Hari Pemilu AS Berjalan Lancar, Sejauh Ini Tanpa Kerusuhan
Rabu, 04 November 2020 - 07:30 WIB
WASHINGTON - Jutaan warga Amerika Serikat (AS) menunggu dengan sabar untuk memberikan suara di perpustakaan, sekolah, dan arena di penjuru negeri pada Selasa (3/11).
Pesta demokrasi kali ini memang berbeda dari sebelumnya karena selama kampanye rakyat AS mengalami polarisasi yang sangat dalam.
Masker wajah yang dikenakan banyak pemilih dan toko-toko yang ditutup papan di beberapa pusat kota menjadi pengingat dua masalah besar yang membentuk pemilu 2020, yakni COVID-19 dan kerusuhan saat protes mengecam kebrutalan polisi dan rasisme.
Sejumlah kelompok hak-hak sipil mengatakan mereka sedang memantau tanda-tanda tekanan pada pemilih. Lembaga penegak hukum juga waspada terhadap gangguan selama pemungutan suara. Namun ketakutan terburuk mereka tidak terjadi hingga sore hari waktu setempat. (Baca Juga: Jill Biden atau Melania Trump, Siapa Ibu Negara AS Selanjutnya?)
Di New York City, beberapa antream pemilih tampak mengular di sekitar blok, tetapi di banyak tempat, dari Los Angeles ke Detroit dan Atlanta, antrean lebih pendek atau tidak terjadi antrean. (Lihat Infografis: Donald Trump Atau Joe Biden? Menuju Gedung Putih)
Petugas pemungutan suara menduga ini karena gelombang pemungutan suara awal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 100 juta surat suara sudah diberikan sebelum Hari Pemilu, satu rekor baru yang bisa memperpanjang pengumuman hasil pemilu kali ini. (Lihat Video: Pilpres Amerika Juga Penentu Siapa Penguasa Senat dan DPR)
Elsa Avalos, 79, meninggalkan tempat pemungutan suara pada Selasa pagi setelah memberikan suara dengan suaminya di Huntington Park di California Selatan.
“Setiap pemilu kami memilih. Kami telah melakukan tugas kami. Aku takut kami akan antre panjang hari ini, tapi tidak ada," ujarnya pada Reuters.
Pesta demokrasi kali ini memang berbeda dari sebelumnya karena selama kampanye rakyat AS mengalami polarisasi yang sangat dalam.
Masker wajah yang dikenakan banyak pemilih dan toko-toko yang ditutup papan di beberapa pusat kota menjadi pengingat dua masalah besar yang membentuk pemilu 2020, yakni COVID-19 dan kerusuhan saat protes mengecam kebrutalan polisi dan rasisme.
Sejumlah kelompok hak-hak sipil mengatakan mereka sedang memantau tanda-tanda tekanan pada pemilih. Lembaga penegak hukum juga waspada terhadap gangguan selama pemungutan suara. Namun ketakutan terburuk mereka tidak terjadi hingga sore hari waktu setempat. (Baca Juga: Jill Biden atau Melania Trump, Siapa Ibu Negara AS Selanjutnya?)
Di New York City, beberapa antream pemilih tampak mengular di sekitar blok, tetapi di banyak tempat, dari Los Angeles ke Detroit dan Atlanta, antrean lebih pendek atau tidak terjadi antrean. (Lihat Infografis: Donald Trump Atau Joe Biden? Menuju Gedung Putih)
Petugas pemungutan suara menduga ini karena gelombang pemungutan suara awal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 100 juta surat suara sudah diberikan sebelum Hari Pemilu, satu rekor baru yang bisa memperpanjang pengumuman hasil pemilu kali ini. (Lihat Video: Pilpres Amerika Juga Penentu Siapa Penguasa Senat dan DPR)
Elsa Avalos, 79, meninggalkan tempat pemungutan suara pada Selasa pagi setelah memberikan suara dengan suaminya di Huntington Park di California Selatan.
“Setiap pemilu kami memilih. Kami telah melakukan tugas kami. Aku takut kami akan antre panjang hari ini, tapi tidak ada," ujarnya pada Reuters.
tulis komentar anda