9 Anak ‘Bau Kencur’ Pendobrak Perubahan di Dunia
Minggu, 25 Oktober 2020 - 16:15 WIB
MASA kecil adalah masa yang bagi kebanyakan orang sangat indah karena belum ada terlalu banyak tanggung jawab maupun beban. Buku-buku pelajaran sejarah di dunia banyak diisi dengan cerita-cerita inspiratif tentang kaum muda atau anak-anak yang mampu mengubah lanskap budaya, mengatasi kesulitan pribadi, atau menantang status quo di zamannya. Berikut 9 anak-anak ‘bau kencur’ paling berpengaruh di dunia.
1. Wolfgang Amadeus Mozart (1756 – 1791)
Fakta dan peranan : Ahli piano di usia 3 tahun dan membuat simfoni pertamanya di usia 5 tahun
Lahir di Austria pada 1756, Mozart adalah putra seorang komposer, pemain biola, dan asisten master konser yang sukses di pengadilan Salzburg. Dia belajar memainkan harpsichord — instrumen mirip organ — pada usia tiga tahun dan menggubah karya musik pertamanya yang diterbitkan pada usia lima tahun.
Dalam masa itu, ia mulai bermain musik untuk publik, termasuk tur keliling Eropa di mana penonton terkesima dengan bakat luar biasa anak muda itu. Pada saat remaja, Mozart telah menulis beberapa konser, sonata, opera, dan simfoni, dan terus menulis lebih dari 600 karya musik sebelum akhirnya meninggal pada usia 35 tahun. Dia dipuji sebagai salah satu komposer terbaik Eropa. Saat ini, pengaruhnya dalam musik klasik dan budaya pop masih sangat hidup. (Baca: Keju Berumur 3.200 Tahun Ditemukan di Kuburan Mesir Kuno)
2. Shirley Temple (1928 – 2014)
Fakta dan peranan : Akting pertama di usia 3 tahun dan usia 6 tahun tembus Hollywood.
Shirley Temple adalah bintang cilik selama Depresi Hebat (Great Depression), salah satu krisis ekonomi terbesar di dunia. Dia melakukan pertunjukan akting pertamanya pada usia tiga tahun dan membintangi Carolina, film panjang penuh pertamanya di Hollywood, pada usia enam tahun.
Kemudaan dan wataknya yang cerah dengan cepat merebut hati publik Amerika Serikat (AS) dan pada 1940, dia telah membintangi 43 film, termasuk Bright Eyes di mana dia memenangkan Academy Award khusus untuk "Kepribadian Luar Biasa". Presiden Franklin D. Roosevelt bahkan menjulukinya "Nona Kecil Keajaiban" karena
memberikan secercah optimisme di saat kesulitan ekonomi di Depresei Hebat. (Baca juga: Beredar Video Tentara Armenia Dieksekusi Pasukan Azerbaijan)
Saat beranjak dewasa, Temple beralih jalur karier dan memasuki politik dengan menjadi diplomat AS untuk PBB.
3. Ruby Bridges (1954 –sekarang)
Fakta dan peranan : Anak berkulit hitam yang menjadi pionir kesetaraan ras di sekolah taman kanan-kanak di AS.
Aktivis Ruby Bridges dikenal sebagai anak kulit hitam pertama yang bisa masuk di sebuah sekolah dasar William Frantz di New Orleans, AS yang selama ini hanya menerima siswa berkulit putih. Sekolah dasar William Frantz di New Orleans adalah sekolah pertama yang menghilangkan sekat segregasi sepanjang sejarah Amerika Selatan.
Ruby menghadapi perlakuan tidak adil sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Oleh karena itu tiap kali pergi ke sekolah, Ruby harus dikawal oleh sejumlah polisi pemerintah Federal untuk memastikan bahwa orang-orang berkulit putih tidak akan mencoba menyakitinya.
Kisah diskriminasi Ruby adalah kisah cukup lazim di AS bagian Selatan di tahun 60-an. Pada tahun itu, Pengadilan Federal AS telah memerintahkan desegregasi sekolah di Amerika Selatan. Ibu Ruby
bersikeras bahwa putrinya harus menjadi pionir untuk membuka jalan bagi anak-anak sebangsanya
bersekolah di sekolah umum yang terintegrasi. Terpengaruh oleh masa kecilnya, Bridges saat ini tumbuh menjadi aktivis untuk kesetaraan dan toleransi ras. (Baca juga: Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan?)
4. Hector Pieterson (1964 – 1976)
Fakta dan peranan: Menjadi martir dan simbol perlawanan melawan diskriminasi rasial politik Apartheid di Afrika Selatan saat berusia 12 tahun
Hector Pieterson adalah seorang anak muda kulit hitam Afrika Selatan yang terbunuh selama pemberontakan Soweto. Protes yang dipimpin oleh siswa tahun 1976 ini berakar pada keputusan pemerintah yang menyebut anak-anak tidak lagi diajar di sekolah dalam bahasa Inggris, tetapi Afrikaans, bahasa penindas kolonial mereka.
Untuk memprotes hal itu, Hector dan kawan-kawannya menggelar demonstrasi namun langsung dihalau polisi dengan menembakkan gas air mata. Kekacauan meletus dan Pieterson terkena tembakan pihak aparat. Kakak perempuan dan aktivis anti-apartheid Mbuyisa Makhubu membawa Hector ke rumah sakit, tetapi di perjalanan dia meninggal.
Diabadikan oleh jurnalis foto Sam Nzima, foto ikonik Pieterson tengah dibopong Mbuyisa menjadi simbol yang kuat dari kebrutalan pemerintah apartheid dan perjuangan melawan ketidaksetaraan rasial.
5. Samantha Smith (1972 – 1985)
Fakta dan peranan : Mampu meredakan ketegangan perang Dingin antara AS-Rusia lewat sepucuk surat yang ditulisnya di usia 10 tahun. (Baca juga: Tiga Hal yang Ganu Penerbangan Pesawat, Salahsatunya Musik Dangdut)
Seorang anak yang terlahir di masa Perang Dingin asal AS, Samantha Smith yang berusia 10 tahun menulis surat kepada Yuri Andropov, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet. Dalam suratnya, Samantha menyarankan agar Rusia dan AS mengesampingkan perbedaan mereka dan hidup berdampingan dengan damai.
Tersentuh oleh kata-katanya, Andropov mengundang Smith dan keluarganya mengunjungi Uni Soviet. Peristiwa itu menarik banyak minat internasional hingga kemudian Smith mendapat julukan sebagai "Duta Besar Termuda Amerika."
Setelah dewasa, Smith justru mengejar karier di bidang akting. Pada 1985 ia meninggal di usia sangat belia yakni 13 tahun setelah mengalami kecelakaan pesawat fatal. Meskipun umurnya pendek, dia membuat pengaruh besar meredakan ketegangan Perang Dingin. Selain suratnya yang diterbitkan di surat kabar Rusia Pravda, sebuah monumen dibangun untuk menghormatinya di Moskow.
6. Iqbal Masih (1983- 1995)
Fakta dan peranan : Berkampanye menentang penggunaan pekerja anak-anak di Pakistan di usia 10 tahun.
Iqbal Masih baru berusia empat tahun ketika sang ayah menjualnya sebagai pekerja anak untuk mendapatkan pinjaman pernikahan sang kakak sulung. Iqbal bekerja di pabrik karpet di Pakistan selama dua belas jam sehari. Pada usia 10 tahun, ia berhasil melarikan diri dan mulai berkampanye menentang penggunaan pekerja anak dan hak anak untuk menerima pendidikan.
Kampanyenya memberantas pekerja anak membawanya ke seluruh dunia. Secara total, dia membantu lebih dari 3.000 anak melarikan diri dari perbudakan sebelum dia dibunuh oleh mafia karpet di Pakistan di usia 12 tahun. (Baca juga: Main Layang-layang di Kawasan Bandara Bisa Kena Denda Rp1 Miliar, Masih Berani?)
7. Nkosi Johnson (1989 - 2001)
Fakta dan peranan :Penderita HIV sejak lahir yang berkampanye tentang HIV/AIDS di usia 11 tahun.
Nkosi Johnson dilahirkan di Afrika Selatan dengan nama asli Xolani Nkosi. Ia terlahir dengan HIV positif, sesuatu yang dia warisi dari orang tuanya. Johnson dirawat ibu kandungnya dan tidak pernah bertemu dengan sang ayah. Dia secara resmi diadopsi oleh Gail Johnson, seorang praktisi Hubungan Masyarakat di Johannesburg.
Ceritanya menarik perhatian media ketika sekolah negeri setempat menolak menerima Nkosi karena kondisinya. Tak lama kemudian, ia menjadi penyintas anak untuk krisis HIV di Afrika. Dia berkeliling dunia, menceritakan kisahnya, dan mendorong korban lain untuk angkat bicara.
Dia bahkan mendapat kehormatan menjadi pembicara utama di Konferensi AIDS Internasional ke-13 pada 2000 ketika baru berusia 11 tahun. Dengan bantuan ibu angkatnya, dia mendirikan Nkosi’s Haven, tempat perlindungan yang aman bagi ibu HIV-positif dan anak-anak mereka. Dia meninggal tahun 2001 sebagai anak lahir HIV-positif yang bertahan paling lama. Pada 2005, ia dianugerahi Penghargaan Perdamaian Anak Internasional secara anumerta.
8. Alexandra Scott (1996 – 2004)
Fakta dan peranan : Merintis yayasan untuk anak-anak yang terkena kanker di usia 4 tahun.
Alexandra 'Alex' Scott lahir di Connecticut pada tahun 1996 dan didiagnosa memiliki penyakit neuroblastoma, salah satu tipe penyakit anak kecil. Saat berusia 4 tahun, Alex ingin membuka stand minuman lemon. Dari penghasilan penjualan lemon ini, Alex ingin memberikannya kepada dokter untuk membantu anak-anak lainnya.
Penjualan pertama Alex mencapai USD2.000 dan akhirnya terbentuklah sebuah organisasi bernama Alex’s Lemonade Stand Foundation. Usaha ini terus dilanjutkan hingga mencapai lebih dari USD1 juta untuk penelitian kanker. Pada Agustus 2004, Alex meninggal di usia 8 tahun. Saat ini, Alex’s Lemonade Stand Foundation mensponsori penggalangan dana nasional yang disebut Lemonade Days. (Lihat videonya: Dramatis, Perwira Polisi DItembak Saat Transaksi Narkoba)
9. William James Sidis
Fakta dan peranan : Menulis 4 buku dan lancar berbicara 8 bahasa di usia 7 tahun, mengajar di Harvard University pada usia 9 tahun.
William James Sidis dikenal dunia sebagai orang tercerdas yang pernah ada sepanjang sejarah. IQ-nya hampir mendekati 300, di mana jika IQ kita sekitar 135 saja sudah bisa dianggap jenius. Sidis telah bisa membaca di usia 18 bulan dan menjadi ahli matematika serta kosmologi di usia 9 tahun.
Sejarah mencatata hingga akhir hayatnya Sidis memutuskan tidak menikah alias melajang karena konon sejak remaja tidak da perempuan yang tertarik dengan pembicaraannya yang dianggap terlalu cerdas.
1. Wolfgang Amadeus Mozart (1756 – 1791)
Fakta dan peranan : Ahli piano di usia 3 tahun dan membuat simfoni pertamanya di usia 5 tahun
Lahir di Austria pada 1756, Mozart adalah putra seorang komposer, pemain biola, dan asisten master konser yang sukses di pengadilan Salzburg. Dia belajar memainkan harpsichord — instrumen mirip organ — pada usia tiga tahun dan menggubah karya musik pertamanya yang diterbitkan pada usia lima tahun.
Dalam masa itu, ia mulai bermain musik untuk publik, termasuk tur keliling Eropa di mana penonton terkesima dengan bakat luar biasa anak muda itu. Pada saat remaja, Mozart telah menulis beberapa konser, sonata, opera, dan simfoni, dan terus menulis lebih dari 600 karya musik sebelum akhirnya meninggal pada usia 35 tahun. Dia dipuji sebagai salah satu komposer terbaik Eropa. Saat ini, pengaruhnya dalam musik klasik dan budaya pop masih sangat hidup. (Baca: Keju Berumur 3.200 Tahun Ditemukan di Kuburan Mesir Kuno)
2. Shirley Temple (1928 – 2014)
Fakta dan peranan : Akting pertama di usia 3 tahun dan usia 6 tahun tembus Hollywood.
Shirley Temple adalah bintang cilik selama Depresi Hebat (Great Depression), salah satu krisis ekonomi terbesar di dunia. Dia melakukan pertunjukan akting pertamanya pada usia tiga tahun dan membintangi Carolina, film panjang penuh pertamanya di Hollywood, pada usia enam tahun.
Kemudaan dan wataknya yang cerah dengan cepat merebut hati publik Amerika Serikat (AS) dan pada 1940, dia telah membintangi 43 film, termasuk Bright Eyes di mana dia memenangkan Academy Award khusus untuk "Kepribadian Luar Biasa". Presiden Franklin D. Roosevelt bahkan menjulukinya "Nona Kecil Keajaiban" karena
memberikan secercah optimisme di saat kesulitan ekonomi di Depresei Hebat. (Baca juga: Beredar Video Tentara Armenia Dieksekusi Pasukan Azerbaijan)
Saat beranjak dewasa, Temple beralih jalur karier dan memasuki politik dengan menjadi diplomat AS untuk PBB.
3. Ruby Bridges (1954 –sekarang)
Fakta dan peranan : Anak berkulit hitam yang menjadi pionir kesetaraan ras di sekolah taman kanan-kanak di AS.
Aktivis Ruby Bridges dikenal sebagai anak kulit hitam pertama yang bisa masuk di sebuah sekolah dasar William Frantz di New Orleans, AS yang selama ini hanya menerima siswa berkulit putih. Sekolah dasar William Frantz di New Orleans adalah sekolah pertama yang menghilangkan sekat segregasi sepanjang sejarah Amerika Selatan.
Ruby menghadapi perlakuan tidak adil sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Oleh karena itu tiap kali pergi ke sekolah, Ruby harus dikawal oleh sejumlah polisi pemerintah Federal untuk memastikan bahwa orang-orang berkulit putih tidak akan mencoba menyakitinya.
Kisah diskriminasi Ruby adalah kisah cukup lazim di AS bagian Selatan di tahun 60-an. Pada tahun itu, Pengadilan Federal AS telah memerintahkan desegregasi sekolah di Amerika Selatan. Ibu Ruby
bersikeras bahwa putrinya harus menjadi pionir untuk membuka jalan bagi anak-anak sebangsanya
bersekolah di sekolah umum yang terintegrasi. Terpengaruh oleh masa kecilnya, Bridges saat ini tumbuh menjadi aktivis untuk kesetaraan dan toleransi ras. (Baca juga: Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan?)
4. Hector Pieterson (1964 – 1976)
Fakta dan peranan: Menjadi martir dan simbol perlawanan melawan diskriminasi rasial politik Apartheid di Afrika Selatan saat berusia 12 tahun
Hector Pieterson adalah seorang anak muda kulit hitam Afrika Selatan yang terbunuh selama pemberontakan Soweto. Protes yang dipimpin oleh siswa tahun 1976 ini berakar pada keputusan pemerintah yang menyebut anak-anak tidak lagi diajar di sekolah dalam bahasa Inggris, tetapi Afrikaans, bahasa penindas kolonial mereka.
Untuk memprotes hal itu, Hector dan kawan-kawannya menggelar demonstrasi namun langsung dihalau polisi dengan menembakkan gas air mata. Kekacauan meletus dan Pieterson terkena tembakan pihak aparat. Kakak perempuan dan aktivis anti-apartheid Mbuyisa Makhubu membawa Hector ke rumah sakit, tetapi di perjalanan dia meninggal.
Diabadikan oleh jurnalis foto Sam Nzima, foto ikonik Pieterson tengah dibopong Mbuyisa menjadi simbol yang kuat dari kebrutalan pemerintah apartheid dan perjuangan melawan ketidaksetaraan rasial.
5. Samantha Smith (1972 – 1985)
Fakta dan peranan : Mampu meredakan ketegangan perang Dingin antara AS-Rusia lewat sepucuk surat yang ditulisnya di usia 10 tahun. (Baca juga: Tiga Hal yang Ganu Penerbangan Pesawat, Salahsatunya Musik Dangdut)
Seorang anak yang terlahir di masa Perang Dingin asal AS, Samantha Smith yang berusia 10 tahun menulis surat kepada Yuri Andropov, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet. Dalam suratnya, Samantha menyarankan agar Rusia dan AS mengesampingkan perbedaan mereka dan hidup berdampingan dengan damai.
Tersentuh oleh kata-katanya, Andropov mengundang Smith dan keluarganya mengunjungi Uni Soviet. Peristiwa itu menarik banyak minat internasional hingga kemudian Smith mendapat julukan sebagai "Duta Besar Termuda Amerika."
Setelah dewasa, Smith justru mengejar karier di bidang akting. Pada 1985 ia meninggal di usia sangat belia yakni 13 tahun setelah mengalami kecelakaan pesawat fatal. Meskipun umurnya pendek, dia membuat pengaruh besar meredakan ketegangan Perang Dingin. Selain suratnya yang diterbitkan di surat kabar Rusia Pravda, sebuah monumen dibangun untuk menghormatinya di Moskow.
6. Iqbal Masih (1983- 1995)
Fakta dan peranan : Berkampanye menentang penggunaan pekerja anak-anak di Pakistan di usia 10 tahun.
Iqbal Masih baru berusia empat tahun ketika sang ayah menjualnya sebagai pekerja anak untuk mendapatkan pinjaman pernikahan sang kakak sulung. Iqbal bekerja di pabrik karpet di Pakistan selama dua belas jam sehari. Pada usia 10 tahun, ia berhasil melarikan diri dan mulai berkampanye menentang penggunaan pekerja anak dan hak anak untuk menerima pendidikan.
Kampanyenya memberantas pekerja anak membawanya ke seluruh dunia. Secara total, dia membantu lebih dari 3.000 anak melarikan diri dari perbudakan sebelum dia dibunuh oleh mafia karpet di Pakistan di usia 12 tahun. (Baca juga: Main Layang-layang di Kawasan Bandara Bisa Kena Denda Rp1 Miliar, Masih Berani?)
7. Nkosi Johnson (1989 - 2001)
Fakta dan peranan :Penderita HIV sejak lahir yang berkampanye tentang HIV/AIDS di usia 11 tahun.
Nkosi Johnson dilahirkan di Afrika Selatan dengan nama asli Xolani Nkosi. Ia terlahir dengan HIV positif, sesuatu yang dia warisi dari orang tuanya. Johnson dirawat ibu kandungnya dan tidak pernah bertemu dengan sang ayah. Dia secara resmi diadopsi oleh Gail Johnson, seorang praktisi Hubungan Masyarakat di Johannesburg.
Ceritanya menarik perhatian media ketika sekolah negeri setempat menolak menerima Nkosi karena kondisinya. Tak lama kemudian, ia menjadi penyintas anak untuk krisis HIV di Afrika. Dia berkeliling dunia, menceritakan kisahnya, dan mendorong korban lain untuk angkat bicara.
Dia bahkan mendapat kehormatan menjadi pembicara utama di Konferensi AIDS Internasional ke-13 pada 2000 ketika baru berusia 11 tahun. Dengan bantuan ibu angkatnya, dia mendirikan Nkosi’s Haven, tempat perlindungan yang aman bagi ibu HIV-positif dan anak-anak mereka. Dia meninggal tahun 2001 sebagai anak lahir HIV-positif yang bertahan paling lama. Pada 2005, ia dianugerahi Penghargaan Perdamaian Anak Internasional secara anumerta.
8. Alexandra Scott (1996 – 2004)
Fakta dan peranan : Merintis yayasan untuk anak-anak yang terkena kanker di usia 4 tahun.
Alexandra 'Alex' Scott lahir di Connecticut pada tahun 1996 dan didiagnosa memiliki penyakit neuroblastoma, salah satu tipe penyakit anak kecil. Saat berusia 4 tahun, Alex ingin membuka stand minuman lemon. Dari penghasilan penjualan lemon ini, Alex ingin memberikannya kepada dokter untuk membantu anak-anak lainnya.
Penjualan pertama Alex mencapai USD2.000 dan akhirnya terbentuklah sebuah organisasi bernama Alex’s Lemonade Stand Foundation. Usaha ini terus dilanjutkan hingga mencapai lebih dari USD1 juta untuk penelitian kanker. Pada Agustus 2004, Alex meninggal di usia 8 tahun. Saat ini, Alex’s Lemonade Stand Foundation mensponsori penggalangan dana nasional yang disebut Lemonade Days. (Lihat videonya: Dramatis, Perwira Polisi DItembak Saat Transaksi Narkoba)
9. William James Sidis
Fakta dan peranan : Menulis 4 buku dan lancar berbicara 8 bahasa di usia 7 tahun, mengajar di Harvard University pada usia 9 tahun.
William James Sidis dikenal dunia sebagai orang tercerdas yang pernah ada sepanjang sejarah. IQ-nya hampir mendekati 300, di mana jika IQ kita sekitar 135 saja sudah bisa dianggap jenius. Sidis telah bisa membaca di usia 18 bulan dan menjadi ahli matematika serta kosmologi di usia 9 tahun.
Sejarah mencatata hingga akhir hayatnya Sidis memutuskan tidak menikah alias melajang karena konon sejak remaja tidak da perempuan yang tertarik dengan pembicaraannya yang dianggap terlalu cerdas.
(ysw)
tulis komentar anda