Jaringan Kesehatan Global di Era Pasca-Pandemi Perlu Menerima Partisipasi Taiwan
Selasa, 27 Oktober 2020 - 16:31 WIB
TAIWAN - Sejak pandemi COVID-19 melanda, jumlah kumulatif kasus yang dikonfirmasi telah mendekati 40 juta, di mana lebih dari 1 juta jiwa telah meninggal dunia. Hal ini berdampak besar pada politik, ekonomi, perdagangan, keuangan, dan lapangan kerja secara global.
Taiwan menanggapi ancaman pandemi ini dengan melakukan upaya tindakan yang cepat sejak awal, dan beroperasi melalui sistem komando profesional, langkah-langkah pengendalian perbatasan yang ketat, produksi dan distribusi pasokan bahan pencegahan pandemi yang tepat, karantina rumah serta kontrol perawatan, penggunaan yang tepat dari sistem informasi ilmiah dan teknologi informasi yang transparan dan terbuka.
(Baca: Pekan Industri Budaya dan Kreatif Indonesia-Taiwan Mengusung 4 Tema )
Langkah pengendalian yang baik ini berhasil menekan dampak pandemi. Hingga 7 Oktober 2020, sebanyak 523 kasus terkonfirmasi dan 7 orang meninggal dunia. Sebagian besar warga tetap bisa menjalankan kehidupan normal.
Dari pandemi COVID-19 ini, kita kembali menyadari bahwa penyakit menular tidak mengenal batas negara. Virus tidak akan menjadi berbeda karena perbedaan politik, ras, agama, dan budaya. Setiap negara harus berjuang melawan ancaman penyakit yang muncul tanpa membedakan antara satu sama lain.
Taiwan melalui "COVID-19 Professional Forum", "Global Cooperation and Training Framework (GCTF)", "APEC Health and Economic High-level Conference" dan konferensi online bilateral lainnya untuk berbagi tindakan pencegahan "Model Taiwan" dengan para pejabat kesehatan dan pencegahan wabah, pakar dan akademisi dari berbagai negara. Taiwan juga menyediakan peralatan medis dan pasokan anti pandemi ke negara lain yang sangat membutuhkan.
(Baca: RI-Taiwan Bahas Prospek Kerja Sama Dagang dan Ekonomi Pascapandemi )
Sampai Juni 2020, Taiwan telah menyumbangkan 51 juta masker bedah, 1.16 juta masker N95, 600.000 baju isolasi, 35.000 thermogun, dan peralatan medis lainnya ke lebih dari 80 negara. Melalui ujian bencana pandemi ini, telah dipastikan bahwa Taiwan tidak dapat dikecualikan dari jaringan kesehatan global, dan WHO tidak dapat mengecualikan Taiwan.
“Kami menyerukan kepada WHO dan pihak-pihak terkait untuk memperhatikan kontribusi jangka panjang Taiwan terhadap kesehatan global dan pencegahan pandemi serta hak asasi kesehatan. Dengan tegas mendukung masuknya Taiwan ke dalam WHO, mengizinkan Taiwan untuk berpartisipasi penuh dalam pertemuan, mekanisme dan kegiatan WHO, dan bekerja sama dengan negara-negara di seluruh dunia untuk menerapkan Piagam WHO,” tegas Chen Shih-chung, Menteri Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, seperti tertuang dalam rilis yang diterima Sindonews.
"Kesehatan adalah hak asasi manusia dan tujuan pembangunan jangka panjang Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu "Jangan meninggalkan siapapun",” lanjutnya.
Taiwan menanggapi ancaman pandemi ini dengan melakukan upaya tindakan yang cepat sejak awal, dan beroperasi melalui sistem komando profesional, langkah-langkah pengendalian perbatasan yang ketat, produksi dan distribusi pasokan bahan pencegahan pandemi yang tepat, karantina rumah serta kontrol perawatan, penggunaan yang tepat dari sistem informasi ilmiah dan teknologi informasi yang transparan dan terbuka.
(Baca: Pekan Industri Budaya dan Kreatif Indonesia-Taiwan Mengusung 4 Tema )
Langkah pengendalian yang baik ini berhasil menekan dampak pandemi. Hingga 7 Oktober 2020, sebanyak 523 kasus terkonfirmasi dan 7 orang meninggal dunia. Sebagian besar warga tetap bisa menjalankan kehidupan normal.
Dari pandemi COVID-19 ini, kita kembali menyadari bahwa penyakit menular tidak mengenal batas negara. Virus tidak akan menjadi berbeda karena perbedaan politik, ras, agama, dan budaya. Setiap negara harus berjuang melawan ancaman penyakit yang muncul tanpa membedakan antara satu sama lain.
Taiwan melalui "COVID-19 Professional Forum", "Global Cooperation and Training Framework (GCTF)", "APEC Health and Economic High-level Conference" dan konferensi online bilateral lainnya untuk berbagi tindakan pencegahan "Model Taiwan" dengan para pejabat kesehatan dan pencegahan wabah, pakar dan akademisi dari berbagai negara. Taiwan juga menyediakan peralatan medis dan pasokan anti pandemi ke negara lain yang sangat membutuhkan.
(Baca: RI-Taiwan Bahas Prospek Kerja Sama Dagang dan Ekonomi Pascapandemi )
Sampai Juni 2020, Taiwan telah menyumbangkan 51 juta masker bedah, 1.16 juta masker N95, 600.000 baju isolasi, 35.000 thermogun, dan peralatan medis lainnya ke lebih dari 80 negara. Melalui ujian bencana pandemi ini, telah dipastikan bahwa Taiwan tidak dapat dikecualikan dari jaringan kesehatan global, dan WHO tidak dapat mengecualikan Taiwan.
“Kami menyerukan kepada WHO dan pihak-pihak terkait untuk memperhatikan kontribusi jangka panjang Taiwan terhadap kesehatan global dan pencegahan pandemi serta hak asasi kesehatan. Dengan tegas mendukung masuknya Taiwan ke dalam WHO, mengizinkan Taiwan untuk berpartisipasi penuh dalam pertemuan, mekanisme dan kegiatan WHO, dan bekerja sama dengan negara-negara di seluruh dunia untuk menerapkan Piagam WHO,” tegas Chen Shih-chung, Menteri Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, seperti tertuang dalam rilis yang diterima Sindonews.
"Kesehatan adalah hak asasi manusia dan tujuan pembangunan jangka panjang Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu "Jangan meninggalkan siapapun",” lanjutnya.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda