Biden Semakin Sulit Dikejar dengan 237 Suara, Trump 210 Suara
Rabu, 04 November 2020 - 12:56 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampaknya semakin kesulitan mengejar ketertinggalan dengan mengumpulkan 210 suara electoral sejauh ini.
Adapun kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden terus memimpin dengan menguasai 237 suara electoral.
Diperlukan 270 suara electoral untuk memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat (AS). Kini Biden hanya tinggal beberapa langkah lagi merebut Gedung Putih dari Trump.
Untuk suara populer, Biden mendapatkan 61 juta suara dan Trump memperoleh 60 juta suara, menurut data terbaru Fox News dan The Guardian. (Baca Juga: Jill Biden atau Melania Trump, Siapa Ibu Negara AS Selanjutnya?)
Perolehan suara terus bertambah karena masih ada beberapa negara bagian yang belum selesai melakukan penghitungan. (Lihat Infografis: Donald Trump Atau Joe Biden? Menuju Gedung Putih)
Biden menang di Colorado dan mendapatkan sembilan suara electoral. Di Distrik Columbia, Biden mendapatkan tiga suara electoral. Dia juga memenangkan Minnesota, Hawaii, Arizona, Washington, Oregon, California, New Hampshire, Colorado, Rhode Island, New Jersey, New York dan New Mexico.
Donald Trump menambah suara dengan memenangkan Texas, Iowa, Ohio, Florida, Idaho, Utah, South Carolina, Kansas, Arkansas, North Dakota, South Dakota, Wyoming, Louisiana dan Nebraska. Kemenangan ini sudah diprediksi sebelumnya dalam berbagai survei.
Dengan demikian, Trump menambah kemenangan setelah sebelumnya menguasai Oklahoma, Tennessee, Mississippi dan Alabama.
Joe Biden telah memenangkan Delaware, tempat tinggalnya. Calon presiden dari Partai Demokrat itu meraih kemenangan di Rhode Island, New Jersey, Massachussetts, Maryland, Illinois, Delaware, dan Connecticut.
Joe Biden memenangkan Virginia dan meraih 13 electoral yang diperebutkan di sana. Virginia merupakan swing state saat kampanye Barack Obama pada 2008 dan 2012, tapi telah menjadi kandang Partai Demokrat dalam beberapa tahun terakhir.
Tak mau ketinggalan, Donald Trump raih kemenangan di West Virginia. Kemenangan Trump di sana tak mengejutkan. Trump pun mendapat tambahan lima suara electoral.
Trump juga memenangkan South Carolina dan mendapat tambahan sembilan suara electoral. Trump pun unggul di Oklahoma, Tennessee, Missisippi, dan Alabama.
Beberapa saat setelah pemungutan suara ditutup di Kentucky, AP mendeklarasikan Donald Trump memenangkan delapan suara electoral di sana.
Kemenangan Trump di Kentucky sudah diprediksi sebelumnya. Tak hanya di Kentucky, Trump juga menang di Indiana menurut laporan Reuters. Di Indiana, Trump meraih 11 suara electoral.
Adapun Joe Biden telah mengamankan kemenangan pertamanya di Vermont yang menyediakan tiga suara electoral. Ini menjadi kemenangan perdananya.
Pesta demokrasi kali ini memang berbeda dari sebelumnya karena selama kampanye rakyat AS mengalami polarisasi yang sangat dalam.
Masker wajah yang dikenakan banyak pemilih dan toko-toko yang ditutup papan di beberapa pusat kota menjadi pengingat dua masalah besar yang membentuk pemilu 2020, yakni COVID-19 dan kerusuhan saat protes mengecam kebrutalan polisi dan rasisme.
Sejumlah kelompok hak-hak sipil mengatakan mereka sedang memantau tanda-tanda tekanan pada pemilih. Lembaga penegak hukum juga waspada terhadap gangguan selama pemungutan suara. Namun ketakutan terburuk mereka tidak terjadi hingga sore hari waktu setempat.
Lihat Juga: Izin Penggunaan Rudal Jarak Jauh Jadi Warisan Perang bagi Trump, Berikut 4 Konsekuensinya
Adapun kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden terus memimpin dengan menguasai 237 suara electoral.
Diperlukan 270 suara electoral untuk memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat (AS). Kini Biden hanya tinggal beberapa langkah lagi merebut Gedung Putih dari Trump.
Untuk suara populer, Biden mendapatkan 61 juta suara dan Trump memperoleh 60 juta suara, menurut data terbaru Fox News dan The Guardian. (Baca Juga: Jill Biden atau Melania Trump, Siapa Ibu Negara AS Selanjutnya?)
Perolehan suara terus bertambah karena masih ada beberapa negara bagian yang belum selesai melakukan penghitungan. (Lihat Infografis: Donald Trump Atau Joe Biden? Menuju Gedung Putih)
Biden menang di Colorado dan mendapatkan sembilan suara electoral. Di Distrik Columbia, Biden mendapatkan tiga suara electoral. Dia juga memenangkan Minnesota, Hawaii, Arizona, Washington, Oregon, California, New Hampshire, Colorado, Rhode Island, New Jersey, New York dan New Mexico.
Donald Trump menambah suara dengan memenangkan Texas, Iowa, Ohio, Florida, Idaho, Utah, South Carolina, Kansas, Arkansas, North Dakota, South Dakota, Wyoming, Louisiana dan Nebraska. Kemenangan ini sudah diprediksi sebelumnya dalam berbagai survei.
Dengan demikian, Trump menambah kemenangan setelah sebelumnya menguasai Oklahoma, Tennessee, Mississippi dan Alabama.
Joe Biden telah memenangkan Delaware, tempat tinggalnya. Calon presiden dari Partai Demokrat itu meraih kemenangan di Rhode Island, New Jersey, Massachussetts, Maryland, Illinois, Delaware, dan Connecticut.
Joe Biden memenangkan Virginia dan meraih 13 electoral yang diperebutkan di sana. Virginia merupakan swing state saat kampanye Barack Obama pada 2008 dan 2012, tapi telah menjadi kandang Partai Demokrat dalam beberapa tahun terakhir.
Tak mau ketinggalan, Donald Trump raih kemenangan di West Virginia. Kemenangan Trump di sana tak mengejutkan. Trump pun mendapat tambahan lima suara electoral.
Trump juga memenangkan South Carolina dan mendapat tambahan sembilan suara electoral. Trump pun unggul di Oklahoma, Tennessee, Missisippi, dan Alabama.
Beberapa saat setelah pemungutan suara ditutup di Kentucky, AP mendeklarasikan Donald Trump memenangkan delapan suara electoral di sana.
Kemenangan Trump di Kentucky sudah diprediksi sebelumnya. Tak hanya di Kentucky, Trump juga menang di Indiana menurut laporan Reuters. Di Indiana, Trump meraih 11 suara electoral.
Adapun Joe Biden telah mengamankan kemenangan pertamanya di Vermont yang menyediakan tiga suara electoral. Ini menjadi kemenangan perdananya.
Pesta demokrasi kali ini memang berbeda dari sebelumnya karena selama kampanye rakyat AS mengalami polarisasi yang sangat dalam.
Masker wajah yang dikenakan banyak pemilih dan toko-toko yang ditutup papan di beberapa pusat kota menjadi pengingat dua masalah besar yang membentuk pemilu 2020, yakni COVID-19 dan kerusuhan saat protes mengecam kebrutalan polisi dan rasisme.
Sejumlah kelompok hak-hak sipil mengatakan mereka sedang memantau tanda-tanda tekanan pada pemilih. Lembaga penegak hukum juga waspada terhadap gangguan selama pemungutan suara. Namun ketakutan terburuk mereka tidak terjadi hingga sore hari waktu setempat.
Lihat Juga: Izin Penggunaan Rudal Jarak Jauh Jadi Warisan Perang bagi Trump, Berikut 4 Konsekuensinya
(sya)
tulis komentar anda