Iran Diduga Sita Kapal Tanker Berbendera Hong Kong
Rabu, 15 April 2020 - 16:24 WIB
LONDON - Pasukan Iran diduga berada di belakang penyitaan kapal tanker berbendera Hong Kong di Selat Hormuz pada Selasa kemarin. Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dengan Teheran.
Pihak berwenang mengatakan pasukan bersenjata naik dan menahan kapal tanker itu di lepas pantai Iran untuk waktu yang singkat sebelum melepaskannya.
Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut, meskipun kecurigaan jatuh kepada pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC). Namun Iran sendiri tidak segera mengakui insiden tersebut.
Penyitaan kapal tanker itu terjadi di lepas pantai Ras al-Kuh Iran. Ini terjadi setelah sebuah perusahaan intelijen maritim swasta memperingatkan insiden mencurigakan dalam beberapa hari terakhir di dekat Selat Hormuz, di mana seperlima dari semua minya yang diperdagangkan melewati perairan tersebut. Sebelumnya, tanker minyak minyak telah menjadi target selama ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS).
Dryad Global, perusahaan intelijen maritim swasta yang mengeluarkan peringatan pertama tentang insiden mencurigakan, mengidentifikasi kapal itu sebagai SC Taipei berbendera Hong Kong menuju Saudi Arabia. Dikatakan 22 anggota awaknya adalah orang Cina.
Data pelacakan kapal menunjukkan bahwa orang-orang bersenjata membawa kapal itu ke Bandar Jask, mirip dengan yang dilakukan pasukan IRGC tahun lalu ketika membawa anggota awak kapal dari sebuah kapal tanker minyak milik Norwegia yang dihantam ledakan. AS menyatkan ledakan itu disebabkan ranjau Iran.
Pelepasan cepat kapal itu menunjukkan Iran baru sadar setelah fakta bahwa mereka telah menyita sebuah kapal China, bukan kapal Barat seperti pada insiden sebelumnya. Diketahui Iran semakin mengandalkan China di tengah sanksi AS atas program nuklirnya.
"Pada saat China masih membeli minyak Iran, dan Iran memiliki sedikit teman internasional, langkah seperti itu akan sangat tidak menguntungka dan tidak akan memajukan kepentingan Iran," kata Dryad Global, perusahaan intelijen maritim swasta yang mengeluarkan peringatan pertama tentang insiden mencurigakan di daerah itu seperti dikutip dari Fox News, Rabu (15/4/2020).
Dryad Global sebelumnya melaporkan insiden maritim di dan sekitar selat Hormuz. Pada 27 Maret, dua kapal dengan tangga terangkat mendekati kapal kontainer berbendera AS. Pada 2 April, kapal IRGC dilaporkan juga mendekat sebuah kapal.
"Penahanan sebuah kapal di Selat Hormuz akan cocok dengan niat dan kemampuan Iran sebelumnya ... dan akan memberikan 'peluang pembuka' yang tepat dalam upaya Iran untuk melepaskan tekanan yang dihadapi negara itu saat ini," kata Dryad.
Organisasi Operasi Perdagangan Maritim Inggris mengatakan dalam sebuah peringatan bahwa kapal itu telah dinaiki oleh orang-orang bersenjata ketika sedang berlabuh. Organisasi itu kemudian mengkonfirmasi bahwa kapal telah dilepaskan dan sudah berada di bawah kendali kaptennya.
Pihak berwenang mengatakan pasukan bersenjata naik dan menahan kapal tanker itu di lepas pantai Iran untuk waktu yang singkat sebelum melepaskannya.
Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut, meskipun kecurigaan jatuh kepada pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC). Namun Iran sendiri tidak segera mengakui insiden tersebut.
Penyitaan kapal tanker itu terjadi di lepas pantai Ras al-Kuh Iran. Ini terjadi setelah sebuah perusahaan intelijen maritim swasta memperingatkan insiden mencurigakan dalam beberapa hari terakhir di dekat Selat Hormuz, di mana seperlima dari semua minya yang diperdagangkan melewati perairan tersebut. Sebelumnya, tanker minyak minyak telah menjadi target selama ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS).
Dryad Global, perusahaan intelijen maritim swasta yang mengeluarkan peringatan pertama tentang insiden mencurigakan, mengidentifikasi kapal itu sebagai SC Taipei berbendera Hong Kong menuju Saudi Arabia. Dikatakan 22 anggota awaknya adalah orang Cina.
Data pelacakan kapal menunjukkan bahwa orang-orang bersenjata membawa kapal itu ke Bandar Jask, mirip dengan yang dilakukan pasukan IRGC tahun lalu ketika membawa anggota awak kapal dari sebuah kapal tanker minyak milik Norwegia yang dihantam ledakan. AS menyatkan ledakan itu disebabkan ranjau Iran.
Pelepasan cepat kapal itu menunjukkan Iran baru sadar setelah fakta bahwa mereka telah menyita sebuah kapal China, bukan kapal Barat seperti pada insiden sebelumnya. Diketahui Iran semakin mengandalkan China di tengah sanksi AS atas program nuklirnya.
"Pada saat China masih membeli minyak Iran, dan Iran memiliki sedikit teman internasional, langkah seperti itu akan sangat tidak menguntungka dan tidak akan memajukan kepentingan Iran," kata Dryad Global, perusahaan intelijen maritim swasta yang mengeluarkan peringatan pertama tentang insiden mencurigakan di daerah itu seperti dikutip dari Fox News, Rabu (15/4/2020).
Dryad Global sebelumnya melaporkan insiden maritim di dan sekitar selat Hormuz. Pada 27 Maret, dua kapal dengan tangga terangkat mendekati kapal kontainer berbendera AS. Pada 2 April, kapal IRGC dilaporkan juga mendekat sebuah kapal.
"Penahanan sebuah kapal di Selat Hormuz akan cocok dengan niat dan kemampuan Iran sebelumnya ... dan akan memberikan 'peluang pembuka' yang tepat dalam upaya Iran untuk melepaskan tekanan yang dihadapi negara itu saat ini," kata Dryad.
Organisasi Operasi Perdagangan Maritim Inggris mengatakan dalam sebuah peringatan bahwa kapal itu telah dinaiki oleh orang-orang bersenjata ketika sedang berlabuh. Organisasi itu kemudian mengkonfirmasi bahwa kapal telah dilepaskan dan sudah berada di bawah kendali kaptennya.
(ber)
tulis komentar anda