Profil Jassim Al Mazrouei Jenderal Tertinggi ISIS yang Berhasil Dibunuh Tentara Irak

Kamis, 24 Oktober 2024 - 16:11 WIB
Anggota ISIS berdiri di depan bendera hitam. Foto/vietbao.vn
BAGHDAD - Jassim Al Mazrouei merupakan salah satu komandan tertinggi Negara Islam (dulu ISIS) yang telah dikonfirmasi kematiannya oleh Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani.

Dilansir dari Strat News Global pada 23 Oktober 2024, Komando Pusat AS (CENTCOM) telah mengumumkan kematian Al-Mazrouei akhir pekan lalu.

Dalam posting di X, Al-Sudani mengucapkan selamat kepada rakyat Irak atas terbunuhnya komandan ISIS, yang disebut sebagai “Wali Irak,” bersama dengan delapan pemimpin senior kelompok tersebut.

Al-Sudani menekankan operasi yang terjadi di Pegunungan Hamrin di timur laut Irak merupakan pencapaian signifikan.



Operasi tersebut dipimpin pasukan kontra-terorisme dan keamanan nasional Irak di bawah bimbingan Komando Operasi Gabungan (JOC).

Perdana menteri memuji pasukan keamanan, dan menegaskan kembali Irak tidak akan menoleransi terorisme. Ia berjanji akan terus mengejar militan hingga mereka dibasmi dari Irak.

Profil Jassim Al Mazrouei



Masih belum diketahui secara pasti terkait detail informasi tentang Jassim Al Mazrouei, karena minimnya sumber yang membahas sosoknya. Meski begitu dia diyakini merupakan salah satu petinggi ISIS.

Jassim Al Mazrouei ini memiliki nama lengkap Jassim al-Mazrouei Abu Abdel Qader atau juga dikenal dengan nama Abu Abdul Qader.

Analis keamanan Irak Fadel Abu Raghif mengatakan kepada AFP bahwa Mazrouei telah "mengambil alih kendali provinsi (ISIS) Irak kurang dari setahun yang lalu."

Pernyataan tersebut mencatat bahwa operasi di Pegunungan Hamrin dilakukan "dengan dukungan teknis" dan intelijen yang disediakan oleh koalisi anti-ekstremis yang dipimpin AS.

Disebutkan juga jika "sejumlah besar senjata" disita dalam operasi tersebut, yang "masih berlangsung." Sehingga membuat posisi ISIS di Irak semakin tidak menguntungkan.

Sebelum Mazrouei dinyatakan tewas, pasukan ISIS sebenarnya telah dikalahkan di Irak pada tahun 2017 oleh pasukan Irak yang didukung oleh koalisi militer internasional.

Kemudian tahun 2019, mereka mulai kehilangan wilayah terakhir yang dikuasainya di Suriah kepada pasukan Kurdi yang didukung AS, tetapi sisa-sisa kelompok tersebut tetap aktif di Irak dan terus melancarkan serangan sporadis.

Sebuah laporan oleh para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diterbitkan pada bulan Juli memperkirakan ada sekitar 1.500 hingga 3.000 ekstremis yang tersisa di Irak dan Suriah.

Untuk mengatasi itu, AS lantas menurunkan sekitar 2.500 tentara di Irak dan 900 di Suriah sebagai bagian dari koalisi, yang diumumkan Washington dan Baghdad bulan lalu akan mengakhiri misi militernya selama satu dekade di Irak dalam waktu satu tahun.

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More