Rusia Klaim Inggris Terintimidasi Rudal Hupersonik Oreshnik
Kamis, 19 Desember 2024 - 14:01 WIB
LONDON - Rusia mengeklaim Inggris telah terintimidasi oleh ancaman Presiden Vladimir Putin yang akan menyebarkan rudal hipersonik Oreshnik.
Duta Besar Rusia untuk Inggris Andrey Kelin menyinggung Ukraina yang tidak menggunakan rudal Storm Shadow pasokan Inggris terhadap wilayah Rusia selama hampir satu bulan.
Setelah akhirnya memberikan izin kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyebarkan rudal Storm Shadow guna menghantam wilayah Rusia, rudal tersebut dikerahkan pada 20 November, tetapi tidak sejak saat itu, meskipun rudal yang dipasok Amerika Serikat (AS); ATACMS, telah digunakan terhadap wilayah Rusia.
Keesokan harinya, pada 21 November, Rusia menyerang kota Dnipro, Ukraina, dengan rudal hipersonik Oreshnik yang menakutkan sebagai respons atas penggunaan rudal Inggris dan AS terhadap wilayahnya dalam apa yang secara luas dipandang sebagai serangan balas dendam.
Hal itu disertai dengan serangkaian ancaman dari Putin untuk menggunakannya kembali dengan konsekuensi "kiamat" kecuali Barat berhenti mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan rudal negara-negara NATO.
Menurut Kelin, ancaman Putin itu telah memaksa London untuk mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terkait serangan dengan senjata jarak jauh jauh di dalam wilayah Rusia.
"Bukan karena mereka [pemerintah Inggris] takut, tetapi secara keseluruhan mereka menyadari bahwa faktor yang sama sekali baru telah muncul di tempat kejadian—itulah hal pertama," katanya kepada Rossiya-24.
“Yang kedua adalah kami membalas penggunaan Storm Shadow [rudal jarak jauh Inggris] jauh di dalam wilayah Rusia. Itu juga jelas. Ada kesan bahwa mereka bersikap sedikit lebih berhati-hati, sedikit lebih seimbang dalam pendekatan mereka terhadap masalah ini. Dan, faktanya, mereka sekarang mengikuti dengan saksama apa yang terjadi," paparnya.
Duta Besar Rusia untuk Inggris Andrey Kelin menyinggung Ukraina yang tidak menggunakan rudal Storm Shadow pasokan Inggris terhadap wilayah Rusia selama hampir satu bulan.
Setelah akhirnya memberikan izin kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyebarkan rudal Storm Shadow guna menghantam wilayah Rusia, rudal tersebut dikerahkan pada 20 November, tetapi tidak sejak saat itu, meskipun rudal yang dipasok Amerika Serikat (AS); ATACMS, telah digunakan terhadap wilayah Rusia.
Baca Juga
Keesokan harinya, pada 21 November, Rusia menyerang kota Dnipro, Ukraina, dengan rudal hipersonik Oreshnik yang menakutkan sebagai respons atas penggunaan rudal Inggris dan AS terhadap wilayahnya dalam apa yang secara luas dipandang sebagai serangan balas dendam.
Hal itu disertai dengan serangkaian ancaman dari Putin untuk menggunakannya kembali dengan konsekuensi "kiamat" kecuali Barat berhenti mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan rudal negara-negara NATO.
Menurut Kelin, ancaman Putin itu telah memaksa London untuk mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terkait serangan dengan senjata jarak jauh jauh di dalam wilayah Rusia.
"Bukan karena mereka [pemerintah Inggris] takut, tetapi secara keseluruhan mereka menyadari bahwa faktor yang sama sekali baru telah muncul di tempat kejadian—itulah hal pertama," katanya kepada Rossiya-24.
“Yang kedua adalah kami membalas penggunaan Storm Shadow [rudal jarak jauh Inggris] jauh di dalam wilayah Rusia. Itu juga jelas. Ada kesan bahwa mereka bersikap sedikit lebih berhati-hati, sedikit lebih seimbang dalam pendekatan mereka terhadap masalah ini. Dan, faktanya, mereka sekarang mengikuti dengan saksama apa yang terjadi," paparnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda