Pencipta Racun Bantah Jerman: Jika Diracuni Novichok, Navalny Sudah Mati
loading...
A
A
A
MOSKOW - Dua pencipta racun Novichok membantah klaim Jerman yang menyebut tokoh oposisi Rusia ; Alexey Navalny , diracuni dengan racun ganas era Soviet tersebut. Menurut mereka, pengkritik Presiden Vladimir Putin itu sudah mati jika benar dia diracuni dengan Novichok .
Leonid Rink dan Vladimir Uglev, dua ilmuwan di balik pengembangan racun ganas tersebut, mengatakan klaim Berlin pada hari Rabu tidak akurat. (Baca: Jerman: Alexey Navalny Diracun dengan Novichok )
Sebelumnya, Berlin bersikeras bahwa laboratorium Bundeswehr atau militer Jerman menemukan jejak racun dari keluarga Novichok pada Navalny. Kanselir Angela Merkel lantas mengutuk apa yang dia yakini sebagai serangan racun itu dan menuntut penjelasan dari Moskow.
Menurut Rink dan Uglev, Novichok menjadi agen saraf yang sangat mematikan dan tidak mungkin Navalny bisa selamat dari paparannya jika benar-benar terpapar. Lebih lanjut, Uglev telah menunjukkan bahwa orang lain yang berinteraksi dengan Navalny setelah dia jatuh sakit—sesama penumpang pesawat, kru ambulans, dan lain-lain—juga akan terkontaminasi.
“Gejalanya sama sekali tidak serupa,” kata Rink kepada RIA Novosti yang dilansir Kamis (3/9/2020).
Menurutnya, jika Novichok digunakan, Navalny akan mengalami kejang, dan dia akan mati, bukannya jatuh koma. “Dia akan beristirahat di pemakaman untuk waktu yang (sudah) lama , itu saja,” jelas ilmuwan tersebut.
"Saya percaya bahwa penggunaan bahan kimia perang: sarin, soman dan Novichok (A-234) dapat dikeluarkan dari daftar kemungkinan," kata Uglev kepada kantor berita Interfax. “Selain Navalny sendiri, orang-orang di sekitarnya juga akan diserang dalam satu atau lain bentuk.”
Uglev dan Rink adalah salah satu pendiri program senjata kimia Novichok Soviet. Hingga tahun 1991, keduanya bekerja di cabang Volsk dari Institut Riset Kimia Organik dan Teknologi Negara di Shikhany, bagian dari Wilayah Saratov. (Baca: Inggris Tuntut Rusia Jelaskan Kasus Pengkritik Putin yang Diracun )
Kremlin mengatakan Jerman tidak memberi tahu Moskow tentang data yang menunjukkan tokoh oposisi itu diracuni dengan agen saraf mirip Novichok.
Pada 20 Agustus, sebuah pesawat yang membawa Navalny melakukan pendaratan darurat di Omsk setelah pengkritik Putin itu tiba-tiba merasa tidak enak badan dalam penerbangan dari Siberia ke Moskow. Navalny dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma dan dipasang ventilator.
Pada 22 Agustus, dia diterbangkan ke Jerman untuk perawatan. Dokter Jerman mengatakan pada 24 Agustus bahwa mereka telah menemukan tanda-tanda Navalny keracunan zat dari kelompok penghambat kolinesterase. Para dokter menambahkan bahwa tidak ada ancaman bagi nyawanya, tetapi ada kemungkinan efek jangka panjang pada sistem sarafnya. (Baca juga: Megawati Klaim Masih Ada yang Memanas-manasi untuk Maju Pilpres )
Lihat Juga: Pakar Terorisme Bingung, Taleb Abdulmohsen Murtad dan Ateis tapi Serang Pasar Natal Jerman
Leonid Rink dan Vladimir Uglev, dua ilmuwan di balik pengembangan racun ganas tersebut, mengatakan klaim Berlin pada hari Rabu tidak akurat. (Baca: Jerman: Alexey Navalny Diracun dengan Novichok )
Sebelumnya, Berlin bersikeras bahwa laboratorium Bundeswehr atau militer Jerman menemukan jejak racun dari keluarga Novichok pada Navalny. Kanselir Angela Merkel lantas mengutuk apa yang dia yakini sebagai serangan racun itu dan menuntut penjelasan dari Moskow.
Menurut Rink dan Uglev, Novichok menjadi agen saraf yang sangat mematikan dan tidak mungkin Navalny bisa selamat dari paparannya jika benar-benar terpapar. Lebih lanjut, Uglev telah menunjukkan bahwa orang lain yang berinteraksi dengan Navalny setelah dia jatuh sakit—sesama penumpang pesawat, kru ambulans, dan lain-lain—juga akan terkontaminasi.
“Gejalanya sama sekali tidak serupa,” kata Rink kepada RIA Novosti yang dilansir Kamis (3/9/2020).
Menurutnya, jika Novichok digunakan, Navalny akan mengalami kejang, dan dia akan mati, bukannya jatuh koma. “Dia akan beristirahat di pemakaman untuk waktu yang (sudah) lama , itu saja,” jelas ilmuwan tersebut.
"Saya percaya bahwa penggunaan bahan kimia perang: sarin, soman dan Novichok (A-234) dapat dikeluarkan dari daftar kemungkinan," kata Uglev kepada kantor berita Interfax. “Selain Navalny sendiri, orang-orang di sekitarnya juga akan diserang dalam satu atau lain bentuk.”
Uglev dan Rink adalah salah satu pendiri program senjata kimia Novichok Soviet. Hingga tahun 1991, keduanya bekerja di cabang Volsk dari Institut Riset Kimia Organik dan Teknologi Negara di Shikhany, bagian dari Wilayah Saratov. (Baca: Inggris Tuntut Rusia Jelaskan Kasus Pengkritik Putin yang Diracun )
Kremlin mengatakan Jerman tidak memberi tahu Moskow tentang data yang menunjukkan tokoh oposisi itu diracuni dengan agen saraf mirip Novichok.
Pada 20 Agustus, sebuah pesawat yang membawa Navalny melakukan pendaratan darurat di Omsk setelah pengkritik Putin itu tiba-tiba merasa tidak enak badan dalam penerbangan dari Siberia ke Moskow. Navalny dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma dan dipasang ventilator.
Pada 22 Agustus, dia diterbangkan ke Jerman untuk perawatan. Dokter Jerman mengatakan pada 24 Agustus bahwa mereka telah menemukan tanda-tanda Navalny keracunan zat dari kelompok penghambat kolinesterase. Para dokter menambahkan bahwa tidak ada ancaman bagi nyawanya, tetapi ada kemungkinan efek jangka panjang pada sistem sarafnya. (Baca juga: Megawati Klaim Masih Ada yang Memanas-manasi untuk Maju Pilpres )
Lihat Juga: Pakar Terorisme Bingung, Taleb Abdulmohsen Murtad dan Ateis tapi Serang Pasar Natal Jerman
(min)