Grup Facebook Stop the Steal Serukan 'Angkat Senjata' Jika Trump Kalah

Sabtu, 07 November 2020 - 17:14 WIB
Facebook menutup grup Stop The Steal karena menyerukan aksi kekerasan. Foto/NDTV
SAN FRANCISCO - Sebelum Facebook menutupgrup "Stop the Steal" (Hentikan Pencurian) yang berkembang pesat pada hari Kamis, forum tersebut menampilkan seruan bagi anggotanya untuk menyiapkan senjata mereka jika Presiden Donald Trump kehilangan kursinya di Gedung Putih.

Saat menonaktifkan grup tersebut, Facebook lantas mengutip upaya forum itu untuk mendelegitimasi proses pemilihan presiden (pilpres) dan mengkhawatirkan seruan aksi kekerasan dari beberapa anggotanya.

Retorika seperti itu tidak jarang terjadi menjelang pilpres di Grup Facebook, pendorong utama keterlibatan jaringan sosial terbesar di dunia, tetapi tidak selalu mendapatkan perlakuan yang sama.



Sebuah survei terhadap Grup Facebook yang berbasis di Amerika Serikat (AS) antara September dan Oktober yang dilakukan oleh perusahaan intelijen digital CounterAction atas permintaan Reuters menemukan retorika dengan nada kekerasan di ribuan grup publik yang berorientasi politik dengan jutaan anggota.

Variasi dari dua puluh frasa yang dapat dikaitkan dengan seruan untuk kekerasan, seperti "lock and load" dan "kita membutuhkan perang saudara," muncul bersama dengan referensi hasil pemilu di sekitar 41.000 kejadian di Grup Facebook publik yang berbasis di AS selama periode bulan keduanya.

Menurut CounterAction, frasa lain, seperti "tembak mereka" dan "bunuh mereka semua," digunakan dalam grup publik masing-masing setidaknya 7.345 kali dan 1.415 kali. "Gantung dia" muncul 8.132 kali. "Saatnya mulai menembak, teman-teman," bunyi satu komentar seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (7/11/2020).(Baca juga: Kesal Kerap Disensor, Donald Trump: Twitter di Luar Kendali! )

Facebook mengatakan sedang meninjau temuan CounterAction, yang dibagikan Reuters dengan perusahaan itu, dan akan mengambil tindakan untuk menegakkan kebijakan yang mengurangi kerugian dunia nyata dan kerusuhan sipil, termasuk di Grup, menurut pernyataan yang diberikan oleh juru bicara Dani Lever.

Perusahaan menolak untuk mengatakan apakah contoh yang dibagikan oleh Reuters melanggar aturannya atau mengatakan di mana ia menarik garis dalam memutuskan apakah frase menghasut atau memfasilitasi kekerasan serius, yang, menurut kebijakannya, menjadi dasar untuk dihapus sebuah grup.

Jaksa penuntut telah mengaitkan beberapa plot milisi yang mengganggu ke Grup Facebook tahun ini, termasuk rencana serangan terhadap pengunjuk rasa Black Lives Matters di Las Vegas dan skema untuk menculik gubernur Michigan.

Untuk mengatasi kekhawatiran, Facebook mengumumkan perubahan kebijakan sejak musim panas yang bertujuan untuk mengekang "gerakan sosial militer," termasuk milisi AS, jaringan Boogaloo dan gerakan konspirasi QAnon.

Dikatakan Facebook telah menghapus 14.200 grup atas dasar perubahan kebijakan tersebut sejak Agustus.(Baca juga: USA Today Tolak Tayangkan Pernyataan Trump yang Klaim Pilpres AS Dicurangi )

Ketika tekanan pada perusahaan semakin meningkat menjelang pemilihan, Mark Zuckerberg mengatakan Facebook akan menghentikan rekomendasi untuk kelompok politik dan kelompok baru, meskipun tindakan itu tidak mencegah kelompok "Stop the Steal" untuk membengkak menjadi lebih dari 365.000 anggota dalam waktu kurang dari 24 jam.

Facebook telah mempromosikan Grup secara agresif sejak Mark Zuckerberg menjadikan mereka prioritas strategis pada tahun 2017, dengan mengatakan bahwa mereka akan mendorong lebih banyak "koneksi yang bermakna", dan tahun ini menampilkan bisnis tersebut dalam iklan Super Bowl.

Facebook juga telah meningkatkan promosi Grup dalam umpan berita dan hasil mesin pencari bulan lalu, bahkan ketika organisasi hak sipil memperingatkan plafrom media sosial itu telah menjadi tempat berkembang biak ekstremisme dan informasi yang salah.

Grup publik dapat dilihat, dicari, dan diikuti oleh siapa saja di Facebook. Grup juga menawarkan opsi pribadi yang menyembunyikan postingan - atau keberadaan forum - bahkan ketika grup memiliki ratusan ribu anggota.

Facebook mengatakan sangat bergantung pada kecerdasan buatan untuk memantau forum, terutama grup pribadi, yang menghasilkan sedikit laporan pengguna tentang perilaku buruk karena anggotanya cenderung berpikiran sama, untuk menandai postingan yang dapat menghasut tindakan kekerasan kepada pengulas konten.

Meskipun penggunaan bahasa kekerasan tidak selalu sama dengan ancaman yang dapat ditindaklanjuti, Matthew Hindman, seorang pakar pembelajaran mesin dan media di Universitas George Washington yang meninjau hasilnya, mengatakan kecerdasan buatan Facebook seharusnya dapat memilih istilah umum untuk ditinjau.(Baca juga: Panik dengan Hasil Pilpres AS, Donald Trump Jr Serukan Perang Total )

“Jika Anda masih menemukan ribuan kasus 'tembak mereka' dan 'ambil tali,' Anda sedang melihat masalah sistemik. Tidak mungkin sistem pembelajaran mesin modern akan melewatkan hal seperti itu," katanya.
(ber)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More