Habisi 14 Orang dengan Sianida, Wanita Pecandu Judi Online Ini Dihukum Mati
Kamis, 21 November 2024 - 11:52 WIB
BANGKOK - Seorang wanita pecandu judi online di Thailand telah dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan pada Rabu. Terdakwa dinyatakan bersalah telah meracuni seorang temannya dengan racun sianida.
Terdakwa, Sararat Rangsiwuthaporn (36), juga terlibat 13 kasus pembunuhan lainnya dengan racun sianida—dianggap sebagai salah satu pembunuh berantai terburuk dalam sejarah Kerajaan Thailand.
Vonis mati dijatuhkan dalam persidangan pembunuhan pertama dari total 14 kasus pembunuhan.
Sararat Rangsiwuthaporn dituduh menipu ribuan dolar dari para korbannya sebelum membunuh mereka dengan racun sianida.
Pengadilan di Bangkok pada hari Rabu menghukumnya karena meracuni temannya, Siriporn Kanwong, hingga meninggal.
Keduanya bertemu di dekat Bangkok pada bulan April tahun lalu untuk melepaskan ikan ke sungai Mae Klong sebagai bagian dari ritual Buddha.
Siriporn pingsan dan meninggal tak lama kemudian dan penyidik polisimenemukan jejak sianida di tubuh korban.
Polisi kemudian dapat menghubungkan Sararat dengan keracunan sianida yang sebelumnya tidak terpecahkan sejak tahun 2015, kata seorang petugas polisi.
Terdakwa, Sararat Rangsiwuthaporn (36), juga terlibat 13 kasus pembunuhan lainnya dengan racun sianida—dianggap sebagai salah satu pembunuh berantai terburuk dalam sejarah Kerajaan Thailand.
Vonis mati dijatuhkan dalam persidangan pembunuhan pertama dari total 14 kasus pembunuhan.
Sararat Rangsiwuthaporn dituduh menipu ribuan dolar dari para korbannya sebelum membunuh mereka dengan racun sianida.
Pengadilan di Bangkok pada hari Rabu menghukumnya karena meracuni temannya, Siriporn Kanwong, hingga meninggal.
Keduanya bertemu di dekat Bangkok pada bulan April tahun lalu untuk melepaskan ikan ke sungai Mae Klong sebagai bagian dari ritual Buddha.
Siriporn pingsan dan meninggal tak lama kemudian dan penyidik polisimenemukan jejak sianida di tubuh korban.
Polisi kemudian dapat menghubungkan Sararat dengan keracunan sianida yang sebelumnya tidak terpecahkan sejak tahun 2015, kata seorang petugas polisi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda