Proyek Rudal Nuklir Sentinel Bikin Amerika Serikat Sakit Kepala, Ini Alasannya
Selasa, 27 Agustus 2024 - 07:45 WIB
WASHINGTON - Proyek rudal balistik antarbenua (ICBM) Sentinel dilaporkan telah menjadi program senjata nuklir yang membuat Amerika Serikat (AS) "sakit kepala" dan frustrasi.
Musababnya, proyek senjata pengganti ICBM Minuteman III itu akan molor bertahun-tahun dan biayanya membengkak dari perkiraan awal. Namun Pentagon tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkannya.
Frustrasi Pentagon itu diungkap Wall Street Journal (WSJ) dalam laporannya yang diterbitkan Senin (26/8/2024).
Laporan yang mengutip pejabat Pentagon itu menyebutkan bahwa memperbarui silo rudal yang sudah berusia puluhan tahun akan menelan biaya miliaran dolar lebih banyak dari yang diperkirakan semula dan mungkin tidak akan dimulai dalam lima tahun.
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS memutuskan bulan lalu untuk melanjutkan program ICBM Sentinel, meskipun perkiraan biayanya hampir dua kali lipat dari semula, yakni USD78 miliar.
Menurut Pentagon, mengganti rudal Minuteman III yang sudah tua tidak memiliki alternatif.
"Mungkin butuh lima tahun atau lebih sebelum pekerjaan dimulai guna memodernisasi sekitar 450 silo yang ada untuk rudal baru," tulis WSJ, mengutip pertemuan kota baru-baru ini di Kimball, Nebraska.
Komunitas Kimball, yang berpenduduk kurang dari 3.000 jiwa, dikelilingi oleh salah satu ladang rudal terbesar di dunia.
"Ada banyak hal yang tidak diketahui di sini, dan saya memahami rasa frustrasinya," kata pejabat Pentagon, Brigadir Jenderal Colin Connor, kepada penduduk setempat.
Rudal Minuteman III mulai beroperasi pada awal 1970-an dan seharusnya diganti setelah satu dekade.
Washington akhirnya memberikan lampu hijau untuk program ICBM Sentinel pada tahun 2020, memberikan kontrak awal senilai USD13,3 miliar kepada Northrop Grumman, setelah Boeing mengundurkan diri.
Manajer proyek Sentinel, Kolonel Charles Clegg, dipecat pada bulan Juni karena alasan yang tidak disebutkan.
Bersama dengan rudal baru, yang masih dalam tahap desain, proyek ini membayangkan memodernisasi silo dan pusat komando berusia 50 tahun.
Konstruksi melibatkan, antara lain, pemasangan ribuan kilometer kabel serat optik.
Namun, menutup silo atau fasilitas komando tidak mungkin dilakukan, karena doktrin nuklir mengharuskannya tersedia pada saat itu juga. Beberapa silo mungkin juga perlu dibangun kembali dari awal.
"Skala, cakupan, dan kompleksitas proyek Sentinel adalah sesuatu yang belum pernah kami coba sebagai sebuah negara selama lebih dari 60 tahun," kata Wakil Menteri Pertahanan untuk Akuisisi dan Keberlanjutan Bill LaPlante kepada wartawan bulan lalu, bersikeras bahwa hal itu tetap harus dilakukan.
Angkatan Udara AS sedang mencari cara untuk mengurangi kompleksitas proyek, tetapi mungkin perlu waktu hingga 18 bulan untuk memutuskan perubahannya, kata LaPlante, berharap sekitar awal tahun 2025.
Penundaan seperti itu dapat menyebabkan masalah lain bagi Pentagon, menurut laporan WSJ.
Pemerintah AS telah menegosiasikan sekitar sepertiga dari transaksi real estate yang dibutuhkan untuk memasang ribuan kilometer kabel serat optik. Tetapi beberapa di antaranya mungkin perlu dikerjakan ulang mengingat jadwal baru.
Sementara itu, meningkatnya biaya konstruksi dan bahan baku telah membuat estimasi biaya awal tidak dapat diandalkan dan tidak realistis, kata seorang pejabat Pentagon.
Musababnya, proyek senjata pengganti ICBM Minuteman III itu akan molor bertahun-tahun dan biayanya membengkak dari perkiraan awal. Namun Pentagon tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkannya.
Frustrasi Pentagon itu diungkap Wall Street Journal (WSJ) dalam laporannya yang diterbitkan Senin (26/8/2024).
Laporan yang mengutip pejabat Pentagon itu menyebutkan bahwa memperbarui silo rudal yang sudah berusia puluhan tahun akan menelan biaya miliaran dolar lebih banyak dari yang diperkirakan semula dan mungkin tidak akan dimulai dalam lima tahun.
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS memutuskan bulan lalu untuk melanjutkan program ICBM Sentinel, meskipun perkiraan biayanya hampir dua kali lipat dari semula, yakni USD78 miliar.
Menurut Pentagon, mengganti rudal Minuteman III yang sudah tua tidak memiliki alternatif.
"Mungkin butuh lima tahun atau lebih sebelum pekerjaan dimulai guna memodernisasi sekitar 450 silo yang ada untuk rudal baru," tulis WSJ, mengutip pertemuan kota baru-baru ini di Kimball, Nebraska.
Komunitas Kimball, yang berpenduduk kurang dari 3.000 jiwa, dikelilingi oleh salah satu ladang rudal terbesar di dunia.
"Ada banyak hal yang tidak diketahui di sini, dan saya memahami rasa frustrasinya," kata pejabat Pentagon, Brigadir Jenderal Colin Connor, kepada penduduk setempat.
Rudal Minuteman III mulai beroperasi pada awal 1970-an dan seharusnya diganti setelah satu dekade.
Washington akhirnya memberikan lampu hijau untuk program ICBM Sentinel pada tahun 2020, memberikan kontrak awal senilai USD13,3 miliar kepada Northrop Grumman, setelah Boeing mengundurkan diri.
Manajer proyek Sentinel, Kolonel Charles Clegg, dipecat pada bulan Juni karena alasan yang tidak disebutkan.
Bersama dengan rudal baru, yang masih dalam tahap desain, proyek ini membayangkan memodernisasi silo dan pusat komando berusia 50 tahun.
Konstruksi melibatkan, antara lain, pemasangan ribuan kilometer kabel serat optik.
Namun, menutup silo atau fasilitas komando tidak mungkin dilakukan, karena doktrin nuklir mengharuskannya tersedia pada saat itu juga. Beberapa silo mungkin juga perlu dibangun kembali dari awal.
"Skala, cakupan, dan kompleksitas proyek Sentinel adalah sesuatu yang belum pernah kami coba sebagai sebuah negara selama lebih dari 60 tahun," kata Wakil Menteri Pertahanan untuk Akuisisi dan Keberlanjutan Bill LaPlante kepada wartawan bulan lalu, bersikeras bahwa hal itu tetap harus dilakukan.
Angkatan Udara AS sedang mencari cara untuk mengurangi kompleksitas proyek, tetapi mungkin perlu waktu hingga 18 bulan untuk memutuskan perubahannya, kata LaPlante, berharap sekitar awal tahun 2025.
Penundaan seperti itu dapat menyebabkan masalah lain bagi Pentagon, menurut laporan WSJ.
Pemerintah AS telah menegosiasikan sekitar sepertiga dari transaksi real estate yang dibutuhkan untuk memasang ribuan kilometer kabel serat optik. Tetapi beberapa di antaranya mungkin perlu dikerjakan ulang mengingat jadwal baru.
Sementara itu, meningkatnya biaya konstruksi dan bahan baku telah membuat estimasi biaya awal tidak dapat diandalkan dan tidak realistis, kata seorang pejabat Pentagon.
(mas)
tulis komentar anda