Duduk Perkara Putra Pendiri Singapura Kabur ke Inggris: Seteru Keluarga Jadi Masalah Negara

Kamis, 24 Oktober 2024 - 08:44 WIB
Lee Hsien Yang, putra bungsu mendiang pendiri Singapura Lee Kuan Yew, melarikan diri dan mencari suaka politik di Inggris. Foto/Straits Times
SINGAPURA - Lee Hsien Yang, putra bungsu mendiang pendiri Singapura Lee Kuan Yew, telah melarikan diri dan mencari suaka politik di Inggris.

Pelariannya telah menandai perkembangan terbaru dalam perseteruan tingkat tinggi dalam keluarga paling terkemuka di negara kota tersebut.

Lee Hsien Yang mengeklaim pemerintah Inggris telah memberinya suaka. Dia meminta suaka politik dengan dalih mengalami persekusi atau penganiayaan di negaranya.





Duduk Perkara Seteru Keluarga Pendiri Singapura



Lee dan saudara perempuannya Lee Wei Ling, yang meninggal pada 9 Oktober, telah bertahun-tahun terasing dari kakak laki-lakinya yang berpengaruh Lee Hsien Loong, yang menjadi perdana menteri (PM) selama dua dekade hingga Mei tahun ini.

Perpecahan itu berpusat pada ketidaksepakatan atas nasib rumah ayah mereka setelah kematiannya pada tahun 2015.

Hubungan yang renggang itu terungkap ke publik, di mana Lee Hsien Yang (67) memihak partai oposisi selama pemilihan umum 2020 dan tahun lalu mengatakan bahwa dia mempertimbangkan untuk mencalonkan diri sebagai presiden Singapura, sebuah jabatan yang sebagian besar bersifat seremonial.

Dalam sebuah unggahan Facebook pada hari Selasa, Lee Hsien Yang mengatakan bahwa dia mencari suaka pada tahun 2022 "sebagai pilihan terakhir", yang diberikan Inggris kepadanya pada bulan Agustus lalu.

"Serangan pemerintah Singapura terhadap saya sudah menjadi catatan publik. Mereka menuntut anak saya, mengajukan tuntutan disiplin terhadap istri saya, dan meluncurkan penyelidikan polisi palsu yang telah berlangsung selama bertahun-tahun," tulisnya, seraya menambahkan bahwa dia tidak dapat kembali ke rumah untuk menghadiri pemakaman saudara perempuannya sebagai akibatnya.

“Berdasarkan fakta-fakta ini, Inggris telah menetapkan bahwa saya menghadapi risiko penganiayaan yang beralasan dan tidak dapat kembali ke Singapura dengan aman," imbuh dia, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (24/10/2024).

Pemerintah Singapura mengatakan klaim penganiayaan itu tidak berdasar.

Sedangkan pemerintah Inggris tidak berkomentar.

The Guardian menerbitkan wawancara dengan Lee Hsien Yang pada hari Selasa di mana dia mengkritik keras pemerintah Singapura dan menuduhnya memfasilitasi pencucian uang.

“Dunia perlu melihat lebih dekat, untuk melihat peran Singapura sebagai fasilitator utama untuk perdagangan senjata, untuk uang kotor, untuk uang narkoba, dan untuk uang kripto,” tulis surat kabar itu mengutip ucapannya.

Pemerintah Singapura mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tidak ada dasar untuk tuduhan dalam laporan The Guardian.

"Negara kota ini memiliki sistem yang kuat untuk mencegah dan menangani pencucian uang dan aliran keuangan gelap lainnya, yang konsisten dengan standar internasional," katanya.

Lee Hsien Yang dan saudara perempuannya, Lee Wei Ling, menuduh kakak laki-laki tertua mereka menyalahgunakan kekuasaannya untuk menghentikan mereka menghancurkan rumah keluarga sesuai keinginan ayah mereka, yang meninggal pada tahun 2015 setelah memimpin Singapura selama lebih dari tiga dekade.

Lee Hsien Loong berpendapat bahwa pemerintah harus memutuskan apa yang harus dilakukan dengannya, termasuk kemungkinan mempertahankannya sebagai bangunan bersejarah.

Lee yang lebih tua tetap berada di kabinet dengan jabatan menteri senior, peran yang juga dipegang oleh ayahnya, yang dari tahun 1959 hingga 1990 mengawasi kebangkitan cepat negara kota itu dari daerah terpencil kolonial Inggris menjadi pusat perdagangan dan keuangan global.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More