Bukan Lagi Negara Teraman! Penikaman Pastor Gereja Guncang Singapura

Minggu, 10 November 2024 - 17:02 WIB
Seorang pastur ditikam saat menggelar misa di sebuah gereja di Singapura. Foto/The Strait Times
SINGAPURA - Pria Singapura yang ditangkap karena menikam seorang pendeta di sebuah gereja di Bukit Timah pada Sabtu (9/11/2024) telah diidentifikasi sebagai Basnayake Keith Spencer. Itu sebagai bukti bahwa Singapura bukan lagi negara teraman di dunia.

"Basnayake, 37, sebelumnya terlihat di Gereja St Joseph di Upper Bukit Timah, tetapi bukan pengunjung tetap," kata umat paroki kepada The Straits Times.

Sebuah video yang beredar daring setelah serangan terhadap Pendeta Christopher Lee yang berusia 57 tahun pada 9 November menunjukkan seorang pria kurus dan botak dengan kaus putih berlumuran darah dibawa pergi dari gereja dengan tangan di belakang punggungnya.



The Straits Times menemukan bahwa pria dalam video tersebut adalah Basnayake. Ia dihukum dan dipenjara pada tahun 2019 karena menyebabkan luka dengan senjata berbahaya, setelah mengaku bersalah menikam mantan pacarnya di sebuah pesta saat ia sedang menggunakan narkoba.

Menjelang misa pagi pada 10 November, setidaknya tiga anggota satuan tugas tanggap darurat paroki gereja terlihat berpatroli di lingkungan gereja. Mereka melakukan pemeriksaan tas pada beberapa jemaat gereja.

Pada misa tersebut, umat paroki diberi tahu tentang kondisi Pastor Lee. Gereja mengatakan operasi pastor paroki berjalan dengan baik, dan ia sedang beristirahat.

Gereja juga mengunggah pembaruan di Facebook bahwa Pastor Lee dalam kondisi stabil, dan tetap dirawat di rumah sakit sehingga dokter dapat memantaunya.

Polisi mengatakan pada konferensi pers pada Minggu (10/11/2024) bahwa total lima senjata telah ditemukan dalam kepemilikan penyerang, termasuk pisau lipat yang digunakan dalam serangan tersebut. Serangan itu terjadi selama misa anak-anak bulanan di gereja, saat Komuni Kudus diberikan.

Para jemaat gereja mengatakan kepada ST pada 10 November bahwa mereka masih terkejut bahwa sebuah serangan telah terjadi di gereja mereka.

Ibu Rosalin Kolandasamy, 69, mengatakan bahwa dia mengetahui tentang penusukan itu beberapa menit setelah kejadian, dari seorang teman yang menghadiri misa pada 9 November.



Administrator yang sudah pensiun, yang telah menghadiri Gereja St. Joseph selama tiga dekade, mengatakan bahwa Pastor Lee selalu ingin menyatukan umat paroki.

Misalnya, pendeta menyewa bus untuk 20 penumpang dari gereja di Bukit Timah ke acara jalan kaki baru-baru ini di Bishan yang diselenggarakan oleh Caritas Singapore, bagian layanan sosial Gereja Katolik Roma di sini.

Rosalin mengatakan dia tidak mengetahui gereja lain yang melakukan hal itu. "Dia mengatakan dia ingin semua orang pergi sebagai keluarga gereja ini," tambahnya sambil mendoakan agar Pendeta Lee cepat pulih.

Insinyur perangkat lunak Jose Nidhin, 40, mengatakan keluarganya biasanya menghadiri misa pada Sabtu malam, tetapi tidak melakukannya pada 9 November karena mereka berada di gereja pada pagi hari untuk rekonsiliasi pertama putranya, yang juga dikenal sebagai pengakuan dosa.

"Karena itu adalah misa anak-anak, putra saya akan berada di depan," kata Nidhin. "Melakukan hal seperti itu di depan anak-anak adalah hal yang sangat buruk."

Tersangka akan didakwa di pengadilan pada 11 November dengan pelanggaran sengaja menyebabkan luka parah dengan senjata berbahaya, polisi menambahkan.

Jika terbukti bersalah, pelanggaran tersebut, berdasarkan Pasal 326 KUHP 1871, dapat dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, atau penjara selama jangka waktu yang dapat diperpanjang hingga 15 tahun. Pelaku juga dapat dikenai hukuman cambuk dan/atau denda.

Polisi juga akan meminta perintah pengadilan untuk menahan pria tersebut di Institut Kesehatan Mental untuk evaluasi psikiatris.

Penyerang, yang merupakan orang Sinhala, sebelumnya telah menyatakan kepada Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan bahwa ia adalah seorang Kristen, kata polisi.

Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ini adalah serangan yang bermotif agama, polisi menambahkan.

Dewan Gereja Nasional Singapura (NCCS) mengatakan pihaknya mengutuk keras serangan itu, dan bersyukur bahwa tim Tanggap Darurat Keuskupan Agung dan anggota jemaat dapat campur tangan dan menahan penyerang.

“Kami berdoa untuk pelaku meskipun kami tidak tahu alasan di balik tindakannya saat ini,” kata presiden NCCS, Uskup Lu Guan Hoe, dalam surat tertanggal 9 November kepada Uskup Agung William Goh, yang mengepalai Gereja Katolik Roma di Singapura.
(ahm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More