow dan Khartoum untuk memperkuat dan mengembangkan kerja sama militer guna meningkatkan kapasitas pertahanan kedua negara," papar pernyataan Rusia.
Moskow menambahkan, "Kehadiran pangkalan logistik angkatan laut Rusia di Sudan, yang ditetapkan untuk tujuan pertahanan, bertemu dengan tujuan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, dan tidak menimbulkan ancaman bagi negara lain." (Baca Juga: Lavrov: Biden Mungkin akan Mengekor Obama Soal Kebijakan Terhadap Rusia)
Rusia sebelumnya telah mengungkap draf kesepakatan dengan Khartoum untuk membangun pangkalan logistik angkatan laut di pantai Sudan, Laut Merah. (Lihat Infografis: KTT ASEAN Digelar di Tengah Pergolakan Kekuatan Global)
Rencana pangkalan angkatan laut itu akan mampu mengakomodasi 300 tentara dan pegawai seperti disebutkan dalam kesepakatan. “Kapal-kapal yang dilengkapi peralatan nuklir harus melaksanakan persyaratan keselamatan lingkungan dan nuklir,” ungkap isi proposal kesepakatan itu, dilansir Memo. (Lihat Video: Badai Topan Vamco Terjang Filipina, 32 Desa Terendam Banjir)
Tak lebih dari empat kapal dapat berlabuh di pangkalan itu secara bersamaan.
Perdana Menteri (PM) Rusia Mikhail Mishustin mengumumkan dalam pernyataan resmi bahwa draf kesepakatan yang awalnya dibahas dengan Sudan akan diajukan pada presiden Rusia.
Pernyataan itu menunjukkan bahwa Sudan telah menyetujui pembangunan pangkalan logistik angkatan laut itu di wilayahnya.
Sudan juga berjanji mengembangkan dan memodernisasi infrastruktur negaranya untuk merawat dan memasok kapal-kapal perang Rusia dan memberi layanan ramah pada para anggota krunya.
Jangka waktu perjanjian akan diperpanjang selama 25 tahun, dan akan diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu sepuluh tahun berturut-turut jika tidak ada pihak yang memberitahukan secara tertulis niatnya untuk mengakhiri perjanjian.
Pada 2017, Presiden Sudan yang digulingkan, Al-Bashir, mengunjungi Moskow dan menandatangani perjanjian untuk memodernisasi Angkatan Bersenjata Sudan dengan bantuan Rusia.
Menyusul deposisi Al-Bashir, tahun lalu otoritas baru Sudan mengonfirmasi komitmen Khartoum terhadap perjanjian politik, ekonomi, dan militer yang ditandatangani dengan Rusia.
Rusia juga mengirimkan penasihat militer dari waktu ke waktu ke negara-negara Afrika, sebagai bagian dari upaya memulihkan pengaruh yang pernah dipegangnya di wilayah tersebut, sebelum runtuhnya Uni Soviet lebih dari 30 tahun yang lalu.
Rusia mengungkapkan kesiapannya mengirim persenjataan dan peralatan militer untuk Sudan secara gratis dengan tujuan mempertahankan sistem pertahanan udara untuk pangkalan tersebut.
"Proyek tersebut bermula dari keinginan bersama Moskow dan Khartoum untuk memperkuat dan mengembangkan kerja sama militer guna meningkatkan kapasitas pertahanan kedua negara," papar pernyataan Rusia.
Moskow menambahkan, "Kehadiran pangkalan logistik angkatan laut Rusia di Sudan, yang ditetapkan untuk tujuan pertahanan, bertemu dengan tujuan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, dan tidak menimbulkan ancaman bagi negara lain." (Baca Juga: Lavrov: Biden Mungkin akan Mengekor Obama Soal Kebijakan Terhadap Rusia)
Rusia sebelumnya telah mengungkap draf kesepakatan dengan Khartoum untuk membangun pangkalan logistik angkatan laut di pantai Sudan, Laut Merah. (Lihat Infografis: KTT ASEAN Digelar di Tengah Pergolakan Kekuatan Global)
Rencana pangkalan angkatan laut itu akan mampu mengakomodasi 300 tentara dan pegawai seperti disebutkan dalam kesepakatan. “Kapal-kapal yang dilengkapi peralatan nuklir harus melaksanakan persyaratan keselamatan lingkungan dan nuklir,” ungkap isi proposal kesepakatan itu, dilansir Memo. (Lihat Video: Badai Topan Vamco Terjang Filipina, 32 Desa Terendam Banjir)
Tak lebih dari empat kapal dapat berlabuh di pangkalan itu secara bersamaan.
Perdana Menteri (PM) Rusia Mikhail Mishustin mengumumkan dalam pernyataan resmi bahwa draf kesepakatan yang awalnya dibahas dengan Sudan akan diajukan pada presiden Rusia.
Pernyataan itu menunjukkan bahwa Sudan telah menyetujui pembangunan pangkalan logistik angkatan laut itu di wilayahnya.
Sudan juga berjanji mengembangkan dan memodernisasi infrastruktur negaranya untuk merawat dan memasok kapal-kapal perang Rusia dan memberi layanan ramah pada para anggota krunya.
Jangka waktu perjanjian akan diperpanjang selama 25 tahun, dan akan diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu sepuluh tahun berturut-turut jika tidak ada pihak yang memberitahukan secara tertulis niatnya untuk mengakhiri perjanjian.
Pada 2017, Presiden Sudan yang digulingkan, Al-Bashir, mengunjungi Moskow dan menandatangani perjanjian untuk memodernisasi Angkatan Bersenjata Sudan dengan bantuan Rusia.
Menyusul deposisi Al-Bashir, tahun lalu otoritas baru Sudan mengonfirmasi komitmen Khartoum terhadap perjanjian politik, ekonomi, dan militer yang ditandatangani dengan Rusia.
Rusia juga mengirimkan penasihat militer dari waktu ke waktu ke negara-negara Afrika, sebagai bagian dari upaya memulihkan pengaruh yang pernah dipegangnya di wilayah tersebut, sebelum runtuhnya Uni Soviet lebih dari 30 tahun yang lalu.
(sya)
tulis komentar anda