5 Fakta Menarik Militer Suriah di Negara yang Penuh dengan Konflik dan Kudeta

Kamis, 12 September 2024 - 17:45 WIB
Dalam foto yang dirilis pada 16 Februari 2020 oleh kantor berita resmi Suriah SANA, tentara Suriah mengibarkan tanda kemenangan di lingkungan Rashideen, di provinsi Aleppo, Suriah. Foto/AP
DAMASKUS - Suriah telah dikenal sebagai negara yang kerap terjerat konflik dan kudeta militer di Timur Tengah. Hal tersebut membuat militer negara tersebut memiliki sejumlah fakta menarik.

Sepanjang sejarahnya, Suriah memang dikenal sebagai negara yang selalu terjerat dalam konflik, baik itu internal maupun eksternal. Perang saudara, serangan terorisme, serangan dari negara tetangga telah dilalui oleh Suriah.

Bahkan hingga saat ini konflik tersebut masih belum terselesaikan sepenuhnya. Menjadikannya sebagai salah satu negara di Timur Tengah yang paling tidak aman untuk ditinggali.



5 Fakta Menarik Militer Suriah

1. Kekuatan Militer Suriah



Pada dasarnya Suriah bukanlah negara yang punya kekuatan militer kuat di Timur Tengah. Bahkan negara tersebut hanya menempati posisi 60 dari 145 negara menurut survei Global Fire Power.

Peringkat tersebut tentunya jauh dari negara kuat di Timur Tengah lain seperti Iran, Israel, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak dan Turki. Meski begitu, kekuatan militernya ini terbilang dapat diperhitungkan karena banyaknya sekutu Syiah di Timur Tengah.

Untuk angkatan udara Suriah hanya memiliki sekitar 57 pesawat tempur dan 27 helikopter serang. Negara ini juga punya ribuan tank dan belasan ribu kendaraan lapis baja. Membuatnya menjadi negara yang cukup mumpuni meski bukan yang terkuat.

2. Selalu Memusuhi Israel



Suriah dan militernya menjadi salah satu negara yang tidak pernah berdamai dengan Israel. Konflik keduanya dimulai pada tahun 1948 ketika Angkatan Bersenjata Suriah bertempur dalam Perang Arab-Israel.

Kebencian Suriah pada Israel semakin mendalam ketika di tahun 1967, Negeri Yahudi yang memenangkan Perang Enam Hari menghadapi Mesir dan Suriah sukses merebut Dataran Tinggi Golan dari Damaskus.

Untuk merebut daerahnya itu, Suriah melancarkan Pada Perang Yom Kippur tahun 1973. Namun, mereka bersama koalisi negara Arab kembali dikalahkan.

Hingga saat ini permusuhan keduanya masih belum terselesaikan. Bahkan Israel terkadang tidak ragu untuk menyerang Suriah yang dicurigai sebagai markas utama milisi Syiah asal Iran.

Serangan Israel ke Suriah yang terbaru terjadi pada 8 September 2024 kemarin, dimana serangan udara tersebut dilaporkan setidaknya menewaskan 18 orang dan melukai puluhan lainnya.

3. Kerap Terlibat Kudeta Militer



Suriah sempat mengalami serangkaian kudeta militer antara 1948 dan 1967. Kudeta dimulai pada bulan Maret 1949, dimana Jenderal Husni al-Za'im mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden.

Kemudian di tahun 1949, Jenderal Adib Shishakli kemudian memegang kekuasaan sampai digulingkan dalam kudeta Suriah 1954.

Pada tahun 1963, Komite Militer Komando Regional Suriah dari Partai Ba'ath Sosialis Arab menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merencanakan perebutan kekuasaan melalui kudeta militer konvensional.

Konflik terkait kudeta militer terbaru terjadi sekitar kurang lebih satu dekade lalu, ketika munculnya perang saudara di Suriah dikarenakan protes terhadap rezim Presiden Assad pada tahun 2011. Pada saat itu militer Suriah tanpa ragu membunuh para pengunjuk rasa tak bersenjata.

4. Memerangi ISIS



Perang Saudara yang terjadi di Suriah ini membentuk sebuah kelompok milisi baru yang dikenal sebagai Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Perkembangan kelompok tersebut sangatlah pesat hingga mampu menguasai Suriah di tahun 2013.

Perkembangan ISIS di Suriah ini membuat Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis di tahun 2015 mulai memperluas kampanye udara mereka di Irak hingga mencakup Suriah.

Sementara itu, atas permintaan pemerintah Suriah pada bulan September 2015, Rusia mulai melancarkan serangan udara terhadap apa yang diklaimnya sebagai target-target ISIS.

Dengan dukungan Rusia dan Iran, pemerintah Suriah terus mendapatkan kembali kendali wilayah dari pasukan oposisi, termasuk benteng oposisi di Aleppo pada tahun 2016.

Meski begitu, ISIS belumlah hilang dan perang saudara di Suriah masih tetap berlanjut dengan tidak berhasilnya perundingan yang ditengahi oleh PBB.

Bahkan sepanjang Agustus 2023, tentara Suriah menjadi sasaran berbagai serangan militer ISIS dan Israel. Hal ini tentulah telah memperburuk kondisi Suriah sebagai negara yang tidak pernah diuntungkan di Timur Tengah.

5. Mendapat Sokongan Senjata dari Iran



Suriah sebagai salah satu negara yang sering terikat konflik di Timur Tengah rupanya merupakan gudang senjata Iran. Diketahui jika Teheran kerap mengirimkan berbagai senjatanya ke Suriah.

Bahkan yang terbaru, Iran sempat mengirimkan pasokan senjata ke Suriah dengan memanfaatkan misi bantuan gempa bumi di pertengahan tahun 2023 lalu.

Dilansir dari Reuters, Iran telah menggunakan penerbangan bantuan gempa bumi untuk membawa senjata dan peralatan militer ke sekutu strategisnya Suriah, kata sembilan sumber Suriah, Iran, Israel, dan Barat.

Sumber-sumber tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa tujuannya adalah untuk memperkuat pertahanan Iran terhadap Israel di Suriah dan untuk memperkuat Presiden Suriah Bashar al-Assad.

(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More