Sudan Tolak Normalisasi Hubungan dengan Israel

Rabu, 26 Agustus 2020 - 09:06 WIB
PM Sudan Abdalla Hamdok mengatakan kepada Menlu AS Mike Pompeo bahwa ia tidak memiilki mandat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Foto/Al Jazeera
KHARTOUM - Sudan menolak untuk menormalisasi hubungannya dengan Israel . Pernyataan ini menghancurkan harapan untuk terobosan cepat selama kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo.

Perdana Menteri Abdalla Hamdok mengatakan kepada Pompeo bahwa pemerintah transisi Sudan - yang menggantikan presiden yang digulingkan Omar al-Bashir tahun lalu dan akan berkuasa hingga pemilu 2022 - tidak memiliki "mandat" untuk mengambil langkah yang begitu berat.

"Perdana Menteri mengklarifikasi bahwa masa transisi di Sudan dipimpin oleh aliansi yang luas dengan agenda khusus - untuk menyelesaikan transisi, mencapai perdamaian dan stabilitas di negara itu dan mengadakan pemilihan yang bebas," kata juru bicara pemerintah Faisal Saleh seperti dikutip dari Asharq Al-Awsat, Rabu (26/8/2020).

Hamdok telah mengatakan kepada Pompeo bahwa pemerintahan sementara tidak memiliki mandat di luar tugas-tugas ini atau untuk memutuskan normalisasi dengan Israel.

Hamdok juga mendesak AS untuk tidak menghubungkan topik pencabutan Sudan dari daftar negara sponsor terorisme dengan subjek normalisasi dengan Israel.



Hamdok menulis di Twitter bahwa dia dan Pompeo melakukan percakapan langsung & transparan mengenai penghapusan Sudan dari daftar teror dan menerima dukungan pemerintah AS.

"Saya terus menantikan langkah nyata yang positif dalam mendukung kejayaan revolusi Sudan," tulis Hamdok.

Pengumuman itu merupakan kemunduran serangan pesona oleh AS dan Israel untuk menjalin lebih banyak hubungan antara negara Yahudi dan dunia Arab menyusul perjanjian 13 Agustus yang ditengahi AS antara Israel dan Uni Emirat Arab .(Baca: Promosikan Normalisasi Hubungan Israel-Arab, Menlu AS Sambangi Sudan )

Israel secara teknis tetap berperang dengan Sudan, yang tetap masuk dalam daftar hitam pendukung terorisme Departemen Luar Negeri AS.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More