Kenapa Banyak Pihak Menolak Hasil Pemilu Georgia? Ada Dugaan Campur Tangan Rusia
Rabu, 30 Oktober 2024 - 11:49 WIB
Ia ingin agar masyarakat mendukung penuh keputusannya dan mengumumkan kepada dunia bahwa Georgia tidak mengakui pemilu ini.
Sebelum hasil pemilu keluar, banyak warga Georgia memandang pemungutan suara tersebut berstatus referendum yang akan menentukan jalan bagi hubungan negaranya di masa depan, baik menuju Rusia atau Uni Eropa.
Pada sisi Partai Georgian Dream, mereka menginginkan hubungan yang lebih baik dengan Rusia. Sementara pihak oposisi menginginkan integrasi Georgia ke dalam Uni Eropa.
Nah, karena hasilnya memunculkan Georgian Dream sebagai pemenang, Georgia kemungkinan akan dibawa oleh penguasa menuju hubungan yang baik dengan Rusia.
Hal ini tentu ditolak sejumlah pihak oposisi pro-Barat yang langsung menuding jalannya pemilu kemarin penuh kecurangan.
Kemenangan Georgian Dream akan membuat partai tersebut memiliki mayoritas parlemen, sehingga memicu kekhawatiran tentang gagalnya upaya negara untuk menjadi anggota Uni Eropa.
Partai tersebut juga bakal menjadi semakin otoriter, bahkan berpotensi mengadopsi undang-undang yang mirip dengan yang digunakan Rusia untuk menindak kebebasan berbicara.
Menanggapi isu kecurangan dalam pemilu, Georgian Dream mengaku tidak akan ambil pusing. Perdana Menteri Irakli Kobakhidze membantah tuduhan presiden dan membela keabsahan pemilu.
Sebagai pembelaan, ia menggarisbawahi bahwa tidak ada ruang untuk berbuat curang karena sistem pemungutan suara elektronik yang baru.
Kobakhidze juga menuduh kelompok oposisi terus-menerus menolak karena tidak punya cara lain setelah kekalahannya di Pemilu Georgia 2024.
Sebelum hasil pemilu keluar, banyak warga Georgia memandang pemungutan suara tersebut berstatus referendum yang akan menentukan jalan bagi hubungan negaranya di masa depan, baik menuju Rusia atau Uni Eropa.
Pada sisi Partai Georgian Dream, mereka menginginkan hubungan yang lebih baik dengan Rusia. Sementara pihak oposisi menginginkan integrasi Georgia ke dalam Uni Eropa.
Nah, karena hasilnya memunculkan Georgian Dream sebagai pemenang, Georgia kemungkinan akan dibawa oleh penguasa menuju hubungan yang baik dengan Rusia.
Hal ini tentu ditolak sejumlah pihak oposisi pro-Barat yang langsung menuding jalannya pemilu kemarin penuh kecurangan.
Kemenangan Georgian Dream akan membuat partai tersebut memiliki mayoritas parlemen, sehingga memicu kekhawatiran tentang gagalnya upaya negara untuk menjadi anggota Uni Eropa.
Partai tersebut juga bakal menjadi semakin otoriter, bahkan berpotensi mengadopsi undang-undang yang mirip dengan yang digunakan Rusia untuk menindak kebebasan berbicara.
Menanggapi isu kecurangan dalam pemilu, Georgian Dream mengaku tidak akan ambil pusing. Perdana Menteri Irakli Kobakhidze membantah tuduhan presiden dan membela keabsahan pemilu.
Sebagai pembelaan, ia menggarisbawahi bahwa tidak ada ruang untuk berbuat curang karena sistem pemungutan suara elektronik yang baru.
Kobakhidze juga menuduh kelompok oposisi terus-menerus menolak karena tidak punya cara lain setelah kekalahannya di Pemilu Georgia 2024.
Lihat Juga :
tulis komentar anda