Israel dan AS Disalahkan atas Ledakan Ribuan Pager di Lebanon usai Peringatan Eskalasi
Rabu, 18 September 2024 - 07:44 WIB
BEIRUT - Dalam serangan terkoordinasi yang tampak seperti film produksi Hollywood, ribuan pager yang meledak secara bersamaan pada Selasa sore (17/9/2024) melukai anggota kelompok Hizbullah Lebanon dan beberapa petugas medis, dari Lebanon selatan hingga timur, dan di ibu kota Beirut.
Hizbullah mengatakan ini adalah pelanggaran keamanan terbesar yang pernah dialaminya hingga saat ini.
Kelompok itu berjanji akan menghukum Israel. Rezim kolonial Zionis belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan pager itu, dan secara historis, Israel tidak mengklaim serangan di negara asing.
Serangan itu terjadi satu hari setelah utusan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk wilayah tersebut, Amos Hochstein, bertemu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk memperingatkannya agar tidak membuka front yang lebih luas dengan Hizbullah di sepanjang perbatasan utara Israel.
Baku tembak antara kedua pihak sejauh ini terbatas pada wilayah perbatasan, kecuali pembunuhan Israel terhadap seorang pemimpin senior Hamas di awal tahun ini.
Para analis mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka menyalahkan sepenuhnya pemerintahan Biden karena tidak mengendalikan Israel selama 11 bulan terakhir perangnya di Gaza.
“Saya pikir Hochstein dikirim ke sana karena (Washington) pasti memiliki beberapa indikasi bahwa Israel sedang memikirkan hal ini,” ujar mantan pejabat pertahanan pemerintahan AS Ronald Reagan, Lawrence Korb kepada Middle East Eye.
“Israel memiliki banyak senjata yang siap digunakan, bahkan (sehingga) dapat memasuki Beirut. Dengan kata lain, Anda harus berpikir dua kali untuk meningkatkan eskalasi dengan Israel, karena ini hanyalah serangan pembuka,” papar dia.
Berbicara dalam jumpa pers pada Selasa, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dengan tegas membantah AS mengetahui serangan pager tersebut.
Hizbullah mengatakan ini adalah pelanggaran keamanan terbesar yang pernah dialaminya hingga saat ini.
Kelompok itu berjanji akan menghukum Israel. Rezim kolonial Zionis belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan pager itu, dan secara historis, Israel tidak mengklaim serangan di negara asing.
Serangan itu terjadi satu hari setelah utusan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk wilayah tersebut, Amos Hochstein, bertemu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk memperingatkannya agar tidak membuka front yang lebih luas dengan Hizbullah di sepanjang perbatasan utara Israel.
Baku tembak antara kedua pihak sejauh ini terbatas pada wilayah perbatasan, kecuali pembunuhan Israel terhadap seorang pemimpin senior Hamas di awal tahun ini.
Para analis mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka menyalahkan sepenuhnya pemerintahan Biden karena tidak mengendalikan Israel selama 11 bulan terakhir perangnya di Gaza.
“Saya pikir Hochstein dikirim ke sana karena (Washington) pasti memiliki beberapa indikasi bahwa Israel sedang memikirkan hal ini,” ujar mantan pejabat pertahanan pemerintahan AS Ronald Reagan, Lawrence Korb kepada Middle East Eye.
“Israel memiliki banyak senjata yang siap digunakan, bahkan (sehingga) dapat memasuki Beirut. Dengan kata lain, Anda harus berpikir dua kali untuk meningkatkan eskalasi dengan Israel, karena ini hanyalah serangan pembuka,” papar dia.
Berbicara dalam jumpa pers pada Selasa, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dengan tegas membantah AS mengetahui serangan pager tersebut.
tulis komentar anda