China Latihan Rudal, Pesawat Taiwan Ditolak Masuk Hong Kong
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 04:55 WIB
HONG KONG - Sebuah penerbangan Taiwan ditolak masuk wilayah udara Hong Kong ketika dalam perjalanan ke Kepulauan Pratas pekan lalu. Bahaya dari latihan rudal China di Laut China Selatan dan pembatasan penerbangan menjadi alasan utama penolakan tersebut.
"Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sedang melakukan latihan rudal air-to-air di Laut China Selatan pada pagi hari (pada hari Kamis) ketika pesawat Taiwan sedang menuju ke Kepulauan Dongsha," kata sumber militer yang berbasis di Beijing yang dekat dengan PLA, menggunakan nama China untuk kelompok tiga atol. (Baca: Putin: Tak Perlu Aliansi Militer Rusia-China, tapi Itu Mungkin )
Penerbangan UNI Air yang membawa personel militer dan penjaga pantai terpaksa mundur ketika otoritas penerbangan sipil Hong Kong memberi tahu rekan-rekan mereka di Taipei bahwa ada "aktivitas berbahaya" yang terjadi di bawah ketinggian 26.000 kaki.
"Sebagian besar penumpang pesawat terbang di atas 26.000 kaki," kata sumber militer tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitifnya masalah ini.
"Tapi pesawat Taiwan adalah ATR 72 bertenaga baling-baling yang tidak bisa mendaki setinggi itu," lanjut dia, seperti dikutip South China Morning Post, Kamis (22/10/2020). (Baca: Media China Sentil Indonesia karena Menentang Klaim China di Laut China Selatan )
Menurut situs web pesawat, ATR 72 memiliki ketinggian maksimum 25.000 kaki.
Pada hari Jumat, sehari setelah kejadian tersebut, Menteri Pertahanan Nasional Taiwan Yen Te-fa menolak penjelasan yang diberikan oleh Hong Kong dan mengimbau otoritas kota itu untuk tidak mengganggu tatanan penerbangan internasional.
Menurut Yen, tidak ada aktivitas militer yang terjadi di daerah tersebut dan badan keamanan maritim China belum mengeluarkan peringatan apapun.
"Kami berharap pihak berwenang China akan mematuhi peraturan penerbangan internasional dan mengutamakan keselamatan," katanya.
"Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sedang melakukan latihan rudal air-to-air di Laut China Selatan pada pagi hari (pada hari Kamis) ketika pesawat Taiwan sedang menuju ke Kepulauan Dongsha," kata sumber militer yang berbasis di Beijing yang dekat dengan PLA, menggunakan nama China untuk kelompok tiga atol. (Baca: Putin: Tak Perlu Aliansi Militer Rusia-China, tapi Itu Mungkin )
Penerbangan UNI Air yang membawa personel militer dan penjaga pantai terpaksa mundur ketika otoritas penerbangan sipil Hong Kong memberi tahu rekan-rekan mereka di Taipei bahwa ada "aktivitas berbahaya" yang terjadi di bawah ketinggian 26.000 kaki.
"Sebagian besar penumpang pesawat terbang di atas 26.000 kaki," kata sumber militer tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitifnya masalah ini.
"Tapi pesawat Taiwan adalah ATR 72 bertenaga baling-baling yang tidak bisa mendaki setinggi itu," lanjut dia, seperti dikutip South China Morning Post, Kamis (22/10/2020). (Baca: Media China Sentil Indonesia karena Menentang Klaim China di Laut China Selatan )
Menurut situs web pesawat, ATR 72 memiliki ketinggian maksimum 25.000 kaki.
Pada hari Jumat, sehari setelah kejadian tersebut, Menteri Pertahanan Nasional Taiwan Yen Te-fa menolak penjelasan yang diberikan oleh Hong Kong dan mengimbau otoritas kota itu untuk tidak mengganggu tatanan penerbangan internasional.
Menurut Yen, tidak ada aktivitas militer yang terjadi di daerah tersebut dan badan keamanan maritim China belum mengeluarkan peringatan apapun.
"Kami berharap pihak berwenang China akan mematuhi peraturan penerbangan internasional dan mengutamakan keselamatan," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda