Puluhan Miliarder Untung Ratusan Miliar Dolar di Tengah Pandemi
Selasa, 05 Mei 2020 - 07:05 WIB
WASHINGTON - Pasti ada peluang di setiap kesempatan, bahkan pada kondisi pandemi virus corona seperti saat ini pun. Idiom ini pun terbukti. Meski di tengah krisis karena Covid-19 puluhan miliarder AS justru berhasil mengeruk keuntungan USD238 miliar (3.540 triliun).
Kajian Institute for Policy Studies dalam penelitian pada 18 Maret hingga 10 April lalu menyebut kekayaan miliarder tumbuh menakjubkan dalam beberapa dekade terakhir. ”Dan banyak miliarder justru mendapatkan keuntungan saat pandemi,” demikian kesimpulan Institute for Policy Studies, sebuah lembaga think tank yang dikenal progresif, dilansir Fox News. “Padahal, saat krisis pandemi corona, kewajiban pajak para miliarder justru menurun.”
Delapan miliarder meraih keuntungan lebih dari USD1 miliar dalam kekayaan mereka sejak krisis pandemi corona dimulai pada 1 Januari. Mereka adalah Jeff Bezos, Elon Musk, MacKenzie Bezos, Eric Yuan, Steve Ballmer, John Albert Sobrato, Joshua Harris, dan Rocco Commisso.
Bezos merupakan miliarder yang mendapatkan keuntungan besar di saat pandemi. Amazon Prime menjadi solusi bagi orang yang terpaksa berada di rumah dan pemberlakuan isolasi wilayah. “Kekayaan pendiri Amazon itu meningkat lebih dari USD25 miliar sejak 1 Januari dan USD12 miliar sejak 1 Februari lalu,” demikian catatan Institute for Policy Studies.
Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Bezos meningkat USD5,9 miliar selama tahun ini. Dia menjadi satu-satunya miliarder dari lima besar di Bloomberg's Billionaire Index yang tidak kehilangan uang sepeser pun pada 2020.
Institute for Policy Studies juga mengungkapkan, kekayaan para miliarder di Amerika Serikat (AS) meningkat 1.130% sejak 1990 dibandingkan dengan 5,37% pertumbuhan rata-rata kekayaan di Negeri Paman Sam. Antara 1980 dan 2018 kewajiban pajak miliarder menurun 79%. Hal itu sangat kontras di mana 78% rakyat AS hidup menderita selama pandemi dan 20% warga AS mengalami penurunan pendapat hingga negatif.
Kajian yang dilaksanakan Hurun Research menunjukkan, selama 2 Januari hingga Maret, sekitar USD400 miliar hangus dari dompet sekitar 100 miliarder. Mereka membutuhkan waktu dua setengah tahun lagi untuk mengumpulkan uang tersebut selepas krisis.
Namun, Hurun Research menyatakan sembilan pengusaha tidak termasuk taipan yang merugi. "China termasuk sebagai pemenang karena pasar saham lebih kebal dari virus dibandingkan AS dan Eropa," kata Rupert Hoogewerf, kepala peneliti Hurun Report, dilansir Market Watch. Itu disebabkan pasar saham China relatif stabil dibandingkan negara lain.
Pasar saham Dow Jones tumbang hingga -2,55%, Eropa juga jatuh hingga dua digit, Jepang turun hingga 18%, Hong Kong pun 10%. Pasar saham di China hanya turun 0,2%. “Virus korona mendorong peningkatan produksi perusahaan yang memproduksi peralatan medis,” kata Hoogewerf. “Isolasi wilayah juga mendorong penggunaan media konferensi media.”
Kajian Institute for Policy Studies dalam penelitian pada 18 Maret hingga 10 April lalu menyebut kekayaan miliarder tumbuh menakjubkan dalam beberapa dekade terakhir. ”Dan banyak miliarder justru mendapatkan keuntungan saat pandemi,” demikian kesimpulan Institute for Policy Studies, sebuah lembaga think tank yang dikenal progresif, dilansir Fox News. “Padahal, saat krisis pandemi corona, kewajiban pajak para miliarder justru menurun.”
Delapan miliarder meraih keuntungan lebih dari USD1 miliar dalam kekayaan mereka sejak krisis pandemi corona dimulai pada 1 Januari. Mereka adalah Jeff Bezos, Elon Musk, MacKenzie Bezos, Eric Yuan, Steve Ballmer, John Albert Sobrato, Joshua Harris, dan Rocco Commisso.
Bezos merupakan miliarder yang mendapatkan keuntungan besar di saat pandemi. Amazon Prime menjadi solusi bagi orang yang terpaksa berada di rumah dan pemberlakuan isolasi wilayah. “Kekayaan pendiri Amazon itu meningkat lebih dari USD25 miliar sejak 1 Januari dan USD12 miliar sejak 1 Februari lalu,” demikian catatan Institute for Policy Studies.
Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Bezos meningkat USD5,9 miliar selama tahun ini. Dia menjadi satu-satunya miliarder dari lima besar di Bloomberg's Billionaire Index yang tidak kehilangan uang sepeser pun pada 2020.
Institute for Policy Studies juga mengungkapkan, kekayaan para miliarder di Amerika Serikat (AS) meningkat 1.130% sejak 1990 dibandingkan dengan 5,37% pertumbuhan rata-rata kekayaan di Negeri Paman Sam. Antara 1980 dan 2018 kewajiban pajak miliarder menurun 79%. Hal itu sangat kontras di mana 78% rakyat AS hidup menderita selama pandemi dan 20% warga AS mengalami penurunan pendapat hingga negatif.
Kajian yang dilaksanakan Hurun Research menunjukkan, selama 2 Januari hingga Maret, sekitar USD400 miliar hangus dari dompet sekitar 100 miliarder. Mereka membutuhkan waktu dua setengah tahun lagi untuk mengumpulkan uang tersebut selepas krisis.
Namun, Hurun Research menyatakan sembilan pengusaha tidak termasuk taipan yang merugi. "China termasuk sebagai pemenang karena pasar saham lebih kebal dari virus dibandingkan AS dan Eropa," kata Rupert Hoogewerf, kepala peneliti Hurun Report, dilansir Market Watch. Itu disebabkan pasar saham China relatif stabil dibandingkan negara lain.
Pasar saham Dow Jones tumbang hingga -2,55%, Eropa juga jatuh hingga dua digit, Jepang turun hingga 18%, Hong Kong pun 10%. Pasar saham di China hanya turun 0,2%. “Virus korona mendorong peningkatan produksi perusahaan yang memproduksi peralatan medis,” kata Hoogewerf. “Isolasi wilayah juga mendorong penggunaan media konferensi media.”
tulis komentar anda