Dunia Berharap Besar kepada Biden
Senin, 09 November 2020 - 09:19 WIB
Namun demikian, Wendy Cutler, Wakil Presiden Asia Society Policy Institute, menilai pemerintahan Biden relatif mudah diprediksi dalam perdagangan. “Para penasihat politik Biden akan mengimplementasikan apa yang mereka pelajari dari tweet Trump sebelumnya,” ujarnya. Biden juga tidak akan menghidupkan kembali kemitraan Trans-Pasifik yang dulu dinegosiasikan pemerintahan Obama dan diabaikan Trump pada 2017.
Hal yang harus menjadi perhatian utama Biden adalah kebijakan masa depan China yang ingin menjadi penguasa dunia. Untuk itu, Biden juga harus tetap menjamin investasi domestik agar teknologi dan daya saing AS tidak kalah dengan China yang terus mengembangkan komputasi kuantum, kecerdasan buatan, dan 5G.
Michele Flournoy, kandidat kuat menteri pertahanan pada pemerintahan Biden, memperingatkan gangguan ekonomi disebabkan pandemi bisa berdampak pada penurunan anggaran pertahanan AS. Padahal, AS harus mampu mengatasi ancaman asing. (Baca juga: Penyakit Penyerta Covid-19 Perlu Diwaspadai)
“Jika militer AS mampu menenggelamkan semua kapal militer China, kapal selam, dan kapal dagang di Laut China Selatan dalam 72 jam, maka pemimpin China akan berpikir dua kali sebelum meluncurkan blokade atau invasi ke Taiwan,” katanya dilansir Foreign Affairs.
Kemudian, Kurt Campbell, mantan diplomat AS pada pemerintahan Obama, mengatakan Washington menghadapi kompetisi strategi dengan China. Itu juga sangat vital bagi AS untuk menggunakan pendekatan yang lebih solid. “Kita harus mendekati negara lain yang saat ini tidak kita miliki,” kata Campbell. “Apalagi bipatisan antar China dan Asia sangat penting. Tanpa keduanya, kita akan gagal,” sebutnya.
Sementara itu, para pemimpin negara Arab telah mengucapkan selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya. Namun, banyak pihak tetap sinis terhadap kebijakan luar negeri Biden. Biden menghadapi banyak tantangan di Timur Tengah. Mulai dari perang di Libya dan Yaman serta menjamin aliansi AS di Teluk kalau Washington akan melindungi mereka dari Iran. Apalagi Biden juga akan kembali menghidupkan kesepakatan nuklir dengan Iran yang akan membuat kecewa Arab Saudi.
Trump memang memiliki hubungan intens dengan para pemimpin di Arab Saudi, Mesir, dan Turki. Namun, Biden justru ingin menggunakan pendekatan hak asasi manusia.
Beberapa kritikus Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi berharap kebijakan AS akan berubah ketika Biden berkuasa. Sebelumnya, Biden mengkritik penangkapan aktivis politik dan berjanji tidak akan memberikan bantuan cek kepada pemimpin pendukung Trump. (Baca juga: Kemendagri: Perusahaan Fintech Wajib Lindungi Data Pribadi)
Namun, Sisi langsung mengucapkan selamat kepada Biden. Demikian juga pemimpin Irak, Uni Emirat Arab, dan Yordania. Presiden Lebanon Michel Aoun mengucapkan selamat kepada Biden berharap meningkatkan hubungan AS dan Lebanon.
Nabil Boumonsef, Deputi Pemimpin Redaksi An-Nahar, mengatakan Biden memang lebih fleksibel dan rasional. “Saya tidak memprediksi perubahan fundamental,” katanya.
Hal yang harus menjadi perhatian utama Biden adalah kebijakan masa depan China yang ingin menjadi penguasa dunia. Untuk itu, Biden juga harus tetap menjamin investasi domestik agar teknologi dan daya saing AS tidak kalah dengan China yang terus mengembangkan komputasi kuantum, kecerdasan buatan, dan 5G.
Michele Flournoy, kandidat kuat menteri pertahanan pada pemerintahan Biden, memperingatkan gangguan ekonomi disebabkan pandemi bisa berdampak pada penurunan anggaran pertahanan AS. Padahal, AS harus mampu mengatasi ancaman asing. (Baca juga: Penyakit Penyerta Covid-19 Perlu Diwaspadai)
“Jika militer AS mampu menenggelamkan semua kapal militer China, kapal selam, dan kapal dagang di Laut China Selatan dalam 72 jam, maka pemimpin China akan berpikir dua kali sebelum meluncurkan blokade atau invasi ke Taiwan,” katanya dilansir Foreign Affairs.
Kemudian, Kurt Campbell, mantan diplomat AS pada pemerintahan Obama, mengatakan Washington menghadapi kompetisi strategi dengan China. Itu juga sangat vital bagi AS untuk menggunakan pendekatan yang lebih solid. “Kita harus mendekati negara lain yang saat ini tidak kita miliki,” kata Campbell. “Apalagi bipatisan antar China dan Asia sangat penting. Tanpa keduanya, kita akan gagal,” sebutnya.
Sementara itu, para pemimpin negara Arab telah mengucapkan selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya. Namun, banyak pihak tetap sinis terhadap kebijakan luar negeri Biden. Biden menghadapi banyak tantangan di Timur Tengah. Mulai dari perang di Libya dan Yaman serta menjamin aliansi AS di Teluk kalau Washington akan melindungi mereka dari Iran. Apalagi Biden juga akan kembali menghidupkan kesepakatan nuklir dengan Iran yang akan membuat kecewa Arab Saudi.
Trump memang memiliki hubungan intens dengan para pemimpin di Arab Saudi, Mesir, dan Turki. Namun, Biden justru ingin menggunakan pendekatan hak asasi manusia.
Beberapa kritikus Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi berharap kebijakan AS akan berubah ketika Biden berkuasa. Sebelumnya, Biden mengkritik penangkapan aktivis politik dan berjanji tidak akan memberikan bantuan cek kepada pemimpin pendukung Trump. (Baca juga: Kemendagri: Perusahaan Fintech Wajib Lindungi Data Pribadi)
Namun, Sisi langsung mengucapkan selamat kepada Biden. Demikian juga pemimpin Irak, Uni Emirat Arab, dan Yordania. Presiden Lebanon Michel Aoun mengucapkan selamat kepada Biden berharap meningkatkan hubungan AS dan Lebanon.
Nabil Boumonsef, Deputi Pemimpin Redaksi An-Nahar, mengatakan Biden memang lebih fleksibel dan rasional. “Saya tidak memprediksi perubahan fundamental,” katanya.
tulis komentar anda