Ributkan Normalisasi UEA-Israel, Khamenei Disentil AS Soal Uighur

Rabu, 02 September 2020 - 17:16 WIB
Menlu AS Mike Pompeo sentil Ayatollah Khamenei yang bungkam soal Uighur tapi meributkan normalisasi hubungan UEA-Israel. Foto/Kolase/Sindonews
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menuduh Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mendorong kekerasan. Hal itu sebagai tanggapan atas pernyataan Khamenei yang menyebut Uni Emirat Arab (UEA) sebagai pengkhianat karena sepakat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Iran telah menjadi salah satu kritikus paling menonjol dari perjanjian bersejarah itu, yang dikatakannya mewakili pengkhianatan terhadap Palestina.

Khamenei mengatakan bahwa UEA telah mengkhianati dunia Islam, negara-negara Arab, negara-negara di kawasan itu, dan Palestina.(Baca: Normalisasi Hubungan dengan Israel, Khamenei Sebut UEA Pengkhianat )



Pompeo pun dengan cepat menanggapi pernyataan Ayatollah Khamenei.

"Dunia harus menolak dan mengutuk ideologi kebencian Khamenei," kata Pompeo.

"Anak-anak Ibrahim - Muslim, Kristen, dan Yahudi - bersukacita atas prospek perdamaian, sementara Khamenei menyerukan lebih banyak kekerasan. AS mendukung UEA dan semua yang mencari masa depan yang lebih cerah," sambungnya seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (2/9/2020).

Dia menambahkan: "Dan jika Anda mencari mereka yang mengkhianati Islam Khamenei, China sedang berusaha untuk menghancurkan Uighur. Menantikan seruan publik Anda untuk perlakuan mengerikan PKC terhadap Muslim tersebut," kata Pompeo, mengacu pada Partai Komunis China.

Iran adalah salah satu negara Muslim yang sebagian besar tetap diam atas penindasan China terhadap kelompok etnis minoritas Muslim Uighur di provinsi Xinjiang barat jauh. Laporan menunjukkan bahwa setidaknya 1 juta Muslim telah ditempatkan di kamp pendidikan ulang di sana, dalam apa yang oleh para pegiat digambarkan sebagai "genosida budaya."(Baca juga: Dubes 50 Negara Termasuk Negara Islam Dukung China soal Kamp Xinjiang )

China telah menyebut kamp-kamp tersebut sebagai pusat kejuruan sukarela di mana penduduk dapat menerima pelatihan keterampilan baru. Tetapi para kritikus mengatakan Beijing sedang berusaha untuk menghapus budaya lokal dan memastikan kesetiaan total dan kendali untuk PKC. Di luar kamp, China telah membangun pengawasan negara yang menakutkan di Xinjiang untuk memantau penduduk secara dekat jika ada tanda-tanda perbedaan pendapat.

Iran — dan bahkan anggota parlemen dan pejabat Islam garis kerasnya — telah gagal untuk berbicara menentang PKC. Bulan lalu, mantan anggota parlemen Ali Motahari mengatakan itu adalah "kegagalan" bahwa Iran telah gagal untuk bertindak sementara AS telah memimpin serangan balik terhadap Beijing.(Baca juga: Kompak, Biden dan Trump Kutuk Perlakukan China Terhadap Muslim Uighur )
(ber)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More