Bos JP Morgan: Perang Dunia III Telah Dimulai!
Kamis, 31 Oktober 2024 - 12:21 WIB
“Itu: ‘Jika militer Anda mulai menang, kami akan meluncurkan senjata nuklir’. Jika itu tidak membuat Anda takut, itu seharusnya membuat Anda takut.”
Minggu lalu, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengonfirmasi telah mengamati keberadaan sekitar 3.000 pasukan khusus Korea Utara di dalam Rusia.
Pentagon menambahkan bahwa mereka yakin hingga 10.000 tentara Korea Utara sedang dimobilisasi, dengan unit-unit sudah dalam perjalanan ke garis depan Ukraina.
“Penempatan besar pasukan Korea Utara di Rusia merupakan fase baru yang meresahkan dalam perang Rusia-Ukraina sekaligus membawa implikasi yang lebih dalam bagi politik global,” kata analis Brookings Institution Andrew Yeo dan Hanna Foreman.
Ini adalah komitmen pasukan pertama antara apa yang banyak disebut sebagai “Poros Otoriter”. Namun, ini bukan contoh pertama dari dukungan timbal balik.
Rusia telah menerima pengiriman pesawat nirawak jarak jauh Shahed dari Iran, dan sedang dalam pembicaraan untuk membantu mengisi kembali persenjataan misilnya.
China menghadapi tuduhan yang berkembang tentang dukungan di balik layar dengan menyediakan komponen penting yang dibutuhkan untuk memelihara sistem persenjataan canggih.
Sedangkan Korea Utara telah membuka persediaan amunisi artilerinya.
“Sejak Agustus 2023, Rusia dilaporkan telah menerima 13.000 kontainer pengiriman (Korea Utara) yang berisi peluru artileri, roket antitank, dan rudal balistik jarak pendek untuk mengisi kembali amunisi dan senjata Rusia yang sangat menipis,” kata para analis Brookings.
Poros Otoriter Mulai Bergerak
Minggu lalu, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengonfirmasi telah mengamati keberadaan sekitar 3.000 pasukan khusus Korea Utara di dalam Rusia.
Pentagon menambahkan bahwa mereka yakin hingga 10.000 tentara Korea Utara sedang dimobilisasi, dengan unit-unit sudah dalam perjalanan ke garis depan Ukraina.
“Penempatan besar pasukan Korea Utara di Rusia merupakan fase baru yang meresahkan dalam perang Rusia-Ukraina sekaligus membawa implikasi yang lebih dalam bagi politik global,” kata analis Brookings Institution Andrew Yeo dan Hanna Foreman.
Ini adalah komitmen pasukan pertama antara apa yang banyak disebut sebagai “Poros Otoriter”. Namun, ini bukan contoh pertama dari dukungan timbal balik.
Rusia telah menerima pengiriman pesawat nirawak jarak jauh Shahed dari Iran, dan sedang dalam pembicaraan untuk membantu mengisi kembali persenjataan misilnya.
China menghadapi tuduhan yang berkembang tentang dukungan di balik layar dengan menyediakan komponen penting yang dibutuhkan untuk memelihara sistem persenjataan canggih.
Sedangkan Korea Utara telah membuka persediaan amunisi artilerinya.
“Sejak Agustus 2023, Rusia dilaporkan telah menerima 13.000 kontainer pengiriman (Korea Utara) yang berisi peluru artileri, roket antitank, dan rudal balistik jarak pendek untuk mengisi kembali amunisi dan senjata Rusia yang sangat menipis,” kata para analis Brookings.
Lihat Juga :
tulis komentar anda