Xi Jinping Bilang China Tak Takut Perang, Warning bagi AS!
Sabtu, 24 Oktober 2020 - 01:38 WIB
Pasukan China menyeberangi Sungai Yalu, yang menandai perbatasan China dengan Korea Utara, pada Oktober 1950 untuk membantu Pyongyang dalam perangnya melawan pasukan pimpinan AS dan Korea Selatan, yang telah dimulai beberapa bulan sebelumnya. (Baca juga: China Latihan Rudal, Pesawat Taiwan Ditolak Masuk Hong Kong )
Menekankan pentingnya geopolitik Korea Utara, Mao Zedong kala itu berkata: "Jika bibir hilang, gigi akan menjadi dingin." Republik Rakyat China baru berdiri setahun sebelumnya.
Lebih dari 2 juta tentara China dikerahkan tetapi perang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953. Tidak adanya perjanjian damai berarti semenanjung itu tetap— secara teknis—berperang.
“Setelah pertempuran yang sulit, pasukan China dan Korea (Utara), bersenjata lengkap, mengalahkan lawan mereka, menghancurkan mitos tentang tak terkalahkannya militer AS, dan memaksa penjajah untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata pada 27 Juli 1953,” kata Xi Jinping.
Awal pekan ini, AS menyetujui penjualan sistem senjata ke Taiwan dengan total nilai USD 1,8 miliar, yang membuat China marah. Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayah China dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mengambil kendali atas pulau itu.
Tekanan terhadap Taiwan semakin meningkat sejak Presiden Tsai Ing-wen berkuasa pada 2016 dan meningkatkan aktivitas militernya tahun ini.
Washington tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan tetapi diharuskan oleh undang-undangnya untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.
Menekankan pentingnya geopolitik Korea Utara, Mao Zedong kala itu berkata: "Jika bibir hilang, gigi akan menjadi dingin." Republik Rakyat China baru berdiri setahun sebelumnya.
Lebih dari 2 juta tentara China dikerahkan tetapi perang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953. Tidak adanya perjanjian damai berarti semenanjung itu tetap— secara teknis—berperang.
“Setelah pertempuran yang sulit, pasukan China dan Korea (Utara), bersenjata lengkap, mengalahkan lawan mereka, menghancurkan mitos tentang tak terkalahkannya militer AS, dan memaksa penjajah untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata pada 27 Juli 1953,” kata Xi Jinping.
Awal pekan ini, AS menyetujui penjualan sistem senjata ke Taiwan dengan total nilai USD 1,8 miliar, yang membuat China marah. Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayah China dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mengambil kendali atas pulau itu.
Tekanan terhadap Taiwan semakin meningkat sejak Presiden Tsai Ing-wen berkuasa pada 2016 dan meningkatkan aktivitas militernya tahun ini.
Washington tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan tetapi diharuskan oleh undang-undangnya untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.
(min)
tulis komentar anda