Israel Gunakan Bom Robot Jebakan di Gaza Utara untuk Tingkatkan Pembunuhan

Selasa, 15 Oktober 2024 - 19:15 WIB
Robot Israel yang dipasangi bom di lingkungan Kamp Jabaliya. Foto/Euro-Med Monitor
TEL AVIV - Militer Israel menggunakan robot jebakan yang berisi berton-ton bahan peledak untuk melakukan penghancuran dan pembunuhan besar-besaran, termasuk pembantaian, pembunuhan yang disengaja, kelaparan paksa, dan pemindahan paksa yang meluas di Gaza utara.

Laporan itu diungkap Euro-Mediterranean Human Rights Monitor.

Dalam laporan yang diterbitkan pada Senin (14/10/2024), kelompok hak asasi manusia yang berpusat di Jenewa tersebut mengatakan telah menerima banyak kesaksian “mengenai penggunaan robot jebakan oleh tentara Israel yang diledakkan dari jarak jauh, yang menyebabkan kerusakan besar pada rumah-rumah dan bangunan di sekitarnya serta hilangnya nyawa yang signifikan pada saat pekerjaan kru pertahanan sipil dan ambulans hampir seluruhnya terganggu.”

“Penggunaan robot jebakan oleh Israel dilarang berdasarkan hukum internasional, karena robot-robot ini dianggap sebagai senjata tanpa pandang bulu yang tidak dapat diarahkan atau dibatasi pada target militer,” ungkap kelompok hak asasi tersebut.



Karena sifatnya, senjata-senjata itu secara langsung mengenai warga sipil, target militer, atau properti sipil tanpa pandang bulu.

“Karena itu, senjata-senjata itu adalah senjata ilegal menurut hukum internasional, dan menggunakannya di daerah permukiman merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan,” papar Euro-Med.

Ledakan Dahsyat



Seorang warga yang terjebak di dekat lingkungan Al-Qassabi, barat daya kamp Jabalia di Gaza utara mengatakan kepada Euro-Med bahwa Rabu lalu terjadi “ledakan dahsyat.”

“Itu adalah ledakan paling keras yang pernah saya dengar,” ungkap warga tersebut, yang namanya dirahasiakan karena alasan keamanan.

Dia menjelaskan, “Kami sekarang dapat membedakan antara suara ledakan yang berbeda, sehingga kami dapat menentukan apakah suara ini berasal dari artileri, pesawat terbang, atau sumber lain.”

“Faktanya, suara ledakan itu sebenarnya lebih keras daripada suara serangan udara, sampai-sampai debu putih menutupi seluruh area,” ujar dia.

Warga tersebut mengatakan, “Kemudian ditemukan ledakan ini disebabkan robot yang dilengkapi dengan berton-ton bahan peledak, yang menghancurkan sekitar enam atau tujuh rumah sekaligus.”

Dia menjelaskan, “Terlepas dari apakah ada warga sipil di dalam rumah, tentara pendudukan meledakkan robot tersebut."

“Militer Israel telah sepenuhnya memutus jalur Gaza utara dari Kota Gaza dengan mengerahkan kendaraan militer, menempatkan penghalang pasir dan puing-puing rumah yang hancur, selain serangan dari pesawat tanpa awak,” ungkap Euro-Med.

Rumah-rumah Dikepung



“Militer Israel meledakkan dua robot tambahan di lingkungan Tawam dan Zahraa yang dekat dengan area Pertahanan Sipil di sebelah barat kamp Jabalia,” ungkap tim lapangan Euro-Med.

Robot lain diledakkan di sekitar persimpangan Abu Ali Mustafa di Bir al-Naja, sebelah barat kamp Jabalia.

Seorang warga yang terjebak di area Faluja mengatakan kepada Euro-Med Monitor bahwa, “Ada ledakan besar di area tempat kami terjebak di dekat bundaran Al-Sharafi, dan kami tidak dapat mengidentifikasinya."

"Lebih dari 50 orang saat ini terkepung di satu rumah, tiga di antaranya terluka tetapi tidak dapat dipindahkan ke rumah sakit," ungkap warga tersebut.

Pertama Kali Digunakan pada Bulan Mei



Militer Israel mulai menggunakan robot-robot ini untuk pertama kalinya di Gaza pada bulan Mei, selama serangan keduanya ke kamp pengungsi Jabaliya, menurut laporan itu.

Akibatnya, tambahnya, banyak warga sipil tewas dan banyak rumah di kamp itu hancur.

"Pada akhir Mei lalu, foto-foto dua robot yang dipasangi jebakan siap meledak muncul dari area Stasiun Tamraz di pusat kamp Jabalia," ungkap Euro-Med.

"Dengan menggunakan tiga metode berbeda, pengeboman udara, robot yang dipasangi jebakan, dan menanam bahan peledak di rumah-rumah sebelum meledakkannya, militer Israel telah meningkatkan operasinya untuk menghancurkan rumah-rumah dan bangunan tempat tinggal di area serangannya di Gaza utara," jelas laporan itu.

Badan hak asasi manusia itu mengatakan perkiraan menunjukkan lebih dari 200.000 orang tinggal di reruntuhan rumah-rumah dan pusat-pusat penampungan yang hancur di Gaza Utara.

“Orang-orang ini menolak mematuhi perintah pemindahan paksa sistematis Israel, mengingat dalam sepekan, pasukan Israel mengeluarkan tidak kurang dari enam perintah evakuasi ke Jalur Gaza selatan,” ungkap Euro-Med.

400.000 Orang Terdampak



200.000 warga Palestina lainnya di Gaza kelaparan dan mengalami pemboman terus-menerus sebagai akibat dari blokade pasokan dan barang.

“Dengan kata lain, lebih dari 400.000 orang yang tinggal di Lembah Gaza utara berisiko mengalami kelaparan paksa, pemindahan paksa, dan pembunuhan dengan cara lain,” tegas kelompok hak asasi manusia itu.

Euro-Med mendesak, “Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan masyarakat internasional untuk segera campur tangan untuk menyelamatkan ratusan ribu penduduk Gaza utara, untuk menghentikan genosida Israel yang sedang berlangsung yang sekarang memasuki tahun kedua, untuk memberlakukan embargo senjata menyeluruh terhadap Israel, untuk meminta pertanggungjawabannya atas semua kejahatannya, dan untuk mengambil semua tindakan efektif untuk melindungi warga sipil Palestina.”

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More