Presiden Taiwan Puji Pilot Heroik yang Cegat Jet Tempur China
Selasa, 22 September 2020 - 12:39 WIB
PENGHU - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Selasa (22/9/2020) memuji "kinerja heroik" pilot Angkatan Udara yang telah mencegat jet-jet tempur China yang mendekati pulau itu. Pujian disampaikan ketika Beijing meningkatkan tekanan militer terhadap Taipei.
Taiwan telah memerintah sendiri sejak perang saudara China berakhir puluhan tahun silam. Namun, Beijing masih mengklaim pulau itu bagian dari China. Ketegangan kedua pihak telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun, di mana jet-jet tempur Taiwan dikerahkan untuk mencegat belasan pesawat militer China minggu lalu. (Baca: Ketegangan Kian Memanas, Taiwan Akan Membalas jika Diserang China )
Tsai, saat mengunjungi pangkalan Angkatan Udara utama di Penghu di Selat Taiwan yang sensitif, mengatakan kepada pilot dan insinyur bahwa dia menyadari "kinerja heroik" mereka ketika mencegat dan mengusir pesawat China.
"Saya sangat percaya pada Anda. Sebagai tentara Republik China, bagaimana kita bisa membiarkan musuh mondar-mandir di wilayah udara kita sendiri?," katanya, menggunakan nama resmi Taiwan, yakni Republik China.
"Saya sadar bahwa menghadapi perilaku provokatif dari pesawat komunis yang telah mengepung pulau dan merusak perdamaian regional dalam beberapa hari terakhir, tugas Anda di garis depan wilayah udara di Penghu harus lebih berat," ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Pangkalan tersebut, sekarang menjadi rumah bagi F-CK-1 Ching-kuo Indigenous Defense Fighters (IDF) yang pertama kali memasuki layanan pada tahun 1997, berada di garis depan respons Taiwan terhadap intrusi militer China.(Baca: Didekati 19 Pesawat China, Taiwan Kerahkan Jet Tempur dan Rudal )
Wang Chia-chu, salah satu perwira senior dari skuadron "Heavenly Colt" IDF, mengatakan kepada Reuters bahwa hanya ada waktu lima menit untuk melesatkan pesawat jet tempur setelah pesawat China terlihat.
"Kami akan mempertahankan wilayah udara kami secara real time selama ada ancaman," kata Wang.
Perwira senior lainnya, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan kepada Reuters bahwa IDF yang berbasis di Penghu sekarang berjuang hampir setiap hari karena ketegangan memuncak.
Angkatan Udara Taiwan juga memamerkan rudal jelajah air-to-surface Wan Chien baru yang mulai beroperasi pada 2018 dan dapat ditembakkan dari IDF pada target sekitar 200 km (125 mil), yang menempatkan fasilitas China atau kapal yang mendekat dalam pandangan mereka sebagai target. (Baca juga: Mampukah S-400 Rusia di China Rontokkan Rudal AS di Taiwan? )
Tidak seperti biasanya, pesawat China pekan lalu menembus garis tengah Selat Taiwan, sebuah batas penghalang tidak resmi untuk pesawat tempur kedua belah pihak. Namun, pesawat-pesawat Beijing belum terbang di atas daratan Taiwan.
Pada hari Senin, Kementerian Luar Negeri China mengatakan jalur yang disebut garis tengah Selat Taiwan tersebut tidak ada, yang memicu kecaman dari Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu.
Di Taipei pada hari Selasa, Wu menyebut garis itu sebagai "simbol" penting untuk menghindari bentrokan militer. Dia mendesak negara-negara lain untuk mengecam China.
"Kami menuntut masyarakat internasional mengecam keras kata-kata dan tindakan China dan menuntut pemerintah China menghentikan semua yang telah dilakukannya," imbuh dia.
China marah dengan peningkatan dukungan Amerika Serikat (AS) untuk Taiwan yang demokratis, termasuk kunjungan ke Taipei pekan lalu oleh Wakil Menteri Luar Negeri Urusan Ekonomi AS Keith Krach.
Taiwan telah memerintah sendiri sejak perang saudara China berakhir puluhan tahun silam. Namun, Beijing masih mengklaim pulau itu bagian dari China. Ketegangan kedua pihak telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun, di mana jet-jet tempur Taiwan dikerahkan untuk mencegat belasan pesawat militer China minggu lalu. (Baca: Ketegangan Kian Memanas, Taiwan Akan Membalas jika Diserang China )
Tsai, saat mengunjungi pangkalan Angkatan Udara utama di Penghu di Selat Taiwan yang sensitif, mengatakan kepada pilot dan insinyur bahwa dia menyadari "kinerja heroik" mereka ketika mencegat dan mengusir pesawat China.
"Saya sangat percaya pada Anda. Sebagai tentara Republik China, bagaimana kita bisa membiarkan musuh mondar-mandir di wilayah udara kita sendiri?," katanya, menggunakan nama resmi Taiwan, yakni Republik China.
"Saya sadar bahwa menghadapi perilaku provokatif dari pesawat komunis yang telah mengepung pulau dan merusak perdamaian regional dalam beberapa hari terakhir, tugas Anda di garis depan wilayah udara di Penghu harus lebih berat," ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Pangkalan tersebut, sekarang menjadi rumah bagi F-CK-1 Ching-kuo Indigenous Defense Fighters (IDF) yang pertama kali memasuki layanan pada tahun 1997, berada di garis depan respons Taiwan terhadap intrusi militer China.(Baca: Didekati 19 Pesawat China, Taiwan Kerahkan Jet Tempur dan Rudal )
Wang Chia-chu, salah satu perwira senior dari skuadron "Heavenly Colt" IDF, mengatakan kepada Reuters bahwa hanya ada waktu lima menit untuk melesatkan pesawat jet tempur setelah pesawat China terlihat.
"Kami akan mempertahankan wilayah udara kami secara real time selama ada ancaman," kata Wang.
Perwira senior lainnya, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan kepada Reuters bahwa IDF yang berbasis di Penghu sekarang berjuang hampir setiap hari karena ketegangan memuncak.
Angkatan Udara Taiwan juga memamerkan rudal jelajah air-to-surface Wan Chien baru yang mulai beroperasi pada 2018 dan dapat ditembakkan dari IDF pada target sekitar 200 km (125 mil), yang menempatkan fasilitas China atau kapal yang mendekat dalam pandangan mereka sebagai target. (Baca juga: Mampukah S-400 Rusia di China Rontokkan Rudal AS di Taiwan? )
Tidak seperti biasanya, pesawat China pekan lalu menembus garis tengah Selat Taiwan, sebuah batas penghalang tidak resmi untuk pesawat tempur kedua belah pihak. Namun, pesawat-pesawat Beijing belum terbang di atas daratan Taiwan.
Pada hari Senin, Kementerian Luar Negeri China mengatakan jalur yang disebut garis tengah Selat Taiwan tersebut tidak ada, yang memicu kecaman dari Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu.
Di Taipei pada hari Selasa, Wu menyebut garis itu sebagai "simbol" penting untuk menghindari bentrokan militer. Dia mendesak negara-negara lain untuk mengecam China.
"Kami menuntut masyarakat internasional mengecam keras kata-kata dan tindakan China dan menuntut pemerintah China menghentikan semua yang telah dilakukannya," imbuh dia.
China marah dengan peningkatan dukungan Amerika Serikat (AS) untuk Taiwan yang demokratis, termasuk kunjungan ke Taipei pekan lalu oleh Wakil Menteri Luar Negeri Urusan Ekonomi AS Keith Krach.
(min)
tulis komentar anda