Seorang Sukarelawan Sakit, Uji Klinis Vaksin AstraZeneca Dihentikan
Kamis, 10 September 2020 - 10:35 WIB
Saham AstraZeneca langsung turun 8% dalam perdagangan di AS. Sementara, saham perusahana farmasi yang mengembangkan vaksin seperti Moderna Inc naik lebih dari 4% sedangkan Pfizer hanya naik tidak lebih dari 1 %. Moderna mengaku tidak mengetahui adanya dampak dalam uji klinis vaksinnya saat ini.
Pada Selasa (8/9/2020), sembilan perusahaan pengembang vaksin Covid-19 berusaha meyakinkan publik dengan mengumumkan sebuah "ikrar bersejarah" untuk menjunjung tinggi standar ilmiah dan etika dalam pengembangan vaksin. (Baca juga: Ternyata Tidur Bisa Cegah Alzheimer)
AstraZeneca adalah di antara sembilan perusahaan yang menandatangani ikrar untuk hanya mengajukan permohonan persetujuan peraturan setelah vaksin melalui tiga fase studi klinis. Perusahaan-perusahaan raksasa Johnson & Johnson, BioNTech, GlaxoSmithKline, Pfizer, Merk, Moderna, Sanofi dan Novavax adalah para penandatangan lainnya. Janji itu adalah "selalu menjadikan keselamatan dan kesehatan para individu yang divaksinasi sebagai prioritas utama kami".
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hampir 180 calon vaksin sedang diuji di seluruh dunia tetapi belum ada yang sudah menyelesaikan uji klinis. Organisasi itu mengatakan tidak bisa mengharapkan vaksin memenuhi pedoman keselamatan dan keamanannya untuk disetujui tahun ini karena waktu yang dibutuhkan untuk mengujinya dengan aman.
Meski demikian, China dan Rusia telah mulai memvaksinasi sejumlah pekerja dengan vaksin yang dikembangkan di dalam negeri masing-masing. Semua vaksin tersebut masih terdaftar oleh WHO sebagai dalam tahap uji klinis. Sementara itu, FDA telah menyarankan agar vaksin virus corona dapat disetujui sebelum menyelesaikan uji klinis fase ketiga. (Lihat videonya: Limbah Medis Rumah Sakit Mencemari Sungai Cisadane)
Pekan lalu juga terungkap bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah mendesak agar negara-negara bagian untuk mempertimbangkan persyaratan tertentu diabaikan agar siap mendistribusikan vaksin potensial paling lambat 1 November - dua hari sebelum pemilihan presiden pada 3 November.
Meskipun Presiden AS Donald Trump telah mengisyaratkan bahwa vaksin mungkin tersedia sebelum pemilihan, saingannya dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah menyatakan keraguannya bahwa Trump akan mendengarkan para ilmuwan dan menerapkan proses yang transparan. (Andika H Mustaqim)
Pada Selasa (8/9/2020), sembilan perusahaan pengembang vaksin Covid-19 berusaha meyakinkan publik dengan mengumumkan sebuah "ikrar bersejarah" untuk menjunjung tinggi standar ilmiah dan etika dalam pengembangan vaksin. (Baca juga: Ternyata Tidur Bisa Cegah Alzheimer)
AstraZeneca adalah di antara sembilan perusahaan yang menandatangani ikrar untuk hanya mengajukan permohonan persetujuan peraturan setelah vaksin melalui tiga fase studi klinis. Perusahaan-perusahaan raksasa Johnson & Johnson, BioNTech, GlaxoSmithKline, Pfizer, Merk, Moderna, Sanofi dan Novavax adalah para penandatangan lainnya. Janji itu adalah "selalu menjadikan keselamatan dan kesehatan para individu yang divaksinasi sebagai prioritas utama kami".
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hampir 180 calon vaksin sedang diuji di seluruh dunia tetapi belum ada yang sudah menyelesaikan uji klinis. Organisasi itu mengatakan tidak bisa mengharapkan vaksin memenuhi pedoman keselamatan dan keamanannya untuk disetujui tahun ini karena waktu yang dibutuhkan untuk mengujinya dengan aman.
Meski demikian, China dan Rusia telah mulai memvaksinasi sejumlah pekerja dengan vaksin yang dikembangkan di dalam negeri masing-masing. Semua vaksin tersebut masih terdaftar oleh WHO sebagai dalam tahap uji klinis. Sementara itu, FDA telah menyarankan agar vaksin virus corona dapat disetujui sebelum menyelesaikan uji klinis fase ketiga. (Lihat videonya: Limbah Medis Rumah Sakit Mencemari Sungai Cisadane)
Pekan lalu juga terungkap bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah mendesak agar negara-negara bagian untuk mempertimbangkan persyaratan tertentu diabaikan agar siap mendistribusikan vaksin potensial paling lambat 1 November - dua hari sebelum pemilihan presiden pada 3 November.
Meskipun Presiden AS Donald Trump telah mengisyaratkan bahwa vaksin mungkin tersedia sebelum pemilihan, saingannya dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah menyatakan keraguannya bahwa Trump akan mendengarkan para ilmuwan dan menerapkan proses yang transparan. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda