Nasrallah dan Netanyahu Sepakat Gencatan Senjata sebelum Israel Bunuh Pemimpin Hizbullah
Jum'at, 04 Oktober 2024 - 18:15 WIB
BEIRUT - Menteri Luar Negeri (Menlu) Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan dalam wawancara dengan CNN bahwa Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah maupun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah sepakat gencatan senjata sementara sebelum Israel membunuh Nasrallah dalam serangan udara besar-besaran di Beirut.
"(AS) juga menyetujui pernyataan Biden-Macron yang menyerukan penerapan gencatan senjata selama 21 hari," ungkap Bou Habib kepada Christine Amanpour dari CNN.
"Dan mereka memberi tahu kami bahwa Netanyahu menyetujui hal ini. Jadi kami juga mendapat persetujuan dari Hizbullah tentang hal itu. Anda tahu apa yang terjadi sejak saat itu," papar dia.
Bou Habib, yang saat ini berada di New York setelah Sidang Umum PBB bulan September, mengatakan kesepakatan gencatan senjata itu dikonfirmasi sebelum Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di pinggiran selatan Beirut, menewaskan Nasrallah dan menghancurkan seluruh bangunan.
Sebelum Israel membunuh Nasrallah, Amerika Serikat (AS) dan Prancis mengatakan Rabu lalu bahwa mereka merilis pernyataan yang mendesak gencatan senjata sementara selama 21 hari antara Hizbullah dan Israel, setelah sepekan Israel melancarkan serangan udara yang meningkat di Lebanon.
Pejabat AS mengatakan kedua belah pihak telah berkomunikasi mengenai pernyataan tersebut, dan yakin gencatan senjata akan tercapai.
Namun, keesokan harinya Netanyahu secara terbuka menolak gencatan senjata dan pada hari Jumat Israel membunuh Nasrallah.
Pengungkapan dari Bou Habib dapat memberikan wawasan tentang bagaimana Israel membunuh Nasrallah, yang telah selamat dari berbagai upaya pembunuhan Israel selama beberapa dekade.
Laporan lain dari Reuters yang diterbitkan pada Rabu mengatakan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengirim seorang utusan untuk memperingatkan Nasrallah bahwa Israel berencana membunuhnya.
Utusan itu, komandan senior Iran Abbas Nilforoushan, juga tewas dalam serangan Israel pada Jumat 27 September.
Komentar dari Bou Habib juga menimbulkan keraguan lebih lanjut mengenai apakah Israel pernah ingin mencari perdamaian sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023.
Pada Juli, Israel juga membunuh pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran. Haniyeh memimpin negosiasi mengenai kemungkinan gencatan senjata dengan Israel.
Sejak pembunuhan Nasrallah, Israel melancarkan invasi militer ke Lebanon yang dirusak dengan kemunduran setelah pejuang Hizbullah menewaskan delapan tentara Israel dan Hizbullah mengklaim korban tambahan dari pihak Israel dan penghancuran beberapa tank.
Meskipun AS menyusun upaya untuk mencari gencatan senjata dalam pertempuran antara Hizbullah dan Israel, pemerintahan Presiden Joe Biden telah mendukung pembunuhan Nasrallah oleh Israel dan invasinya ke Lebanon.
AS juga mengutuk serangan Iran baru-baru ini terhadap Israel, yang menargetkan beberapa pangkalan militer Israel.
Israel telah berjanji menanggapi serangan tersebut, mempertaruhkan perang yang lebih luas dan langsung antara Israel dan Iran.
"(AS) juga menyetujui pernyataan Biden-Macron yang menyerukan penerapan gencatan senjata selama 21 hari," ungkap Bou Habib kepada Christine Amanpour dari CNN.
"Dan mereka memberi tahu kami bahwa Netanyahu menyetujui hal ini. Jadi kami juga mendapat persetujuan dari Hizbullah tentang hal itu. Anda tahu apa yang terjadi sejak saat itu," papar dia.
Bou Habib, yang saat ini berada di New York setelah Sidang Umum PBB bulan September, mengatakan kesepakatan gencatan senjata itu dikonfirmasi sebelum Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di pinggiran selatan Beirut, menewaskan Nasrallah dan menghancurkan seluruh bangunan.
Sebelum Israel membunuh Nasrallah, Amerika Serikat (AS) dan Prancis mengatakan Rabu lalu bahwa mereka merilis pernyataan yang mendesak gencatan senjata sementara selama 21 hari antara Hizbullah dan Israel, setelah sepekan Israel melancarkan serangan udara yang meningkat di Lebanon.
Pejabat AS mengatakan kedua belah pihak telah berkomunikasi mengenai pernyataan tersebut, dan yakin gencatan senjata akan tercapai.
Namun, keesokan harinya Netanyahu secara terbuka menolak gencatan senjata dan pada hari Jumat Israel membunuh Nasrallah.
Pengungkapan dari Bou Habib dapat memberikan wawasan tentang bagaimana Israel membunuh Nasrallah, yang telah selamat dari berbagai upaya pembunuhan Israel selama beberapa dekade.
Laporan lain dari Reuters yang diterbitkan pada Rabu mengatakan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengirim seorang utusan untuk memperingatkan Nasrallah bahwa Israel berencana membunuhnya.
Utusan itu, komandan senior Iran Abbas Nilforoushan, juga tewas dalam serangan Israel pada Jumat 27 September.
Komentar dari Bou Habib juga menimbulkan keraguan lebih lanjut mengenai apakah Israel pernah ingin mencari perdamaian sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023.
Pada Juli, Israel juga membunuh pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran. Haniyeh memimpin negosiasi mengenai kemungkinan gencatan senjata dengan Israel.
Sejak pembunuhan Nasrallah, Israel melancarkan invasi militer ke Lebanon yang dirusak dengan kemunduran setelah pejuang Hizbullah menewaskan delapan tentara Israel dan Hizbullah mengklaim korban tambahan dari pihak Israel dan penghancuran beberapa tank.
Meskipun AS menyusun upaya untuk mencari gencatan senjata dalam pertempuran antara Hizbullah dan Israel, pemerintahan Presiden Joe Biden telah mendukung pembunuhan Nasrallah oleh Israel dan invasinya ke Lebanon.
AS juga mengutuk serangan Iran baru-baru ini terhadap Israel, yang menargetkan beberapa pangkalan militer Israel.
Israel telah berjanji menanggapi serangan tersebut, mempertaruhkan perang yang lebih luas dan langsung antara Israel dan Iran.
Baca Juga
(sya)
tulis komentar anda