Perang Nagorno-Karabakh, Armenia Mobilisasi Militer untuk Lawan Azerbaijan
Senin, 28 September 2020 - 07:18 WIB
YEREVAN - Pemerintah Armenia mengumumkan darurat militer dan memobilisasi pasukan militernya untuk bersiap melawan pasukan Azerbaijan . Pengumuman muncul setelah perang kembali pecah di Nagorno-Karabakh .
Nagorno-Karabakh adalah wilayah otonomi yang didominasi etnis Armenia dan telah memerdekakan diri dari Azerbaijan. Pertempuran di wilayah itu kembali terjadi pada hari Minggu antara pasukan Azerbaijan dengan pasukan Nagorno-Karabakh yang didukung Armenia. (Baca: Perang Nagorno-Karabakh: Azerbaijan Menyerang dengan F-16 Turki, Puluhan Tewas )
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dalam pengumumannya mengatakan anggota tentara cadangan diperintahkan untuk melapor ke kantor wajib militer."Tentara cadangan agar muncul di kantor perekrutan teritorial mereka demi tanah air kita dan demi kemenangan," katanya yang disiarkan via Facebook pada hari Minggu.
Dalam pidatonya, sang perdana menteri mengatakan seruan untuk mempersenjatai diri dan darurat militer diberlakukan karena Azerbaijan dapat memutuskan untuk menyerang Armenia.
Menurut data yang dilansir Russia Today, Senin (28/9/2020), kekuatan personel militer Armenia terdiri dari sekitar 44.000 pasukan tugas aktif dan tentara cadangan sebanyak 210.000 personel. Orang-orang Armenia yang telah menyelesaikan dinas militer sebagai personel tamtama memikul kewajiban menjadi tentara di masa perang hingga usia 50 tahun. Petugas diberi mandat untuk tetap berada di pasukan cadangan sampai mereka berusia 60 tahun. (Baca: Perang Kembali Meletus di Nagorno-Karabakh )
Mobilisasi tersebut dilakukan tak lama setelah pertempuran sengit terjadi di sepanjang perbatasan Nagorno-Karabakh, wilayah sengketa yang terjepit antara Armenia dan Azerbaijan. Kedua belah pihak melaporkan korban sipil dan saling menyalahkan karena memulai permusuhan yang melibatkan penembakan artileri serta penggunaan pesawat tempur dan armor berat.
Sebelumnya pada hari Minggu, militer Azerbaijan melaporkan penyitaan beberapa lokasi strategis dan permukiman di sepanjang garis depan. Namun, klaim tersebut dengan cepat ditolak oleh orang-orang Armenia.
Sementara itu, pihak Baku—Ibu Kota Azerbaijan—mengatakan pihaknya melihat tidak perlu mengikuti arahan Armenia dengan mengeluarkan panggilan wajib militer penuh. Pejabat militer setempat mengatakan tentara cadangan dapat dipanggil, tapi saat ini belum diperlukan. (Baca juga: Turki Sebut Armenia Biang Kerok Pertempuran Baru di Nagorno-Karabakh )
Meskipun dihuni dan dikelola oleh etnis Armenia, Baku menganggap Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari Azerbaijan. Kedua belah pihak berperang pada tahun 1990-an, yang dipicu oleh keputusan Nagorno-Karabakh untuk memerdekakan diri dari Azerbaijan setelah pembubaran Uni Soviet. Sebelumnya pada hari Minggu, wilayah yang memisahkan diri itu juga mengumumkan darurat militer dan memobilisasi para penduduk laki-laki.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah otonomi yang didominasi etnis Armenia dan telah memerdekakan diri dari Azerbaijan. Pertempuran di wilayah itu kembali terjadi pada hari Minggu antara pasukan Azerbaijan dengan pasukan Nagorno-Karabakh yang didukung Armenia. (Baca: Perang Nagorno-Karabakh: Azerbaijan Menyerang dengan F-16 Turki, Puluhan Tewas )
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dalam pengumumannya mengatakan anggota tentara cadangan diperintahkan untuk melapor ke kantor wajib militer."Tentara cadangan agar muncul di kantor perekrutan teritorial mereka demi tanah air kita dan demi kemenangan," katanya yang disiarkan via Facebook pada hari Minggu.
Dalam pidatonya, sang perdana menteri mengatakan seruan untuk mempersenjatai diri dan darurat militer diberlakukan karena Azerbaijan dapat memutuskan untuk menyerang Armenia.
Menurut data yang dilansir Russia Today, Senin (28/9/2020), kekuatan personel militer Armenia terdiri dari sekitar 44.000 pasukan tugas aktif dan tentara cadangan sebanyak 210.000 personel. Orang-orang Armenia yang telah menyelesaikan dinas militer sebagai personel tamtama memikul kewajiban menjadi tentara di masa perang hingga usia 50 tahun. Petugas diberi mandat untuk tetap berada di pasukan cadangan sampai mereka berusia 60 tahun. (Baca: Perang Kembali Meletus di Nagorno-Karabakh )
Mobilisasi tersebut dilakukan tak lama setelah pertempuran sengit terjadi di sepanjang perbatasan Nagorno-Karabakh, wilayah sengketa yang terjepit antara Armenia dan Azerbaijan. Kedua belah pihak melaporkan korban sipil dan saling menyalahkan karena memulai permusuhan yang melibatkan penembakan artileri serta penggunaan pesawat tempur dan armor berat.
Sebelumnya pada hari Minggu, militer Azerbaijan melaporkan penyitaan beberapa lokasi strategis dan permukiman di sepanjang garis depan. Namun, klaim tersebut dengan cepat ditolak oleh orang-orang Armenia.
Sementara itu, pihak Baku—Ibu Kota Azerbaijan—mengatakan pihaknya melihat tidak perlu mengikuti arahan Armenia dengan mengeluarkan panggilan wajib militer penuh. Pejabat militer setempat mengatakan tentara cadangan dapat dipanggil, tapi saat ini belum diperlukan. (Baca juga: Turki Sebut Armenia Biang Kerok Pertempuran Baru di Nagorno-Karabakh )
Meskipun dihuni dan dikelola oleh etnis Armenia, Baku menganggap Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari Azerbaijan. Kedua belah pihak berperang pada tahun 1990-an, yang dipicu oleh keputusan Nagorno-Karabakh untuk memerdekakan diri dari Azerbaijan setelah pembubaran Uni Soviet. Sebelumnya pada hari Minggu, wilayah yang memisahkan diri itu juga mengumumkan darurat militer dan memobilisasi para penduduk laki-laki.
(min)
tulis komentar anda