Azerbaijan Gunakan Rudal LORA Israel dalam Perang dengan Armenia
Sabtu, 03 Oktober 2020 - 16:30 WIB
BAKU - Sebuah video yang diambil dari lokasi konflik antara pasukan Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh menunjukkan pasukan Baku menggunakan rudal LORA buatan Israel untuk menembaki jembatan di Armenia.
Azerbaijan saat ini memerangi pasukan etnis Armenia di daerah kantong pegunungan Nagorno-Karabakah itu setelah pertempuran pecah mulai hari Minggu lalu antara kedua belah pihak. Perang meluas setelah Armenia membela Nagorno-Karabakh atas ikatan etnis. (Baca: Netanyahu dan Erdogan Jadi Sekutu dalam Perang Armenia vs Azerbaijan? )
Nagorno-Karabakh yang diperintah etnis Armenia dulunya bagian dari wilayah Azerbaijan. Namun, wilayah itu memerdekakan diri setelah Uni Soviet bubar tahun 1990-an. Kemerdekaannya tidak diakui secara internasional dan dianggap Azerbaijan sebagai wilayah separatiis.
(Baca juga : Makin Parah, Armenia Bawa Tentara Bayaran dari Yunani untuk Berperang )
Dalam video tersebut yang dimuat berbagai media, sebuah truk terlihat mendekati jembatan di sisi Armenia di zona konflik ketika sebuah rudal tiba-tiba menyerang dan meratakan jembatan tersebut.
LORA adalah rudal quasiballistic teater yang dibuat oleh Israel Aerospace Industry (IAI). Senjata ini dapat diluncurkan dari kapal atau darat, memiliki jangkauan operasional 400 km (250 mil) dan akurat dalam mencapai targetnya dalam sepuluh menit setelah peluncuran.
Azerbaijan adalah negara pertama dan satu-satunya yang dikonfirmasi di mana Israel mengirimkan rudal LORA melalui kesepakatan senjata yang terjadi pada tahun 2018. (Baca juga: Dibombardir Artileri Azerbaijan, Pasukan Armenia Menangis Ingin Pulang )
Azerbaijan merupakan sekutu terkenal Israel, yang memasok Israel dengan sekitar 40 persen kebutuhan minyaknya. Negara ini adalah pelanggan lama dari bermacam-macam perusahaan pertahanan Israel, yang membeli drone, rudal, dan sistem senjata canggih lainnya.
Pada 2016, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengungkapkan bahwa negaranya menandatangani kontrak jangka panjang senilai USD5 miliar selama bertahun-tahun untuk membeli senjata dan peralatan keamanan dari Israel.
Azerbaijan dan Armenia—negara tetangga dan bekas republik Soviet—telah lama berselisih tentang wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri Azerbaijan. (Baca juga : Rasulullah SAW Peringatkan Murka Allah Ta'ala kepada Kaum Homoseksual )
Pertempuran terbaru dimulai di sekitar wilayah Tavush di timur laut Armenia, sekitar 300 km dari daerah kantong wilayah Nagorno-Karabakh. Sekitar 11 warga sipil dilaporkan tewas dan setidaknya 67 luka-luka dalam pertempuran hari Sabtu (3/10/2020).
Kantor Kejaksaan Azerbaijan mengatakan sejauh ini 20 warga sipil telah tewas dan 55 luka-luka dalam penembakan pasukan Armenia. Azerbaijan belum melaporkan adanya korban di antara pasukan militernya.
Pertempuran itu lebih serius daripada kapan pun sejak perang pada tahun 1990-an yang menewaskan 30.000 orang, dan telah memperdalam keprihatinan tentang stabilitas di Kaukasus Selatan, wilayah di mana jaringan pipa membawa minyak dan gas Azerbaijan ke pasar dunia.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera untuk memungkinkan pemulangan sisa-sisa prajurit yang tewas.
Armenia mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Rusia, Amerika Serikat dan Prancis untuk memperbarui gencatan senjata karena jumlah korban tewas meningkat pada hari keenam pertempuran di Kaukasus Selatan.
Azerbaijan belum menanggapi seruan untuk gencatan senjata pada hari Kamis oleh tiga negara—ketua bersama OSCE Minsk Group, yang menengahi krisis tersebut.
Azerbaijan saat ini memerangi pasukan etnis Armenia di daerah kantong pegunungan Nagorno-Karabakah itu setelah pertempuran pecah mulai hari Minggu lalu antara kedua belah pihak. Perang meluas setelah Armenia membela Nagorno-Karabakh atas ikatan etnis. (Baca: Netanyahu dan Erdogan Jadi Sekutu dalam Perang Armenia vs Azerbaijan? )
Nagorno-Karabakh yang diperintah etnis Armenia dulunya bagian dari wilayah Azerbaijan. Namun, wilayah itu memerdekakan diri setelah Uni Soviet bubar tahun 1990-an. Kemerdekaannya tidak diakui secara internasional dan dianggap Azerbaijan sebagai wilayah separatiis.
(Baca juga : Makin Parah, Armenia Bawa Tentara Bayaran dari Yunani untuk Berperang )
Dalam video tersebut yang dimuat berbagai media, sebuah truk terlihat mendekati jembatan di sisi Armenia di zona konflik ketika sebuah rudal tiba-tiba menyerang dan meratakan jembatan tersebut.
LORA adalah rudal quasiballistic teater yang dibuat oleh Israel Aerospace Industry (IAI). Senjata ini dapat diluncurkan dari kapal atau darat, memiliki jangkauan operasional 400 km (250 mil) dan akurat dalam mencapai targetnya dalam sepuluh menit setelah peluncuran.
Azerbaijan adalah negara pertama dan satu-satunya yang dikonfirmasi di mana Israel mengirimkan rudal LORA melalui kesepakatan senjata yang terjadi pada tahun 2018. (Baca juga: Dibombardir Artileri Azerbaijan, Pasukan Armenia Menangis Ingin Pulang )
Azerbaijan merupakan sekutu terkenal Israel, yang memasok Israel dengan sekitar 40 persen kebutuhan minyaknya. Negara ini adalah pelanggan lama dari bermacam-macam perusahaan pertahanan Israel, yang membeli drone, rudal, dan sistem senjata canggih lainnya.
Pada 2016, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengungkapkan bahwa negaranya menandatangani kontrak jangka panjang senilai USD5 miliar selama bertahun-tahun untuk membeli senjata dan peralatan keamanan dari Israel.
Azerbaijan dan Armenia—negara tetangga dan bekas republik Soviet—telah lama berselisih tentang wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri Azerbaijan. (Baca juga : Rasulullah SAW Peringatkan Murka Allah Ta'ala kepada Kaum Homoseksual )
Pertempuran terbaru dimulai di sekitar wilayah Tavush di timur laut Armenia, sekitar 300 km dari daerah kantong wilayah Nagorno-Karabakh. Sekitar 11 warga sipil dilaporkan tewas dan setidaknya 67 luka-luka dalam pertempuran hari Sabtu (3/10/2020).
Kantor Kejaksaan Azerbaijan mengatakan sejauh ini 20 warga sipil telah tewas dan 55 luka-luka dalam penembakan pasukan Armenia. Azerbaijan belum melaporkan adanya korban di antara pasukan militernya.
Pertempuran itu lebih serius daripada kapan pun sejak perang pada tahun 1990-an yang menewaskan 30.000 orang, dan telah memperdalam keprihatinan tentang stabilitas di Kaukasus Selatan, wilayah di mana jaringan pipa membawa minyak dan gas Azerbaijan ke pasar dunia.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera untuk memungkinkan pemulangan sisa-sisa prajurit yang tewas.
Armenia mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Rusia, Amerika Serikat dan Prancis untuk memperbarui gencatan senjata karena jumlah korban tewas meningkat pada hari keenam pertempuran di Kaukasus Selatan.
Azerbaijan belum menanggapi seruan untuk gencatan senjata pada hari Kamis oleh tiga negara—ketua bersama OSCE Minsk Group, yang menengahi krisis tersebut.
(min)
tulis komentar anda