Turki Siap Kerja Sama dengan Siapa Saja Pemenang Pilpres AS
Sabtu, 07 November 2020 - 02:03 WIB
ANKARA - Turki siap bekerja sama dengan siapa pun yang menang pemilu Amerika Serikat (AS), meski persahabatan dengan Presiden Donald Trump mengalami masa sulit.
"Terlepas dari kandidat mana yang menjabat di AS, kami akan melakukan pendekatan yang tulus untuk meningkatkan hubungan kami," ungkap Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu.
Kemitraan yang telah berlangsung puluhan tahun antara sekutu NATO telah mengalami konflik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima tahun terakhir karena ketidaksepakatan tentang kebijakan Suriah, hubungan Ankara yang lebih dekat dengan Moskow, ambisi Turki di Mediterania timur, tuduhan AS terhadap bank negara Turki dan terkikisnya hak asasi manusia (HAM) di Turki.
Cavusoglu mengatakan Turki telah bekerja sama dengan pemerintahan AS dari Partai Demokrat dan Republik serta mengatasi berbagai kesulitan dengan keduanya. (Baca Juga: ABC, CBS, NBC Potong Siaran Konferensi Pers Trump tentang Pemilu)
Dia berbicara ketika kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden unggul tipis atas Presiden Donald Trump di negara bagian Georgia, yang menempatkan Gedung Putih dalam jangkauan Biden. Saat ini sejumlah negara bagian masih terus menghitung suara. (Lihat Infografis: Andai Biden Mengunci Suara Nevada, Selesai Sudah Pilpres AS)
Washington telah mengancam memberi sanksi kepada Turki karena membeli sistem pertahanan rudal Rusia, tetapi pemerintahan Trump telah menghindari pemberian sanksi. (Lihat Video: Unjuk Rasa Pro-Donald Trump Berlangsung di Luar Pusat Pemilihan)
“Tentu saja tiap individu punya dampak, positif dan negatif. Persahabatan yang tulus antara presiden kami dan Tuan Trump berlanjut melalui masa-masa yang paling sulit,” papar Cavusoglu.
Para pengamat mengatakan hubungan bilateral Turki bisa terganggu jika Biden menjadi presiden AS. Mata uang Turki, lira, yang sudah diperdagangkan pada rekor terendah terhadap dolar, bisa mendapat lebih banyak tekanan.
Namun pembantu utama Erdogan, Wakil Presiden Fuat Oktay, mengatakan Ankara tidak takut dengan sanksi AS.
“Tidak ada negara, termasuk Amerika, yang memiliki kesempatan mengimplementasikan kebijakan luar negeri, program atau kebijakan di wilayah tersebut, yang terlepas dari Turki atau dengan mengecualikan Turki,” papar Oktay kepada stasiun penyiaran A Haber.
“Turki bukan lagi negara yang mengkerut, atau takut, berbagai sanksi. Sanksi akan semakin meningkatkan tekad dan tekad kami,” tutur dia.
"Terlepas dari kandidat mana yang menjabat di AS, kami akan melakukan pendekatan yang tulus untuk meningkatkan hubungan kami," ungkap Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu.
Kemitraan yang telah berlangsung puluhan tahun antara sekutu NATO telah mengalami konflik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima tahun terakhir karena ketidaksepakatan tentang kebijakan Suriah, hubungan Ankara yang lebih dekat dengan Moskow, ambisi Turki di Mediterania timur, tuduhan AS terhadap bank negara Turki dan terkikisnya hak asasi manusia (HAM) di Turki.
Cavusoglu mengatakan Turki telah bekerja sama dengan pemerintahan AS dari Partai Demokrat dan Republik serta mengatasi berbagai kesulitan dengan keduanya. (Baca Juga: ABC, CBS, NBC Potong Siaran Konferensi Pers Trump tentang Pemilu)
Dia berbicara ketika kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden unggul tipis atas Presiden Donald Trump di negara bagian Georgia, yang menempatkan Gedung Putih dalam jangkauan Biden. Saat ini sejumlah negara bagian masih terus menghitung suara. (Lihat Infografis: Andai Biden Mengunci Suara Nevada, Selesai Sudah Pilpres AS)
Washington telah mengancam memberi sanksi kepada Turki karena membeli sistem pertahanan rudal Rusia, tetapi pemerintahan Trump telah menghindari pemberian sanksi. (Lihat Video: Unjuk Rasa Pro-Donald Trump Berlangsung di Luar Pusat Pemilihan)
“Tentu saja tiap individu punya dampak, positif dan negatif. Persahabatan yang tulus antara presiden kami dan Tuan Trump berlanjut melalui masa-masa yang paling sulit,” papar Cavusoglu.
Para pengamat mengatakan hubungan bilateral Turki bisa terganggu jika Biden menjadi presiden AS. Mata uang Turki, lira, yang sudah diperdagangkan pada rekor terendah terhadap dolar, bisa mendapat lebih banyak tekanan.
Namun pembantu utama Erdogan, Wakil Presiden Fuat Oktay, mengatakan Ankara tidak takut dengan sanksi AS.
“Tidak ada negara, termasuk Amerika, yang memiliki kesempatan mengimplementasikan kebijakan luar negeri, program atau kebijakan di wilayah tersebut, yang terlepas dari Turki atau dengan mengecualikan Turki,” papar Oktay kepada stasiun penyiaran A Haber.
“Turki bukan lagi negara yang mengkerut, atau takut, berbagai sanksi. Sanksi akan semakin meningkatkan tekad dan tekad kami,” tutur dia.
(sya)
tulis komentar anda