4 Alasan Bashar Al Assad Memilih Kabur ke Rusia

Selasa, 10 Desember 2024 - 04:40 WIB
Bashar Al Assad memilih kabur ke Rusia. Foto/X/@Ak1907ka
DAMASKUS - Sebelas hari setelah pemberontak yang dipimpin oleh kepala kelompok Hayat Tahrir al-Sham — Abu Mohammed al-Jawlani — memulai serangan baru mereka, rezim Suriah runtuh pada hari Minggu (8/12/2023), menandai berakhirnya rezim Assad.

Ketika pemberontak menguasai Damaskus, muncul laporan bahwa Assad dan keluarganya telah melarikan diri dari Suriah. Awalnya, tidak ada kejelasan mengenai keberadaannya, tetapi pada Minggu malam, media Rusia melaporkan bahwa Assad dan keluarganya berada di Moskow setelah Rusia memberi mereka suaka atas dasar kemanusiaan.

Tetapi mengapa Moskow?

Kemudian, Rami Abdurrahman, kepala Syrian Observatory for Human Rights, dikutip mengatakan kepada AP bahwa presiden telah meninggalkan Damaskus pada Minggu pagi, yang dikuatkan oleh Reuters.



FlightRadar24.com menunjukkan sebuah pesawat Ilyushin lepas landas dari bandara Damaskus sekitar waktu pemberontak merebut kota itu, tanpa mencantumkan tujuan.

Menurut Abdurrahman, pesawat itu awalnya seharusnya lepas landas pukul 10 malam pada hari Sabtu. Flightradar menunjukkan bahwa setelah lepas landas, pesawat kargo itu terbang ke timur dari ibu kota, lalu ke barat laut sebelum kehilangan ketinggian di dekat pusat kota Homs tempat sinyal transponder penerbangan hilang.

Reuters mengutip sumber-sumber Suriah mengatakan hilangnya pesawat itu mungkin karena sistem pelacakan dinonaktifkan atau pesawat itu ditembak jatuh.

1. Bersahabat dengan Presiden Putin

Bahwa Assad memilih untuk melarikan diri ke Rusia bukanlah hal yang mengejutkan. Presiden Suriah yang digulingkan itu memiliki sejarah persahabatan yang panjang dengan presiden Rusia Vladimir Putin. Moskow telah menjadi pendukung setia Assad dan rezimnya.

Menurut para ahli, dukungan Rusia untuk Suriah meningkat drastis pada tahun 2011 di tengah Musim Semi Arab — serangkaian pemberontakan di seluruh Asia Barat. Ketika Libya menggulingkan Moammer Gaddafi, Putin mulai mencari sekutu di tempat lain di kawasan itu. Seperti yang dikutip Margot Light, profesor emeritus dalam hubungan internasional di LSE, kepada BBC, "Mereka berpikir bukan untuk kepentingan Suriah, tetapi untuk kepentingan mereka sendiri."
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More