Pencipta Novichok Sebut Racun Novichok Sebanding dengan Bom Nuklir
Sabtu, 26 September 2020 - 04:38 WIB
MOSKOW - Racun saraf Novichok yang dikembangkan oleh Uni Soviet selama Perang Dingin diklaim otoritas Jerman sebagai senjata yang meracuni tokoh oposisi Rusia ; Alexei Navalny . Namun, pembuat racun ganas itu mengungkapkan penjelasan mengapa klaim semacam itu tidak masuk akal.
Dr Leonid Rink, ilmuwan dari State Research Institute of Organic Chemistry & Technology, yang berperan besar dalam penciptaan senjata mematikan itu mengatakan racun Novichok dibuat sebagai tanggapan atas pekerjaan peneliti Amerika Serikat (AS) pada agen senjata kimia biner. Menurutnya, efektivitas racun Novichok sebanding dengan bom nuklir, sehingga mustahil orang yang terkena racun itu masih hidup. (Baca: Pembuat Racun Novichok Minta Maaf kepada Navalny, Si Pengkritik Putin )
"Pekerjaan dimulai pada 1970-an. Sebelumnya, di Uni Soviet dianggap tidak ada gunanya membuat senjata biner yang masing-masing komponennya sendiri tidak berbahaya. Memang, kami memiliki persenjataan yang cukup untuk menyimpan zat-zat tunggal berbahaya yang tersebar di wilayah yang luas di negara ini. Tetapi pada akhir 1970-an, Amerika Serikat mengadopsi sistem biner pertama. Kemudian Politbiro membuat keputusan untuk mulai bekerja di bidang ini. Pilihannya jatuh pada saya," kata Rink dalam wawancaranya dengan Sputniknews, Jumat (25/9/2020).
Menurut ahli kimia ini, tim pengembangan hanya terdiri dari tujuh orang yang memiliki akses ke semua informasi tentang sistem Novichok. Mereka terlibat dalam pengujian di fasilitas tes senjata kimia di kota Shikhany, sekitar 850 km tenggara Moskow.
Pembuat senjata diberikan serangkaian persyaratan, termasuk ketentuan bahwa racun biner tidak mudah terbakar, meledak, atau dibekukan, dan bahwa efek mematikan racun tingkat senjata akan menghilang segera setelah digunakan.
"Secara individual, senyawa racun memiliki toksisitas yang sangat rendah sehingga orang perlu memakan sesendok penuh untuk mendapatkan efek tertentu," katanya.
Rink mengatakan bahwa jika dikomparasikan, tingkat kematian racun senyawa tersebut sebanding dengan bom nuklir. (Baca juga: Pencipta Racun Bantah Klaim Jerman: Jika Diracuni Novichok, Navalny Sudah Mati )
“Novichok jauh lebih murah daripada bom nuklir, dan jika digunakan, semua fasilitas dan peralatan musuh akan tetap utuh. Semua gedung, semua peralatan. Semua yang dibutuhkan adalah mencuci mereka, dan kemudian mereka bisa digunakan untuk tujuan sendiri," katanya.
Ilmuwan itu menjelaskan bahwa sistem senjata itu dimaksudkan untuk digunakan di medan perang oleh Tentara Soviet dan membusuk dalam waktu singkat.
Dikembangkan antara awal 1970-an dan awal 1990-an, apa yang disebut kelompok agen saraf kelas militer Novichok ditemukan oleh negara-negara Barat setelah publikasi karya Mirzayanov, dan dipelajari lebih detail setelah para ahli senjata kimia AS mulai bekerja di laboratorium di bekas Uni Soviet pada 1990-an.
Menurut New York Times, Korps Insinyur Angkatan Darat AS melakukan kontak dengan Novichok selama pekerjaan mereka untuk mendekontaminasi Institut Penelitian Kimia Nukus di Uzbekistan pada tahun 1999.
Rusia menghancurkan persediaan terakhir senjata kimia era Soviet pada 2017 di bawah pengawasan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, sesuai dengan kewajibannya di bawah Konvensi Senjata Kimia, yang diratifikasi Moskow pada 1997.
Sebagai perbandingan, terlepas dari adopsi CWC (Pelarangan Senjata Kimia), AS belum menghancurkan stok senjata kimianya sendiri, dengan Washington saat ini memproyeksikan penghapusan total kelas senjata pada tahun 2023 setelah mendorong tenggat waktu berulang kali.
Dr Leonid Rink, ilmuwan dari State Research Institute of Organic Chemistry & Technology, yang berperan besar dalam penciptaan senjata mematikan itu mengatakan racun Novichok dibuat sebagai tanggapan atas pekerjaan peneliti Amerika Serikat (AS) pada agen senjata kimia biner. Menurutnya, efektivitas racun Novichok sebanding dengan bom nuklir, sehingga mustahil orang yang terkena racun itu masih hidup. (Baca: Pembuat Racun Novichok Minta Maaf kepada Navalny, Si Pengkritik Putin )
"Pekerjaan dimulai pada 1970-an. Sebelumnya, di Uni Soviet dianggap tidak ada gunanya membuat senjata biner yang masing-masing komponennya sendiri tidak berbahaya. Memang, kami memiliki persenjataan yang cukup untuk menyimpan zat-zat tunggal berbahaya yang tersebar di wilayah yang luas di negara ini. Tetapi pada akhir 1970-an, Amerika Serikat mengadopsi sistem biner pertama. Kemudian Politbiro membuat keputusan untuk mulai bekerja di bidang ini. Pilihannya jatuh pada saya," kata Rink dalam wawancaranya dengan Sputniknews, Jumat (25/9/2020).
Menurut ahli kimia ini, tim pengembangan hanya terdiri dari tujuh orang yang memiliki akses ke semua informasi tentang sistem Novichok. Mereka terlibat dalam pengujian di fasilitas tes senjata kimia di kota Shikhany, sekitar 850 km tenggara Moskow.
Pembuat senjata diberikan serangkaian persyaratan, termasuk ketentuan bahwa racun biner tidak mudah terbakar, meledak, atau dibekukan, dan bahwa efek mematikan racun tingkat senjata akan menghilang segera setelah digunakan.
"Secara individual, senyawa racun memiliki toksisitas yang sangat rendah sehingga orang perlu memakan sesendok penuh untuk mendapatkan efek tertentu," katanya.
Rink mengatakan bahwa jika dikomparasikan, tingkat kematian racun senyawa tersebut sebanding dengan bom nuklir. (Baca juga: Pencipta Racun Bantah Klaim Jerman: Jika Diracuni Novichok, Navalny Sudah Mati )
“Novichok jauh lebih murah daripada bom nuklir, dan jika digunakan, semua fasilitas dan peralatan musuh akan tetap utuh. Semua gedung, semua peralatan. Semua yang dibutuhkan adalah mencuci mereka, dan kemudian mereka bisa digunakan untuk tujuan sendiri," katanya.
Ilmuwan itu menjelaskan bahwa sistem senjata itu dimaksudkan untuk digunakan di medan perang oleh Tentara Soviet dan membusuk dalam waktu singkat.
Dikembangkan antara awal 1970-an dan awal 1990-an, apa yang disebut kelompok agen saraf kelas militer Novichok ditemukan oleh negara-negara Barat setelah publikasi karya Mirzayanov, dan dipelajari lebih detail setelah para ahli senjata kimia AS mulai bekerja di laboratorium di bekas Uni Soviet pada 1990-an.
Menurut New York Times, Korps Insinyur Angkatan Darat AS melakukan kontak dengan Novichok selama pekerjaan mereka untuk mendekontaminasi Institut Penelitian Kimia Nukus di Uzbekistan pada tahun 1999.
Rusia menghancurkan persediaan terakhir senjata kimia era Soviet pada 2017 di bawah pengawasan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, sesuai dengan kewajibannya di bawah Konvensi Senjata Kimia, yang diratifikasi Moskow pada 1997.
Sebagai perbandingan, terlepas dari adopsi CWC (Pelarangan Senjata Kimia), AS belum menghancurkan stok senjata kimianya sendiri, dengan Washington saat ini memproyeksikan penghapusan total kelas senjata pada tahun 2023 setelah mendorong tenggat waktu berulang kali.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda