Krisis Makam Bikin Muslim Prancis Frustrasi di Tengah Pandemi COVID-19
Rabu, 15 April 2020 - 21:52 WIB
Ritual memandikan jenazah harus dikurangi karena kekhawatiran hal itu bisa menyebarkan virus. Demikian pula, pertemuan harus dikurangi secara signifikan. Masjid-masjid telah ditutup di Prancis, seperti halnya di seluruh dunia.
Ketakutan terbesar para pemimpin Muslim Prancis adalah jenazah-jenazah tersebut dikremasi tanpa kehadiran keluarga, meskipun hal ini telah dikesampingkan oleh otoritas Prancis. Dalam skenario terburuk, dibuat kelonggaran bagi jenazah dikubur di luar pemakaman Muslim untuk digali dan dikuburkan kembali sesuai dengan tradisi setelah krisis berakhir.
Sepanjang krisis COVID-19 di Prancis, para pemimpin Muslim telah menegaskan kembali perlunya solidaritas dengan otoritas Prancis dan mendesak mempertahankan kehidupan di atas setiap prioritas lainnya.
Pada hari Senin Prancis mengumumkan akan memperpanjang lockdown untuk mengekang wabah virus Corona hingga 11 Mei. Macron mengatakan kemajuan telah dibuat terhadap pandemi tetapi pertempuran belum dimenangkan.
"Selama empat minggu ke depan, aturan harus dihormati," kata Presiden Macron dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara.
Dia mengatakan bahwa pada 11 Mei, Prancis akan dapat menguji setiap warga negara yang menunjukkan gejala COVID-19.
Ketakutan terbesar para pemimpin Muslim Prancis adalah jenazah-jenazah tersebut dikremasi tanpa kehadiran keluarga, meskipun hal ini telah dikesampingkan oleh otoritas Prancis. Dalam skenario terburuk, dibuat kelonggaran bagi jenazah dikubur di luar pemakaman Muslim untuk digali dan dikuburkan kembali sesuai dengan tradisi setelah krisis berakhir.
Sepanjang krisis COVID-19 di Prancis, para pemimpin Muslim telah menegaskan kembali perlunya solidaritas dengan otoritas Prancis dan mendesak mempertahankan kehidupan di atas setiap prioritas lainnya.
Pada hari Senin Prancis mengumumkan akan memperpanjang lockdown untuk mengekang wabah virus Corona hingga 11 Mei. Macron mengatakan kemajuan telah dibuat terhadap pandemi tetapi pertempuran belum dimenangkan.
"Selama empat minggu ke depan, aturan harus dihormati," kata Presiden Macron dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara.
Dia mengatakan bahwa pada 11 Mei, Prancis akan dapat menguji setiap warga negara yang menunjukkan gejala COVID-19.
(ber)
tulis komentar anda