Siapa Nga wai hono i te po? Ratu Maori Selandia Baru yang Siap Membela Suku Pribumi
Kamis, 12 September 2024 - 15:40 WIB
Foto/AP
Melansir Guardian, Tom Roa, profesor di Universitas Waikato dan pemimpin iwi Waikato Ngāti Maniapoto mengatakan seorang raja yang kuat harus memiliki tiga karakteristik: garis keturunan, kecerdasan politik, dan pandangan ke masa depan.
“Te Arikinui Kuini Nga wai hono i te po memiliki kualitas-kualitas ini,” katanya, dilansir Guardian.
Ada sekelompok wanita muda Māori, termasuk Ratu, yang cerdik secara politik dan tidak takut untuk menegaskan penentuan nasib sendiri, kata Roa.
“Ia memiliki keahlian dalam bahasa Māori, adat istiadat Māori – ia adalah contoh dari kata-kata ayahnya: Māori, jadilah Māori.”
Foto/AP
Pada saat ketegangan antara Maori dan pemerintah mencapai titik tertinggi dalam satu generasi terkait kebijakan yang mencakup pencabutan penggunaan resmi bahasa Māori (te reo Māori) dan memasukkan prinsip-prinsip dokumen pendirian negara ke dalam referendum, pengangkatan Nga wai hono i te po dipandang sebagai simbol kuat dari generasi baru Māori yang melawan.
“Tidak diragukan lagi [peran itu] akan membebani dirinya, tetapi ia tangguh,” kata Roa.
“Jika diberi waktu untuk berduka atas ayahnya, ketahanan itu akan bersinar.”
Melansir Guardian, Tom Roa, profesor di Universitas Waikato dan pemimpin iwi Waikato Ngāti Maniapoto mengatakan seorang raja yang kuat harus memiliki tiga karakteristik: garis keturunan, kecerdasan politik, dan pandangan ke masa depan.
“Te Arikinui Kuini Nga wai hono i te po memiliki kualitas-kualitas ini,” katanya, dilansir Guardian.
Ada sekelompok wanita muda Māori, termasuk Ratu, yang cerdik secara politik dan tidak takut untuk menegaskan penentuan nasib sendiri, kata Roa.
“Ia memiliki keahlian dalam bahasa Māori, adat istiadat Māori – ia adalah contoh dari kata-kata ayahnya: Māori, jadilah Māori.”
3. Membela Suku Maori
Foto/AP
Pada saat ketegangan antara Maori dan pemerintah mencapai titik tertinggi dalam satu generasi terkait kebijakan yang mencakup pencabutan penggunaan resmi bahasa Māori (te reo Māori) dan memasukkan prinsip-prinsip dokumen pendirian negara ke dalam referendum, pengangkatan Nga wai hono i te po dipandang sebagai simbol kuat dari generasi baru Māori yang melawan.
“Tidak diragukan lagi [peran itu] akan membebani dirinya, tetapi ia tangguh,” kata Roa.
“Jika diberi waktu untuk berduka atas ayahnya, ketahanan itu akan bersinar.”
Lihat Juga :
tulis komentar anda