Serangan Israel Diklaim Hancurkan Seluruh Sistem Rudal S-300 Iran, Teheran dalam Bahaya Besar
Selasa, 29 Oktober 2024 - 08:15 WIB
Klaim para pejabat AS dan Israel serta penilaian ISW bertolak belakang dengan narasi Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran.
Staf Umum tersebut sebelumnya mengatakan sistem pertahanan udaranya berhasil mencegat banyak rudal yang ditembakkan jet-jet tempur Israel—yang menurut media-media Zionis sebanyak 100 pesawat, termasuk jet tempur siluman F-35.
Staf Umum juga mengatakan jet-jet tempur Israel menyerang dari wilayah udara Irak yang dikontrol Amerika Serikat, tanpa memasuki wilayah udara Iran. Narasi ini juga bertentangan dengan laporan CNN dan Iran International bahwa beberapa jet tempur Zionis memasuki wilayah udara Iran dan melakukan pengeboman.
Lebih lanjut, Staf Umum meremehkan serangan Israel yang menurut mereka hanya menyebabkan kerusakan pada beberapa radar sistem pertahanan rudal. Meski demikian, militer Iran mengakui empat tentaranya tewas.
Meskipun S-300 telah terus diperbarui sejak pertama kali diperkenalkan oleh Uni Soviet pada akhir 1970-an, sistem ini sekarang sudah tua dan terbukti rentan di Ukraina.
Meskipun demikian, sistem ini tetap menjadi ancaman yang signifikan, terutama jika digunakan sebagai bagian dari sistem pertahanan udara berlapis, dan sistem rudal permukaan-ke-udara ini adalah yang paling mampu dari jenisnya yang tersedia bagi Iran.
Teheran adalah penerima salah satu iterasi S-300 yang lebih modern, yaitu S-300PMU-2 Favorit (dikenal oleh NATO sebagai SA-20B Gargoyle), yang diperkenalkan pada tahun 1997 dan yang telah meningkatkan kemampuan antirudal balistik.
Perlu dicatat bahwa, selama bertahun-tahun Angkatan Udara Israel (IAF) telah berlatih melawan ancaman S-300 secara khusus dalam beberapa latihan udara multinasional, memanfaatkan sistem S-300PMU-1 yang dioperasikan oleh Yunani dan S-300 di AS, dan menyempurnakan taktiknya dalam proses tersebut.
Penggantian S-300 Iran, setidaknya dalam waktu dekat, bukanlah hal yang mudah. Rusia saat ini membutuhkan peralatan pertahanan udara sebanyak yang dapat diproduksi, untuk perang di Ukraina, sehingga pemindahan sistem dari stoknya sendiri ke Teheran tampaknya kurang realistis.
Staf Umum tersebut sebelumnya mengatakan sistem pertahanan udaranya berhasil mencegat banyak rudal yang ditembakkan jet-jet tempur Israel—yang menurut media-media Zionis sebanyak 100 pesawat, termasuk jet tempur siluman F-35.
Staf Umum juga mengatakan jet-jet tempur Israel menyerang dari wilayah udara Irak yang dikontrol Amerika Serikat, tanpa memasuki wilayah udara Iran. Narasi ini juga bertentangan dengan laporan CNN dan Iran International bahwa beberapa jet tempur Zionis memasuki wilayah udara Iran dan melakukan pengeboman.
Lebih lanjut, Staf Umum meremehkan serangan Israel yang menurut mereka hanya menyebabkan kerusakan pada beberapa radar sistem pertahanan rudal. Meski demikian, militer Iran mengakui empat tentaranya tewas.
Sistem Rudal S-300 Sudah Tua
Meskipun S-300 telah terus diperbarui sejak pertama kali diperkenalkan oleh Uni Soviet pada akhir 1970-an, sistem ini sekarang sudah tua dan terbukti rentan di Ukraina.
Meskipun demikian, sistem ini tetap menjadi ancaman yang signifikan, terutama jika digunakan sebagai bagian dari sistem pertahanan udara berlapis, dan sistem rudal permukaan-ke-udara ini adalah yang paling mampu dari jenisnya yang tersedia bagi Iran.
Teheran adalah penerima salah satu iterasi S-300 yang lebih modern, yaitu S-300PMU-2 Favorit (dikenal oleh NATO sebagai SA-20B Gargoyle), yang diperkenalkan pada tahun 1997 dan yang telah meningkatkan kemampuan antirudal balistik.
Perlu dicatat bahwa, selama bertahun-tahun Angkatan Udara Israel (IAF) telah berlatih melawan ancaman S-300 secara khusus dalam beberapa latihan udara multinasional, memanfaatkan sistem S-300PMU-1 yang dioperasikan oleh Yunani dan S-300 di AS, dan menyempurnakan taktiknya dalam proses tersebut.
Penggantian S-300 Iran, setidaknya dalam waktu dekat, bukanlah hal yang mudah. Rusia saat ini membutuhkan peralatan pertahanan udara sebanyak yang dapat diproduksi, untuk perang di Ukraina, sehingga pemindahan sistem dari stoknya sendiri ke Teheran tampaknya kurang realistis.
Lihat Juga :
tulis komentar anda