Mengapa AS Tampak Sangat Menolak Mencari Tahu Dalang Bom Pager di Lebanon?

Jum'at, 20 September 2024 - 20:45 WIB
Pada Rabu, Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin mengadakan panggilan telepon dengan menhan Israel di mana dilaporkan mereka "membahas situasi di Lebanon dan Gaza" tetapi tampaknya tidak ada yang dapat dibagikan Miller kepada publik.

"Mengapa tidak ada seorang pun dari pemerintah kita yang bertanya kepada orang Israel?" ujar Jurnalis Suriah-Amerika untuk The Gray Zone Hekmat Aboukhater pada Political Misfits milik Sputnik pada Kamis.

Dia menjelaskan, “Apakah kita tahu apakah ada warga negara kita, yang banyak tinggal di Lebanon, yang banyak tinggal di wilayah tersebut, yang menggunakan pager?”

Namun, media AS melaporkan, mengutip pejabat intelijen anonim bahwa Israel telah “memberi tahu Washington tentang rincian (serangan) setelah operasi melalui saluran intelijen.”

Namun, informasi itu, tampaknya, bukan untuk ratusan juta orang Amerika yang membawa perangkat yang dapat digunakan dengan cara yang sama seperti pager dan perangkat lain yang digunakan di Lebanon.

Sebaliknya, seperti yang terjadi pada banyak tindakan Israel sejak 7 Oktober, AS telah menutup mata dan telinganya terhadap situasi tersebut, masih menolak mengatakan apakah mereka mencurigai Israel berada di balik serangan tersebut.

Ketika ditanya pada Kamis apakah AS berharap penyelidikannya akan mengarah pada atribusi publik atas serangan tersebut, Miller menolak untuk mengatakannya.

“Kami terus mengumpulkan informasi karena sejumlah alasan, saya tidak akan berbicara kepada mereka secara terbuka,” ujar Miller.

"Bandingkan dan bedakan itu dengan kepanikan luar biasa pada tahun 2001 terhadap ancaman antraks, di mana seluruh sistem pengiriman dan sistem pengiriman surat di Amerika Serikat harus dihentikan hanya karena dua atau tiga surat yang diduga mengandung antraks," papar Aboukhater.

Aboukhater menjelaskan, "Kita memiliki situasi di sini di mana ribuan orang Amerika, berpotensi, dan sekutu Amerika dapat menggunakan perangkat yang hingga hari ini masih dicampur dengan bahan peledak."
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More