Mantan Presiden Duterte Pilih Turun Takhta dengan Ikut Pemilu Wali Kota, Ada Apa Gerangan?
Senin, 25 November 2024 - 14:45 WIB
2. Melanjutkan Perang Narkoba
Duterte melambung ke tampuk kekuasaan dengan janji untuk mengulangi tindakan keras antikejahatannya dalam skala nasional di basis keluarga Davao, dan memenangkan pemilihan presiden 2016 dengan telak.Pada tahun-tahun berikutnya, lebih dari 6.000 orang tewas dalam perangnya melawan narkoba, menurut data polisi, meskipun pemantau independen percaya jumlah pembunuhan di luar hukum bisa jauh lebih tinggi.
Banyak korban adalah pemuda dari daerah kumuh miskin, ditembak oleh polisi dan penjahat bersenjata sebagai bagian dari kampanye untuk menargetkan para pengedar.
Pertumpahan darah tersebut mendorong penyelidikan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan penyelidikan DPR selama sebulan, serta penyelidikan Senat terpisah yang dipimpin oleh sepupu presiden saat ini.
Dalam sidang DPR hari Rabu, Duterte menyatakan bahwa ia akhirnya siap menghadapi ICC, bahkan mendesak jaksa untuk "bergegas" dan "memulai penyelidikan besok." Namun, dengan gaya agresifnya yang khas, ia juga mengatakan dalam sidang selama 12 jam itu bahwa ia akan menendang setiap penyelidik ICC yang datang ke Filipina untuk menghadapinya.
Perkataan Duterte yang agresif muncul setelah mantan presiden itu membuat pengakuan yang mencolok kepada penyelidikan Senat bulan lalu selama penampilan publik pertamanya dalam penyelidikan tersebut.
Baca Juga: Titik Tolak Perang Dunia III Bergantung pada Vladimir Putin
3. Memelihara Gangster Bersenjata
Di hadapan jutaan penonton yang menonton di televisi dan daring, Duterte mengatakan kepada anggota parlemen bahwa ia menyewa "pasukan pembunuh" gangster untuk membunuh penjahat saat menjabat sebagai wali kota Davao City, 600 mil (965 kilometer) dari ibu kota Manila."Saya bisa membuat pengakuan sekarang jika Anda mau," kata Duterte. "Saya punya pasukan pembunuh yang terdiri dari tujuh orang, tetapi mereka bukan polisi, mereka gangster."
Namun dalam sidang yang sama, Duterte menjauhkan diri dari klaim bahwa ia secara langsung memerintahkan kepala polisi nasionalnya untuk melakukan pembunuhan di luar hukum selama masa jabatannya sebagai presiden. Ia juga mengatakan bahwa ia memberi tahu petugas polisi untuk "mendorong" tersangka untuk melawan, sebagai perlindungan hukum atas pembunuhan tersebut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda