Putin: Rusia Akan Terus Tingkatkan Senjata Nuklir karena Ada Ancaman
Rabu, 11 November 2020 - 00:27 WIB
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia akan terus meng-upgrade atau meningkatkan persenjataan nuklirnya mengingat situasi global saat ini dan ancaman yang ada.
"Mengingat risiko militer dan politik modern, kami akan lebih meningkatkan kekuatan nuklir strategis kami dan secara bertahap akan memperkuat semua komponennya," katanya.
"Rusia akan terus mempertahankan potensi nuklir militernya pada tingkat kecukupan yang diperlukan," ujarnya. (Baca: Azerbaijan Tembak Jatuh Helikopter Militer Rusia, 2 Tentara Tewas )
Putin menyatakan bahwa meskipun sifat ancaman berubah, triad nuklir tetap menjadi penjamin utama keamanan negara. Dia menyebut perluasan kehadiran militer NATO di dekat perbatasan Rusia sebagai salah satu tantangan utama yang dihadapi Moskow saat ini.
Orang nomor satu Rusia ini mengecam penolakan NATO untuk mengurangi aktivitas militernya di tengah pandemi virus corona, meskipun Rusia telah membuat permintaan seperti itu sebelumnya.
Presiden melanjutkan dengan memuji kemajuan yang telah dicapai Rusia tentang pengembangan senjata strategis dalam beberapa tahun terakhir. Dia mencatat bahwa banyak dari persenjataan tersebut tidak ada bandingannya di dunia dan kemungkinan besar akan tetap unik untuk tahun-tahun mendatang. (Baca juga: Trump Kalah Pilpres AS, Istri Pertama Menyebutnya Pecundang Buruk )
"Seperti yang telah saya katakan, ini untuk pertama kalinya dalam sejarah bahwa negara kita tidak mengejar seseorang, tetapi model perintis yang bertahun-tahun bahkan puluhan tahun di depan persaingan asing. Beberapa tidak memiliki persaingan dan, kemungkinan besar, tidak akan memiliki untuk waktu yang lama ke depan," imbuh dia, seperti dikutip Sputniknews, Rabu (11/11/2020).
Putin menekankan bahwa Rusia tidak berencana untuk terlibat dalam perlombaan senjata yang melelahkan, dan menambahkan bahwa hal itu tidak perlu dilakukan. Dia juga menyinggung masalah perjanjian New START yang akan berakhir pada Februari 2020, dengan mencatat bahwa masa depan perjanjian senjata nuklir penting dengan AS itu masih belum jelas.
"Dokumen ini memastikan tingkat transparansi yang diperlukan dari persenjataan, senjata nuklir strategis dan membatasi perlombaan (senjata) yang tidak terkendali," katanya.
Setelah pembicaraan tentang perpanjangan perjanjian New START untuk waktu yang lama berakhir dengan kebuntuan, Moskow dan Washington terlibat dalam negosiasi untuk mencapai perpanjangan satu tahun sementara untuk perjanjian pengendalian senjata. Namun, negosiasi tersebut sejauh ini juga gagal membuahkan hasil.
Rusia menawarkan untuk memperpanjang perjanjian itu selama setahun tanpa prasyarat, tetapi Gedung Putih menuntut kedua negara untuk membekukan persenjataan nuklir mereka selama perpanjangan perjanjian. Setelah Kremlin menerima kondisi ini, pembicaraan sekali lagi menemui jalan buntu atas tuntutan AS untuk mekanisme verifikasi yang lebih ekstensif untuk perjanjian tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyebut tuntutan AS tidak dapat diterima. "Karena pada dasarnya mereka mengharuskan Moskow untuk memberi AS akses ke elemen paling sensitif dari keamanan nasional kami," ujarnya, dengan mengecam Washington karena tidak mau menemukan kompromi yang dapat diterima.
"Mengingat risiko militer dan politik modern, kami akan lebih meningkatkan kekuatan nuklir strategis kami dan secara bertahap akan memperkuat semua komponennya," katanya.
"Rusia akan terus mempertahankan potensi nuklir militernya pada tingkat kecukupan yang diperlukan," ujarnya. (Baca: Azerbaijan Tembak Jatuh Helikopter Militer Rusia, 2 Tentara Tewas )
Putin menyatakan bahwa meskipun sifat ancaman berubah, triad nuklir tetap menjadi penjamin utama keamanan negara. Dia menyebut perluasan kehadiran militer NATO di dekat perbatasan Rusia sebagai salah satu tantangan utama yang dihadapi Moskow saat ini.
Orang nomor satu Rusia ini mengecam penolakan NATO untuk mengurangi aktivitas militernya di tengah pandemi virus corona, meskipun Rusia telah membuat permintaan seperti itu sebelumnya.
Presiden melanjutkan dengan memuji kemajuan yang telah dicapai Rusia tentang pengembangan senjata strategis dalam beberapa tahun terakhir. Dia mencatat bahwa banyak dari persenjataan tersebut tidak ada bandingannya di dunia dan kemungkinan besar akan tetap unik untuk tahun-tahun mendatang. (Baca juga: Trump Kalah Pilpres AS, Istri Pertama Menyebutnya Pecundang Buruk )
"Seperti yang telah saya katakan, ini untuk pertama kalinya dalam sejarah bahwa negara kita tidak mengejar seseorang, tetapi model perintis yang bertahun-tahun bahkan puluhan tahun di depan persaingan asing. Beberapa tidak memiliki persaingan dan, kemungkinan besar, tidak akan memiliki untuk waktu yang lama ke depan," imbuh dia, seperti dikutip Sputniknews, Rabu (11/11/2020).
Putin menekankan bahwa Rusia tidak berencana untuk terlibat dalam perlombaan senjata yang melelahkan, dan menambahkan bahwa hal itu tidak perlu dilakukan. Dia juga menyinggung masalah perjanjian New START yang akan berakhir pada Februari 2020, dengan mencatat bahwa masa depan perjanjian senjata nuklir penting dengan AS itu masih belum jelas.
"Dokumen ini memastikan tingkat transparansi yang diperlukan dari persenjataan, senjata nuklir strategis dan membatasi perlombaan (senjata) yang tidak terkendali," katanya.
Setelah pembicaraan tentang perpanjangan perjanjian New START untuk waktu yang lama berakhir dengan kebuntuan, Moskow dan Washington terlibat dalam negosiasi untuk mencapai perpanjangan satu tahun sementara untuk perjanjian pengendalian senjata. Namun, negosiasi tersebut sejauh ini juga gagal membuahkan hasil.
Rusia menawarkan untuk memperpanjang perjanjian itu selama setahun tanpa prasyarat, tetapi Gedung Putih menuntut kedua negara untuk membekukan persenjataan nuklir mereka selama perpanjangan perjanjian. Setelah Kremlin menerima kondisi ini, pembicaraan sekali lagi menemui jalan buntu atas tuntutan AS untuk mekanisme verifikasi yang lebih ekstensif untuk perjanjian tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyebut tuntutan AS tidak dapat diterima. "Karena pada dasarnya mereka mengharuskan Moskow untuk memberi AS akses ke elemen paling sensitif dari keamanan nasional kami," ujarnya, dengan mengecam Washington karena tidak mau menemukan kompromi yang dapat diterima.
(min)
tulis komentar anda