Pengamat: Baku Tembak di Perbatasan Tunjukkan Kim Jong-un Masih Berkuasa
Minggu, 03 Mei 2020 - 17:33 WIB
SEOUL - Sejumlah pengamat mengatakan, baku tembak di perbatasan Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) menunjukan bahwa Kim Jong-un masih berkuasa atas militer Korut. Baku tembak ini kembali meningkatkan ketegangan antara Seoul dan Pyongyang.
Choi Kang, Wakil Presiden Institut Studi Kebijakan Asia, mengatakan bahwa waktu provokasi di wilayah abu-abu menunjukkan Kim Jong-un masih bertanggung jawab atas militer Korut.
"Kemarin, Kim Jong-un berusaha menunjukkan bahwa dia sangat sehat dan hari ini, dia berusaha membisukan semua jenis spekulasi bahwa dia mungkin tidak memiliki kendali penuh atas militer," kata Choi.
"Daripada pergi jauh-jauh dengan menembakkan rudal dan mengawasi peluncuran rudal, Kim Jong-un bisa mengingatkan kita bahwa dia masih sehat dan berkuasa," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Minggu (3/5/2020).
Sementara itu, profesor urusan internasional Universitas Ewha, Leif-Eric Easley di Seoul mengatakan, insiden penembakan itu dapat ditujukan untuk meningkatkan moral militer Korea Utara.
"Rezim Kim Jong-un mungkin mencari untuk meningkatkan moral pasukan garis depan dan untuk mendapatkan kembali kekuatan negosiasi yang hilang selama minggu-minggu penuh desas-desus tentang ketidakhadiran pemimpin. Korsel dan Amerika Serikat seharusnya tidak menganggap enteng pelanggaran Korut terhadap perjanjian militer yang ada," ucap Easley.
Choi Kang, Wakil Presiden Institut Studi Kebijakan Asia, mengatakan bahwa waktu provokasi di wilayah abu-abu menunjukkan Kim Jong-un masih bertanggung jawab atas militer Korut.
"Kemarin, Kim Jong-un berusaha menunjukkan bahwa dia sangat sehat dan hari ini, dia berusaha membisukan semua jenis spekulasi bahwa dia mungkin tidak memiliki kendali penuh atas militer," kata Choi.
"Daripada pergi jauh-jauh dengan menembakkan rudal dan mengawasi peluncuran rudal, Kim Jong-un bisa mengingatkan kita bahwa dia masih sehat dan berkuasa," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Minggu (3/5/2020).
Sementara itu, profesor urusan internasional Universitas Ewha, Leif-Eric Easley di Seoul mengatakan, insiden penembakan itu dapat ditujukan untuk meningkatkan moral militer Korea Utara.
"Rezim Kim Jong-un mungkin mencari untuk meningkatkan moral pasukan garis depan dan untuk mendapatkan kembali kekuatan negosiasi yang hilang selama minggu-minggu penuh desas-desus tentang ketidakhadiran pemimpin. Korsel dan Amerika Serikat seharusnya tidak menganggap enteng pelanggaran Korut terhadap perjanjian militer yang ada," ucap Easley.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda