Politik Dinasti Bangkit di Sri Lanka, Siapa Namal Rajapaksa?

Senin, 16 September 2024 - 13:35 WIB
Keluarga tersebut masih memiliki mayoritas parlemen yang besar, dan memilih Ranil Wickremesinghe untuk menjabat selama sisa masa jabatan presiden. Wickremesinghe memastikan mereka terlindungi sebagai imbalan atas dukungan mereka untuk meloloskan undang-undang di Parlemen, yang memungkinkan klan tersebut untuk kembali ke dunia politik.

“Kami tidak melarikan diri, kami tidak pernah melarikan diri. Hanya saja beberapa orang mengira kami bersembunyi,” kata Namal.

4. Persaingan Sangat Ketat

Prospek Namal untuk kembali ke dunia politik tampak suram, karena persaingan utamanya tampaknya terjadi antara tiga kandidat lainnya: Wickremesinghe, pemimpin oposisi parlementer dan seorang politikus berhaluan kiri dengan aliansi yang kuat.

Alan Keenan, konsultan senior Sri Lanka di International Crisis Group, mengatakan bahwa upaya Rajapaksa yang lebih muda untuk menjadi presiden adalah uji coba yang akan menetapkan "posisinya sebagai pewaris sah" dinasti politik.

"Saya pikir mereka (keluarga Rajapaksa) tahu bahwa Namal tidak akan menang. Namun, pencalonannya secara efektif menegaskan kembali kepemilikan keluarga atas partai tersebut," kata Keenan.



5. Terjerat Dosa Masa Lalu

Keluarga Rajapaksa telah menjadi andalan dalam politik Sri Lanka selama beberapa dekade. Mereka memengaruhi hampir segalanya — mulai dari birokrasi hingga pengadilan, polisi, bisnis, dan olahraga.

Ayah Namal Rajapaksa adalah seorang perdana menteri dan kemudian menjadi presiden dua periode dari tahun 2005 hingga 2015. Meskipun Mahinda Rajapaksa dikagumi oleh mayoritas penganut Buddha Sinhala di negara itu karena mengalahkan separatis etnis Tamil setelah perang saudara berdarah selama 26 tahun, tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi menyebabkan kekalahannya pada tahun 2015.

Namun, keluarga itu kembali berkuasa empat tahun kemudian, ketika saudara laki-laki Mahinda terpilih sebagai presiden. Gotabaya Rajapaksa mengobarkan sentimen mayoritas penganut Buddha Sinhala setelah pengeboman Minggu Paskah 2019, yang dituduhkan kepada kelompok ekstremis Islam, menewaskan 290 orang.

Namun, popularitas keluarga tersebut dengan cepat terkikis akibat ekonomi yang merosot dan keterasingan di antara etnis Tamil, Muslim, dan minoritas lainnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More