5 Fakta Puasa Ramadan di Kutub Utara, dari Menahan Lapar selama 23 Jam hingga Toleransi yang Tinggi

Kamis, 20 Maret 2025 - 04:40 WIB
“Agak sulit karena tidak ada orang yang berpuasa bersama Anda ... seperti semua orang makan di depan Anda, dan mereka tidak terbiasa dengan orang yang berpuasa,” jelas Mansoor, dilansir Anadolu.

Ia menambahkan: “Teman-teman saya selalu bertanya, ‘Kamu mau minum sesuatu?’ ‘Kamu mau makan sesuatu?’ Dan sekarang, saya sudah di sini selama satu tahun. Saya menjalani bulan Ramadan tahun lalu dan teman-teman saya, sekarang mereka tahu cara kerjanya.

“Jadi, sekarang lebih mudah. Tahun lalu 16 jam. Tahun ini hampir 12 jam. Saya dengar 23 jam. Saya tidak tahu. Saya belum mencobanya. Saya baca-baca di internet.”

3. Jarang Ada Penduduk Muslim di Kutub Utara

Mansoor juga mengatakan bahwa ia merasa agak canggung berpuasa tanpa ada Muslim lain di sekitarnya.

“Ini aneh, karena saya lahir dan besar di Denmark, saya pernah berada di banyak negara Muslim, jadi saya biasanya terbiasa dengan orang-orang yang beragama Muslim di sekitar saya, dan sekarang ada orang-orang non-Muslim di sekitar saya, Anda tahu apa yang saya maksud,” katanya.

4. Toleransi yang Tinggi

Mansoor mengatakan bahwa ketika ia pertama kali tiba di Greenland, beberapa orang akan berteriak “Allahu Akbar” kepadanya untuk mengejeknya.

“Saya katakan kepada mereka bahwa itu tidak sopan. Jadi, orang-orang berhenti melakukan itu.”

Mansoor juga mencatat bahwa selama seseorang menghormati budaya Inuit setempat, orang-orang di sana ramah dan bersahabat.

“Mereka orang-orang yang baik. Mereka juga hangat dan ramah, selama Anda menghormati negara mereka.”

Ia menambahkan: “Saya telah melihat banyak orang yang datang dari Denmark, dan ketika mereka datang ke sini, mereka bersikap seolah-olah itu negara mereka. Mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan dan hal-hal seperti itu. Dan itu tidak berjalan seperti itu. Anda tahu, jika Anda menghormati negara, mereka akan menghormati Anda. Mereka membuka tangan mereka untuk Anda, dan mereka menyambut Anda.”

5. Tetap Mempertahankan Nilai-nilai Muslim

Mansoor, yang lahir dan dibesarkan di Denmark oleh orang tua Palestina, mengatakan ayahnya selalu membesarkannya dengan nilai-nilai Palestina dan Muslim yang kuat, dan ia terus menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More