Mampukah S-400 Rusia di China Rontokkan Rudal AS di Taiwan?
Sabtu, 19 September 2020 - 10:57 WIB
TAIPEI - Pemerintah Amerika Serikat (AS) terus mendorong penjualan rudal air-to-surfacecanggih dan terbaru negara itu; AGM-84H/K SLAM-ER, ke Taiwan yang dapat menjadi vital dalam potensi konflik dengan China .
Sementara itu, Beijing akan menggunakan sistem pertahanan udara S-400 Triumf Rusia yang terkenal kejam untuk mempertahankan wilayahnya.
Namun, apakah S-400 akan mampu melindungi China dari serangan besar-besaran yang melibatkan rudal baru AS buatan Boeing? (Baca: Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar )
Moskow menjual ke Beijing dua baterai sistem pertahanan udara S-400 Triumf pada tahun 2017 dan sudah mengirimkan batch pertama senjata pertahanan itu setahun kemudian. Setiap baterai berisi empat peluncur yang dipersenjatai dengan empat rudal, menjadikannya total 16 anti-rudal per baterai yang mampu menembak jatuh pesawat tempur generasi kelima dan rudal jelajah pada jarak 200 kilometer.
Amunisi cadangan juga harus diperhitungkan. Kontrak Beijing-Moskow juga mencakup beberapa kendaraan pemuatan, stasiun radar, pos komando dan berbagai kendaraan pendukung.
Sistem pertahanan udara S-400 dibuat untuk melawan semua ancaman udara modern dan bahkan beberapa calon ancaman udara, termasuk jet generasi kelima, pesawat pembom, rudal balistik antarbenua, serangan rudal besar-besaran, dan sebagainya.
Melansir laporan analisis Russia Beyond , Sabtu (19/9/2020), profesor Akademi Ilmu Militer Vadim Kozulin mengatakan S-400 pasti akan mampu menjatuhkan rudal AGM-84H/K SLAM-ER yang cocok untuk jet tempur F-16 yang telah dijual AS ke Taiwan.
“Saat ini seperti meramal kopi. Sistem pertahanan udara semacam itu dimaksudkan untuk menjatuhkan semua target udara dalam radius 200 km. Tapi apakah Angkatan Udara asing akan mengirim pesawat atau misil mereka ke zona kendali?," tanya Kozulin.
Seperti yang dia ingat, AS membangun rute penerbangan untuk serangan rudal jelajah Tomahawk mereka selama serangan di pangkalan militer Shayrat di Suriah di sekitar zona kontrol S-400 Triumf Rusia yang terletak di wilayah tersebut.
“Serangan itu dilakukan dengan melewati zona perlindungan pertahanan udara. Jika tidak, hingga 95% proyektil bernilai jutaan dolar mereka akan jatuh," kata profesor tersebut. (Baca: Sebanyak 18 Pesawat China Berdengung Dekat Taiwan saat Wamenlu AS Berkunjung )
Menurutnya, tidak tepat jika hanya mempertimbangkan karakteristik dan kemungkinan taktis senjata, sehingga menghilangkan faktor manusia dan juga taktis.
“Setiap serangan dianggap berdasarkan kondisi setiap teater operasi militer, pertahanan musuh, dan gudang senjata Anda. Ya, China tidak memiliki seluruh wilayahnya yang dilindungi dari serangan udara dengan sistem pertahanan udara, tetapi Angkatan Udara Taiwan juga tidak memiliki kemungkinan untuk menyerang dari segala arah," imbuh Kozulin. (Baca juga: Latihan Militer China Bukan Peringatan, Tapi untuk Ambil Alih Taiwan )
Perseteruan antara China dengan Taiwan yang didukung AS semakin memanas. Saat ini, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China sedang latihan militer di dekat Selat Taiwan yang dimulai sejak Jumat kemarin. Latihan militer tersebut digelar ketika Wakil Menteri Luar Negeri Amerika, Keith Krach, berkunjung ke Taiwan. Setidaknya 18 pesawat termasuk pembom dan jet tempur Beijing berdengung di dekat Taiwan kemarin, yang memaksa Taipei mengerahkan jet-jet tempur F-16.
Sementara itu, Beijing akan menggunakan sistem pertahanan udara S-400 Triumf Rusia yang terkenal kejam untuk mempertahankan wilayahnya.
Namun, apakah S-400 akan mampu melindungi China dari serangan besar-besaran yang melibatkan rudal baru AS buatan Boeing? (Baca: Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar )
Moskow menjual ke Beijing dua baterai sistem pertahanan udara S-400 Triumf pada tahun 2017 dan sudah mengirimkan batch pertama senjata pertahanan itu setahun kemudian. Setiap baterai berisi empat peluncur yang dipersenjatai dengan empat rudal, menjadikannya total 16 anti-rudal per baterai yang mampu menembak jatuh pesawat tempur generasi kelima dan rudal jelajah pada jarak 200 kilometer.
Amunisi cadangan juga harus diperhitungkan. Kontrak Beijing-Moskow juga mencakup beberapa kendaraan pemuatan, stasiun radar, pos komando dan berbagai kendaraan pendukung.
Sistem pertahanan udara S-400 dibuat untuk melawan semua ancaman udara modern dan bahkan beberapa calon ancaman udara, termasuk jet generasi kelima, pesawat pembom, rudal balistik antarbenua, serangan rudal besar-besaran, dan sebagainya.
Melansir laporan analisis Russia Beyond , Sabtu (19/9/2020), profesor Akademi Ilmu Militer Vadim Kozulin mengatakan S-400 pasti akan mampu menjatuhkan rudal AGM-84H/K SLAM-ER yang cocok untuk jet tempur F-16 yang telah dijual AS ke Taiwan.
“Saat ini seperti meramal kopi. Sistem pertahanan udara semacam itu dimaksudkan untuk menjatuhkan semua target udara dalam radius 200 km. Tapi apakah Angkatan Udara asing akan mengirim pesawat atau misil mereka ke zona kendali?," tanya Kozulin.
Seperti yang dia ingat, AS membangun rute penerbangan untuk serangan rudal jelajah Tomahawk mereka selama serangan di pangkalan militer Shayrat di Suriah di sekitar zona kontrol S-400 Triumf Rusia yang terletak di wilayah tersebut.
“Serangan itu dilakukan dengan melewati zona perlindungan pertahanan udara. Jika tidak, hingga 95% proyektil bernilai jutaan dolar mereka akan jatuh," kata profesor tersebut. (Baca: Sebanyak 18 Pesawat China Berdengung Dekat Taiwan saat Wamenlu AS Berkunjung )
Menurutnya, tidak tepat jika hanya mempertimbangkan karakteristik dan kemungkinan taktis senjata, sehingga menghilangkan faktor manusia dan juga taktis.
“Setiap serangan dianggap berdasarkan kondisi setiap teater operasi militer, pertahanan musuh, dan gudang senjata Anda. Ya, China tidak memiliki seluruh wilayahnya yang dilindungi dari serangan udara dengan sistem pertahanan udara, tetapi Angkatan Udara Taiwan juga tidak memiliki kemungkinan untuk menyerang dari segala arah," imbuh Kozulin. (Baca juga: Latihan Militer China Bukan Peringatan, Tapi untuk Ambil Alih Taiwan )
Perseteruan antara China dengan Taiwan yang didukung AS semakin memanas. Saat ini, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China sedang latihan militer di dekat Selat Taiwan yang dimulai sejak Jumat kemarin. Latihan militer tersebut digelar ketika Wakil Menteri Luar Negeri Amerika, Keith Krach, berkunjung ke Taiwan. Setidaknya 18 pesawat termasuk pembom dan jet tempur Beijing berdengung di dekat Taiwan kemarin, yang memaksa Taipei mengerahkan jet-jet tempur F-16.
(min)
tulis komentar anda