4 Alasan Israel Hancurkan Tatanan Dunia yang Dipimpin Barat
Sabtu, 16 November 2024 - 09:22 WIB
LONDON - Kepala Kebijakan Uni Eropa (UE) Josep Borrell mengungkapkan diperlukan tindakan tegas terhadap Israel untuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia di Gaza. Jika tidak, Borrell mengungkapkan, tindakan Zionis itu berisiko menghancurkan "tatanan berbasis aturan" yang dibuat oleh Barat dan memicu "efek riak krisis" bagi Eropa.
Diplomat itu juga memperingatkan Israel akan melakukan pengusiran paksa di luar batas wilayah kantong Palestina, di Lebanon, tempat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan sengaja “melenyapkan” sekitar 30 desa.
“Pembelaan diri” Israel, yang awalnya didukung oleh banyak negara Barat, semakin tampak “seperti balas dendam,” kata Borrell.
IDF meluncurkan operasinya di Gaza sebagai tanggapan atas serangan mendadak oleh kelompok militan Palestina Hamas, yang menyerbu Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Serangan itu merenggut nyawa sekitar 1.100 orang, dan lebih dari 200 orang disandera.
IDF memulai dengan serangan dengan pengeboman besar-besaran, diikuti oleh operasi darat yang masih berlanjut. Lebih dari 40.000 orang tewas dan lebih dari 92.401 orang terluka.
"Daftar permohonan yang tidak digubris di Israel terlalu panjang untuk diceritakan kembali," kata Borrell dalam pernyataannya. Dia menambahkan bahwa "kita perlu mengakui bahwa pendekatan yang telah kita gunakan selama lebih dari setahun dengan pemerintah Israel telah gagal."
Baca Juga: Zionis Tak Ingin Punya Pesaing dalam Kepemilikan Senjata Nuklir
4 Alasan Israel Hancurkan Tatanan Dunia yang Dipimpin Barat
1. Israel Melakukan Pembersihan Etnis Palestina
Borrell mengatakan "bukan kebetulan" bahwa kampanye militer Israel, yang telah menyebabkan eksodus massal warga Palestina dari bagian utara Gaza, digambarkan sebagai pembersihan etnis.Diplomat itu juga memperingatkan Israel akan melakukan pengusiran paksa di luar batas wilayah kantong Palestina, di Lebanon, tempat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan sengaja “melenyapkan” sekitar 30 desa.
“Pembelaan diri” Israel, yang awalnya didukung oleh banyak negara Barat, semakin tampak “seperti balas dendam,” kata Borrell.
IDF meluncurkan operasinya di Gaza sebagai tanggapan atas serangan mendadak oleh kelompok militan Palestina Hamas, yang menyerbu Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Serangan itu merenggut nyawa sekitar 1.100 orang, dan lebih dari 200 orang disandera.
IDF memulai dengan serangan dengan pengeboman besar-besaran, diikuti oleh operasi darat yang masih berlanjut. Lebih dari 40.000 orang tewas dan lebih dari 92.401 orang terluka.
2. Israel Mengabaikan Tekanan Barat
Perang Israel terhadap Hamas dan pengepungan Gaza telah menuai kritik internasional dalam beberapa bulan terakhir, termasuk ancaman sanksi. Israel telah mengalami penurunan dukungan Barat yang terus-menerus karena meningkatnya jumlah korban tewas dan krisis kemanusiaan yang semakin dalam."Daftar permohonan yang tidak digubris di Israel terlalu panjang untuk diceritakan kembali," kata Borrell dalam pernyataannya. Dia menambahkan bahwa "kita perlu mengakui bahwa pendekatan yang telah kita gunakan selama lebih dari setahun dengan pemerintah Israel telah gagal."
Baca Juga: Zionis Tak Ingin Punya Pesaing dalam Kepemilikan Senjata Nuklir
tulis komentar anda