Biden Kalahkan Trump dengan Selisih 9%, Pemilih Soroti Covid-19
Kamis, 17 September 2020 - 07:30 WIB
WASHINGTON - Kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengalahkan Presiden Donald Trump dari Partai Republik dalam survei nasional dengan selisih 9% poin.
Survei yang dilakukan Reuters/Ipsos itu menunjukkan pesan “law and order” yang digaungkan Trump tak banyak menarik minat para pemilih di wilayah pinggiran kota. (Baca juga : Selera Unik Konsumen Rolls-Royce di Indonesia Bikin Geleng-Geleng Kepala )
Jajak pendapat pada 11-15 September itu dirilis Rabu (16/9). “Sebanyak 50% pemilih ingin memberi suara mereka untuk Biden , adapun 41% akan memberi suara untuk Trump. Sebanyak 3% lainnya ingin mendukung kandidat partai ketiga dan sisanya belum memutuskan,” ungkap hasil survei tersebut. (Baca juga : Update, Total 1.001 WNI di Luar Negeri Sembuh Covid-19 )
Survei juga menunjukn sebagian besar pemilih Amerika Serikat (AS) sudah memastikan pilihan mereka untuk presiden. Sembilan dari 10 pemilih yang berminat memilih Biden dan 8 dari 10 orang yang ingin memilih Trump mengaku sudah sepenuhnya yakin tentang pilihan mereka untuk presiden.
“Hanya satu dari 10 yang hendak memilih Biden dan kurang dari 2 dalam 10 orang yang ingin memilih Trump , tampaknya dapat mengubah pilihannya,” papar hasil survei itu.
Survei menunjukkan Biden memiliki keuntungan di awal dalam mengamankan suara populer nasional pada pemilu presiden 3 November. “Meski demikian, 9% pemilih belum memutuskan dukungan. Keputusan mereka dalam beberapa pekan mendatang dapat menentukan siapa yang akan menang,” ungkap survei itu.
Pemenang suara populer nasional tidak berarti menang pemilu yang diputuskan berdasarkan sistem Electoral College dari tiap negara bagian. Trump menang pada 2016 meski kalah untuk suara populer
Trump yang terus tertinggal di belakang Biden dalam sebagian besar survei nasional tahun ini telah berupaya beberapa bulan mencoba memfokuskan kembali kampanyenya pada protes anti-rasisme yang telah menyebar setelah pembunuhan warga Afro Amerika termasuk George Floyd dalam konfrontasi dengan polisi.
Trump berupaya memposisikan dirinya sebagai pelindung “Impian Gaya Hidup Pinggiran Kota” dengan mengatakan warga pinggiran kota Amerika ingin keselamatan dan keamanan dibandingkan lainnya. (Baca Juga: Netanyahu: Damai dengan Arab Pompa Jutaan Dolar ke Kas Israel)
Survei yang dilakukan Reuters/Ipsos itu menunjukkan pesan “law and order” yang digaungkan Trump tak banyak menarik minat para pemilih di wilayah pinggiran kota. (Baca juga : Selera Unik Konsumen Rolls-Royce di Indonesia Bikin Geleng-Geleng Kepala )
Jajak pendapat pada 11-15 September itu dirilis Rabu (16/9). “Sebanyak 50% pemilih ingin memberi suara mereka untuk Biden , adapun 41% akan memberi suara untuk Trump. Sebanyak 3% lainnya ingin mendukung kandidat partai ketiga dan sisanya belum memutuskan,” ungkap hasil survei tersebut. (Baca juga : Update, Total 1.001 WNI di Luar Negeri Sembuh Covid-19 )
Survei juga menunjukn sebagian besar pemilih Amerika Serikat (AS) sudah memastikan pilihan mereka untuk presiden. Sembilan dari 10 pemilih yang berminat memilih Biden dan 8 dari 10 orang yang ingin memilih Trump mengaku sudah sepenuhnya yakin tentang pilihan mereka untuk presiden.
“Hanya satu dari 10 yang hendak memilih Biden dan kurang dari 2 dalam 10 orang yang ingin memilih Trump , tampaknya dapat mengubah pilihannya,” papar hasil survei itu.
Survei menunjukkan Biden memiliki keuntungan di awal dalam mengamankan suara populer nasional pada pemilu presiden 3 November. “Meski demikian, 9% pemilih belum memutuskan dukungan. Keputusan mereka dalam beberapa pekan mendatang dapat menentukan siapa yang akan menang,” ungkap survei itu.
Pemenang suara populer nasional tidak berarti menang pemilu yang diputuskan berdasarkan sistem Electoral College dari tiap negara bagian. Trump menang pada 2016 meski kalah untuk suara populer
Trump yang terus tertinggal di belakang Biden dalam sebagian besar survei nasional tahun ini telah berupaya beberapa bulan mencoba memfokuskan kembali kampanyenya pada protes anti-rasisme yang telah menyebar setelah pembunuhan warga Afro Amerika termasuk George Floyd dalam konfrontasi dengan polisi.
Trump berupaya memposisikan dirinya sebagai pelindung “Impian Gaya Hidup Pinggiran Kota” dengan mengatakan warga pinggiran kota Amerika ingin keselamatan dan keamanan dibandingkan lainnya. (Baca Juga: Netanyahu: Damai dengan Arab Pompa Jutaan Dolar ke Kas Israel)
Lihat Juga :
tulis komentar anda