5 Presiden di Dunia yang Selalu Mendukung Genosida oleh Israel pada Warga Palestina
Sabtu, 31 Agustus 2024 - 13:15 WIB
WASHINGTON - Pemerintah negara-negara Barat menjadi pemasok utama senjata ke Israel yang digunakan untuk membantai warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Negara-negara pemasok senjata ke Israel itu memiliki pemerintahan yang berganti-ganti namun kebijakan mereka relatif tetap mendukung penjualan senjata ke rezim kolonial Zionis.
Tindakan negara-negara Barat itu menjadikan mereka terlibat dalam genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hingga saat ini, Israel telah membunuh lebih dari 40.600 warga Palestina di Jalur Gaza. Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Israel hingga saat ini tak mendapat sanksi internasional atas genosida itu karena selalu dilindungi oleh negara-negara yang menjual senjata ke rezim kolonial Zionis itu.
Israel sangat bergantung pada pesawat impor, bom berpemandu, dan rudal untuk melakukan apa yang para ahli gambarkan sebagai salah satu operasi udara paling intens dan merusak dalam sejarah terkini di Gaza.
Kelompok kampanye dan beberapa politisi di antara sekutu Barat Israel mengatakan ekspor senjata harus ditangguhkan karena, menurut mereka, Israel gagal melakukan cukup banyak hal untuk melindungi nyawa warga sipil dan memastikan cukup banyak bantuan kemanusiaan yang sampai ke mereka.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB mendukung pelarangan senjata, dengan 28 negara memberikan suara mendukung, enam menentang, dan 13 abstain.
Namun genosida terus berlanjut hingga sekarang karena para pemimpin negara ini terus memasok senjata ke Israel.
Negara-negara yang Presidennya Dukung Genosida oleh Israel
AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel, setelah membantunya membangun salah satu militer paling canggih secara teknologi di dunia.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), AS menyumbang 69% dari impor senjata konvensional utama Israel antara tahun 2019 dan 2023.
AS memberi Israel bantuan militer tahunan sebesar USD3,8 miliar berdasarkan perjanjian 10 tahun yang dimaksudkan untuk memungkinkan sekutunya mempertahankan apa yang disebutnya "keunggulan militer kualitatif" atas negara-negara tetangga.
Israel telah menggunakan hibah tersebut untuk membiayai pesanan F-35 Joint Strike Fighters, pesawat siluman yang dianggap paling canggih yang pernah dibuat.
Sejauh ini, Israel telah memesan 75 unit dan menerima lebih dari 30 unit pesawat. Israel adalah negara pertama selain AS yang menerima F-35 dan yang pertama menggunakannya dalam pertempuran.
Sebagian dari bantuan tersebut, USD500 juta per tahun, disisihkan untuk mendanai program pertahanan rudal, termasuk sistem Iron Dome, Arrow, dan David's Sling yang dikembangkan bersama.
Israel mengandalkan mereka selama perang untuk mempertahankan diri dari serangan roket, rudal, dan pesawat nirawak oleh kelompok bersenjata Palestina di Gaza, serta kelompok bersenjata lain yang didukung Iran yang bermarkas di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
Beberapa hari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, Presiden Joe Biden mengatakan AS "memberikan bantuan militer tambahan" kepada Israel.
Sejak dimulainya perang, hanya dua penjualan militer AS ke Israel yang telah dipublikasikan setelah menerima persetujuan darurat, satu untuk 14.000 butir amunisi tank senilai USD106 juta dan yang lainnya untuk komponen senilai USD147 juta untuk membuat peluru artileri 155 mm.
Namun, media AS melaporkan pemerintahan Presiden Joe Biden juga diam-diam telah melakukan lebih dari 100 penjualan militer ke Israel, sebagian besar di bawah jumlah dolar yang mengharuskan Kongres untuk diberitahu secara resmi.
Penjualan tersebut dikatakan mencakup ribuan amunisi berpemandu presisi, bom berdiameter kecil, penghancur bunker, dan senjata ringan.
Namun, laporan SIPRI mengatakan terlepas dari pengiriman tersebut, total volume impor senjata Israel dari AS pada tahun 2023 hampir sama dengan tahun 2022.
Satu kesepakatan yang cukup besar hingga memerlukan pemberitahuan Kongres adalah penjualan senilai USD18 miliar hingga 50 jet tempur F-15.
Senator Elizabeth Warren mengatakan dia siap untuk memblokir kesepakatan tersebut dan menuduh Israel melakukan "pengeboman tanpa pandang bulu" di Gaza.
Jerman adalah eksportir senjata terbesar berikutnya ke Israel, yang menyumbang 30% dari impor antara tahun 2019 dan 2023, menurut SIPRI.
Pada tahun 2023, penjualan senjata negara Eropa itu ke Israel bernilai 326,5 juta euro atau USD351 juta, meningkat 10 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2022, dengan mayoritas lisensi ekspor tersebut diberikan setelah serangan 7 Oktober.
Pemerintah Jerman mengatakan pada Januari bahwa penjualan tersebut meliputi peralatan militer senilai 306,4 juta euro dan "senjata perang" senilai 20,1 juta euro.
Menurut kantor berita DPA, penjualan tersebut meliputi 3.000 senjata antitank portabel dan 500.000 butir amunisi untuk senjata api otomatis atau semi-otomatis.
Dikatakan juga bahwa sebagian besar lisensi ekspor diberikan untuk kendaraan darat dan teknologi untuk pengembangan, perakitan, pemeliharaan, dan perbaikan senjata.
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menjadi pendukung setia Israel dalam genosida itu.
Meskipun nadanya terhadap tindakan Israel di Gaza telah berubah dalam beberapa pekan terakhir dan ada beberapa perdebatan di Jerman, penjualan senjata tampaknya tidak berisiko ditangguhkan.
Italia adalah eksportir senjata terbesar ketiga ke Israel, tetapi hanya menyumbang 0,9% dari impor Israel antara tahun 2019 dan 2023. Mereka dilaporkan termasuk helikopter dan artileri angkatan laut.
Penjualan "senjata dan amunisi" berjumlah 13,7 juta euro atau USD14,8 juta, tahun lalu, majalah Altreconomia mengutip biro statistik nasional ISTAT.
Sekitar 2,1 juta euro ekspor disetujui antara Oktober dan Desember.
Menurut pemerintah Inggris, ekspor barang militer Inggris ke Israel "relatif kecil", yaitu hanya sebesar 42 juta poundsterling atau USD53 juta pada tahun 2022.
Kampanye Melawan Perdagangan Senjata (CAAT) mengatakan sejak tahun 2008, Inggris telah memberikan lisensi ekspor senjata ke Israel senilai total 574 juta poundsterling atau USD727 juta.
Sebagian besar dari lisensi tersebut adalah untuk komponen yang digunakan dalam pesawat tempur buatan AS yang berakhir di Israel.
Namun, pemerintah Inggris mendapat tekanan yang semakin besar untuk menangguhkan ekspor tersebut.
Perdana Menteri Rishi Sunak yang saat itu masih menjabat, mengatakan Inggris memiliki "rezim perizinan ekspor yang sangat hati-hati" dan mengatakan Israel harus "bertindak sesuai dengan hukum humaniter internasional".
Pemerintah Inggris juga sedang mempersiapkan penilaian yang akan memberi saran tentang risiko pelanggaran hukum internasional oleh Israel dalam tindakannya mulai awal 2024.
Namun, seorang sumber senior pemerintah mengatakan kepada BBC bahwa embargo senjata terhadap Israel "tidak akan terjadi".
Pemerintah Kanada, yang penjualan senjatanya ke Israel senilai 21,3 juta dolar Kanada atau USD15,7 juta pada tahun 2022, mengatakan pada bulan Januari bahwa mereka telah menangguhkan persetujuan izin keluar baru untuk senjata hingga dapat memastikan senjata tersebut digunakan sesuai dengan hukum Kanada. Namun, izin yang sudah ada sebelumnya tetap berlaku.
Negara-negara pemasok senjata ke Israel itu memiliki pemerintahan yang berganti-ganti namun kebijakan mereka relatif tetap mendukung penjualan senjata ke rezim kolonial Zionis.
Tindakan negara-negara Barat itu menjadikan mereka terlibat dalam genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hingga saat ini, Israel telah membunuh lebih dari 40.600 warga Palestina di Jalur Gaza. Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Israel hingga saat ini tak mendapat sanksi internasional atas genosida itu karena selalu dilindungi oleh negara-negara yang menjual senjata ke rezim kolonial Zionis itu.
Israel sangat bergantung pada pesawat impor, bom berpemandu, dan rudal untuk melakukan apa yang para ahli gambarkan sebagai salah satu operasi udara paling intens dan merusak dalam sejarah terkini di Gaza.
Kelompok kampanye dan beberapa politisi di antara sekutu Barat Israel mengatakan ekspor senjata harus ditangguhkan karena, menurut mereka, Israel gagal melakukan cukup banyak hal untuk melindungi nyawa warga sipil dan memastikan cukup banyak bantuan kemanusiaan yang sampai ke mereka.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB mendukung pelarangan senjata, dengan 28 negara memberikan suara mendukung, enam menentang, dan 13 abstain.
Namun genosida terus berlanjut hingga sekarang karena para pemimpin negara ini terus memasok senjata ke Israel.
Negara-negara yang Presidennya Dukung Genosida oleh Israel
1. Amerika Serikat
AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel, setelah membantunya membangun salah satu militer paling canggih secara teknologi di dunia.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), AS menyumbang 69% dari impor senjata konvensional utama Israel antara tahun 2019 dan 2023.
AS memberi Israel bantuan militer tahunan sebesar USD3,8 miliar berdasarkan perjanjian 10 tahun yang dimaksudkan untuk memungkinkan sekutunya mempertahankan apa yang disebutnya "keunggulan militer kualitatif" atas negara-negara tetangga.
Israel telah menggunakan hibah tersebut untuk membiayai pesanan F-35 Joint Strike Fighters, pesawat siluman yang dianggap paling canggih yang pernah dibuat.
Sejauh ini, Israel telah memesan 75 unit dan menerima lebih dari 30 unit pesawat. Israel adalah negara pertama selain AS yang menerima F-35 dan yang pertama menggunakannya dalam pertempuran.
Sebagian dari bantuan tersebut, USD500 juta per tahun, disisihkan untuk mendanai program pertahanan rudal, termasuk sistem Iron Dome, Arrow, dan David's Sling yang dikembangkan bersama.
Israel mengandalkan mereka selama perang untuk mempertahankan diri dari serangan roket, rudal, dan pesawat nirawak oleh kelompok bersenjata Palestina di Gaza, serta kelompok bersenjata lain yang didukung Iran yang bermarkas di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
Beberapa hari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, Presiden Joe Biden mengatakan AS "memberikan bantuan militer tambahan" kepada Israel.
Sejak dimulainya perang, hanya dua penjualan militer AS ke Israel yang telah dipublikasikan setelah menerima persetujuan darurat, satu untuk 14.000 butir amunisi tank senilai USD106 juta dan yang lainnya untuk komponen senilai USD147 juta untuk membuat peluru artileri 155 mm.
Namun, media AS melaporkan pemerintahan Presiden Joe Biden juga diam-diam telah melakukan lebih dari 100 penjualan militer ke Israel, sebagian besar di bawah jumlah dolar yang mengharuskan Kongres untuk diberitahu secara resmi.
Penjualan tersebut dikatakan mencakup ribuan amunisi berpemandu presisi, bom berdiameter kecil, penghancur bunker, dan senjata ringan.
Namun, laporan SIPRI mengatakan terlepas dari pengiriman tersebut, total volume impor senjata Israel dari AS pada tahun 2023 hampir sama dengan tahun 2022.
Satu kesepakatan yang cukup besar hingga memerlukan pemberitahuan Kongres adalah penjualan senilai USD18 miliar hingga 50 jet tempur F-15.
Senator Elizabeth Warren mengatakan dia siap untuk memblokir kesepakatan tersebut dan menuduh Israel melakukan "pengeboman tanpa pandang bulu" di Gaza.
2. Jerman
Jerman adalah eksportir senjata terbesar berikutnya ke Israel, yang menyumbang 30% dari impor antara tahun 2019 dan 2023, menurut SIPRI.
Pada tahun 2023, penjualan senjata negara Eropa itu ke Israel bernilai 326,5 juta euro atau USD351 juta, meningkat 10 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2022, dengan mayoritas lisensi ekspor tersebut diberikan setelah serangan 7 Oktober.
Pemerintah Jerman mengatakan pada Januari bahwa penjualan tersebut meliputi peralatan militer senilai 306,4 juta euro dan "senjata perang" senilai 20,1 juta euro.
Menurut kantor berita DPA, penjualan tersebut meliputi 3.000 senjata antitank portabel dan 500.000 butir amunisi untuk senjata api otomatis atau semi-otomatis.
Dikatakan juga bahwa sebagian besar lisensi ekspor diberikan untuk kendaraan darat dan teknologi untuk pengembangan, perakitan, pemeliharaan, dan perbaikan senjata.
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menjadi pendukung setia Israel dalam genosida itu.
Meskipun nadanya terhadap tindakan Israel di Gaza telah berubah dalam beberapa pekan terakhir dan ada beberapa perdebatan di Jerman, penjualan senjata tampaknya tidak berisiko ditangguhkan.
3. Italia
Italia adalah eksportir senjata terbesar ketiga ke Israel, tetapi hanya menyumbang 0,9% dari impor Israel antara tahun 2019 dan 2023. Mereka dilaporkan termasuk helikopter dan artileri angkatan laut.
Penjualan "senjata dan amunisi" berjumlah 13,7 juta euro atau USD14,8 juta, tahun lalu, majalah Altreconomia mengutip biro statistik nasional ISTAT.
Sekitar 2,1 juta euro ekspor disetujui antara Oktober dan Desember.
4. Inggris
Menurut pemerintah Inggris, ekspor barang militer Inggris ke Israel "relatif kecil", yaitu hanya sebesar 42 juta poundsterling atau USD53 juta pada tahun 2022.
Kampanye Melawan Perdagangan Senjata (CAAT) mengatakan sejak tahun 2008, Inggris telah memberikan lisensi ekspor senjata ke Israel senilai total 574 juta poundsterling atau USD727 juta.
Sebagian besar dari lisensi tersebut adalah untuk komponen yang digunakan dalam pesawat tempur buatan AS yang berakhir di Israel.
Namun, pemerintah Inggris mendapat tekanan yang semakin besar untuk menangguhkan ekspor tersebut.
Perdana Menteri Rishi Sunak yang saat itu masih menjabat, mengatakan Inggris memiliki "rezim perizinan ekspor yang sangat hati-hati" dan mengatakan Israel harus "bertindak sesuai dengan hukum humaniter internasional".
Pemerintah Inggris juga sedang mempersiapkan penilaian yang akan memberi saran tentang risiko pelanggaran hukum internasional oleh Israel dalam tindakannya mulai awal 2024.
Namun, seorang sumber senior pemerintah mengatakan kepada BBC bahwa embargo senjata terhadap Israel "tidak akan terjadi".
5. Kanada
Pemerintah Kanada, yang penjualan senjatanya ke Israel senilai 21,3 juta dolar Kanada atau USD15,7 juta pada tahun 2022, mengatakan pada bulan Januari bahwa mereka telah menangguhkan persetujuan izin keluar baru untuk senjata hingga dapat memastikan senjata tersebut digunakan sesuai dengan hukum Kanada. Namun, izin yang sudah ada sebelumnya tetap berlaku.
(sya)
tulis komentar anda