Netanyahu Larang Penjualan F-35, UEA Batalkan Pertemuan dengan Israel dan AS
Selasa, 25 Agustus 2020 - 14:04 WIB
ABU DHABI - Uni Emirat Arab (UEA) dilaporkan membatalkan pertemuan trilateral dengan Israel dan Amerika Serikat pekan lalu. Pembatalan itu sebagai reaksi Emirat atas penolakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap penjualan jet tempur siluman F-35 Washington ke Abu Dhabi.
Situs berita Walla dalam laporannya mengatakan pertemuan utusan tiga negara untuk PBB di New York telah dijadwalkan bertemu hari Jumat pekan lalu untuk merayakan normalisasi hubungan Israel-UEA .
Tetapi menjelang pertemuan itu, Netanyahu berbicara menentang penjualan persenjataan canggih AS ke UEA, menyusul laporan bahwa dia telah setuju untuk menarik penentangan terhadap kesepakatan itu dengan imbalan normalisasi. (Baca: AS Pasok Jet Tempur Siluman ke UEA Imbalan Normalisasi Emirat-Israel? )
Israel khawatir mengizinkan UEA untuk mendapatkan jet tempur siluman ultra-canggih Amerika akan membahayakan keunggulan militernya di wilayah tersebut, yang telah berjanji untuk ditegakkan oleh AS.
Menanggapi Netanyahu, pejabat UEA memutuskan untuk mengirim pesan ke Netanyahu dan menyampaikan "kekecewaan" mereka dengan membatalkan partisipasi mereka. Hal itu diungkap tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Walla.
Negara Teluk itu, lanjut laporan Walla, juga akan menunda pertemuan tingkat tinggi lainnya dengan Israel sampai posisi Netanyahu diklarifikasi.
Jika dikonfirmasi, laporan itu akan meredam harapan yang tidak jelas untuk persahabatan terbuka yang berkembang antara Israel dan UEA, yang merupakan negara Arab ketiga di kawasan itu yang setuju untuk menormalisasi hubungan dengan negara Yahudi tersebut. (Baca: Israel Menentang Penjualan Jet Tempur F-35 AS ke UEA )
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah bahwa penjualan F-35 Washington ke Abu Dhabi adalah bagian dari perjanjian normalisasi Israel-Uni Emirat Arab. Para pejabat tinggi AS telah mengakui bahwa mereka sedang dalam pembicaraan dengan Abu Dhabi mengenai kesepakatan senjata dan bahwa kesepakatan Israel-UEA membuat penjualan seperti itu lebih mungkin terjadi.
Namun, baik Washington maupun Abu Dhabi telah menegaskan bahwa perundingan masing-masing dimulai jauh sebelum upaya normalisasi diluncurkan.
Terlepas dari itu, menurut laporan Walla, pejabat di UEA yang terlibat dalam masalah ini mendapat kesan bahwa Netanyahu akan menghindari berbicara di depan umum menentang kesepakatan itu, terlepas dari apakah dia menentangnya secara pribadi.
Abu Dhabi juga tidak senang dengan pernyataan Netanyahu bahwa dia tidak memiliki pengetahuan tentang kesepakatan itu dan bahwa dia akan bertindak untuk menentangnya—dengan mengangkat masalah tersebut kepada anggota Kongres AS.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo bertemu dengan Netanyahu Senin pagi dan menekankan bahwa Washington berkomitmen untuk mempertahankan superioritas militer Israel di kawasan Timur Tengah, sambil tampak mengisyaratkan penjualan F-35 yang akan datang.
"Amerika Serikat memiliki persyaratan hukum sehubungan dengan keunggulan militer kualitatif, dan kami akan terus menghormati itu," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan kepada pers yang disampaikan bersama Netanyahu di Yerusalem, seperti dikutip Times of Israel, Selasa (25/8/2020).
"Kami juga memiliki hubungan keamanan 20 tahun lebih dengan Uni Emirat Arab , di mana kami telah memberi mereka bantuan teknis dan bantuan militer dan sekarang kami akan terus meninjau proses itu."
“Kami sangat berkomitmen untuk melakukan itu dan mencapai itu dan akan melakukannya dengan cara yang menjaga komitmen kami kepada Israel juga,” kata Pompeo.
Selama bertahun-tahun, Amerika Serikat telah menolak permintaan negara-negara Arab untuk membeli sistem senjata Amerika yang canggih, sebagian karena doktrin politik lama yang melibatkan Israel.
Setelah Perang Yom Kippur pada tahun 1973, Kongres AS berjanji untuk mempertahankan "keunggulan militer kualitatif" Israel di Timur Tengah dengan mempertimbangkan posisi negara Yahudi itu sebelum menjual senjata canggihnya kepada tetangga Israel.
Janji itu kemudian dikodifikasikan dalam undang-undang, meskipun baik Kongres AS maupun Israel tidak dapat benar-benar memblokir penjualan tersebut, melainkan hanya membuat rintangan.
Jet tempur siluman F-35 dianggap sebagai salah satu pesawat paling canggih di dunia. Israel sejauh ini telah menerima setidaknya 16 unit pesawat, dengan puluhan lainnya akan dikirim dalam beberapa tahun mendatang.
Netanyahu, dalam komentarnya kepada wartawan hari Senin, menegaskan bahwa perjanjian dengan Uni Emirat Arab tidak termasuk "penerimaan" oleh Israel atas kesepakatan jual beli senjata antara Washington dan Abu Dhabi.
Pompeo masih berada di Israel sebelum memulai diplomasi regional untuk mendorong lebih banyak negara di kawasan itu untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika, dari Tel Aviv, Pompeo akan terbang ke Sudan dan dari sana ke Bahrain, sebelum melakukan perjalanan ke Abu Dhabi untuk berbicara dengan Menteri Luar Negeri Emirat Abdullah bin Zayed Al Nahyan tentang perjanjian Israel-UEA dan masalah regional lainnya.
Para pejabat departemen tersebut mengatakan pemberhentian di Oman dan Qatar juga memungkinkan.
Lihat Juga: Israel Lebih Suka Trump atau Kamala Harris jadi Presiden AS ? Simak Penjelasan dan Alasannya
Situs berita Walla dalam laporannya mengatakan pertemuan utusan tiga negara untuk PBB di New York telah dijadwalkan bertemu hari Jumat pekan lalu untuk merayakan normalisasi hubungan Israel-UEA .
Tetapi menjelang pertemuan itu, Netanyahu berbicara menentang penjualan persenjataan canggih AS ke UEA, menyusul laporan bahwa dia telah setuju untuk menarik penentangan terhadap kesepakatan itu dengan imbalan normalisasi. (Baca: AS Pasok Jet Tempur Siluman ke UEA Imbalan Normalisasi Emirat-Israel? )
Israel khawatir mengizinkan UEA untuk mendapatkan jet tempur siluman ultra-canggih Amerika akan membahayakan keunggulan militernya di wilayah tersebut, yang telah berjanji untuk ditegakkan oleh AS.
Menanggapi Netanyahu, pejabat UEA memutuskan untuk mengirim pesan ke Netanyahu dan menyampaikan "kekecewaan" mereka dengan membatalkan partisipasi mereka. Hal itu diungkap tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Walla.
Negara Teluk itu, lanjut laporan Walla, juga akan menunda pertemuan tingkat tinggi lainnya dengan Israel sampai posisi Netanyahu diklarifikasi.
Jika dikonfirmasi, laporan itu akan meredam harapan yang tidak jelas untuk persahabatan terbuka yang berkembang antara Israel dan UEA, yang merupakan negara Arab ketiga di kawasan itu yang setuju untuk menormalisasi hubungan dengan negara Yahudi tersebut. (Baca: Israel Menentang Penjualan Jet Tempur F-35 AS ke UEA )
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah bahwa penjualan F-35 Washington ke Abu Dhabi adalah bagian dari perjanjian normalisasi Israel-Uni Emirat Arab. Para pejabat tinggi AS telah mengakui bahwa mereka sedang dalam pembicaraan dengan Abu Dhabi mengenai kesepakatan senjata dan bahwa kesepakatan Israel-UEA membuat penjualan seperti itu lebih mungkin terjadi.
Namun, baik Washington maupun Abu Dhabi telah menegaskan bahwa perundingan masing-masing dimulai jauh sebelum upaya normalisasi diluncurkan.
Terlepas dari itu, menurut laporan Walla, pejabat di UEA yang terlibat dalam masalah ini mendapat kesan bahwa Netanyahu akan menghindari berbicara di depan umum menentang kesepakatan itu, terlepas dari apakah dia menentangnya secara pribadi.
Abu Dhabi juga tidak senang dengan pernyataan Netanyahu bahwa dia tidak memiliki pengetahuan tentang kesepakatan itu dan bahwa dia akan bertindak untuk menentangnya—dengan mengangkat masalah tersebut kepada anggota Kongres AS.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo bertemu dengan Netanyahu Senin pagi dan menekankan bahwa Washington berkomitmen untuk mempertahankan superioritas militer Israel di kawasan Timur Tengah, sambil tampak mengisyaratkan penjualan F-35 yang akan datang.
"Amerika Serikat memiliki persyaratan hukum sehubungan dengan keunggulan militer kualitatif, dan kami akan terus menghormati itu," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan kepada pers yang disampaikan bersama Netanyahu di Yerusalem, seperti dikutip Times of Israel, Selasa (25/8/2020).
"Kami juga memiliki hubungan keamanan 20 tahun lebih dengan Uni Emirat Arab , di mana kami telah memberi mereka bantuan teknis dan bantuan militer dan sekarang kami akan terus meninjau proses itu."
“Kami sangat berkomitmen untuk melakukan itu dan mencapai itu dan akan melakukannya dengan cara yang menjaga komitmen kami kepada Israel juga,” kata Pompeo.
Selama bertahun-tahun, Amerika Serikat telah menolak permintaan negara-negara Arab untuk membeli sistem senjata Amerika yang canggih, sebagian karena doktrin politik lama yang melibatkan Israel.
Setelah Perang Yom Kippur pada tahun 1973, Kongres AS berjanji untuk mempertahankan "keunggulan militer kualitatif" Israel di Timur Tengah dengan mempertimbangkan posisi negara Yahudi itu sebelum menjual senjata canggihnya kepada tetangga Israel.
Janji itu kemudian dikodifikasikan dalam undang-undang, meskipun baik Kongres AS maupun Israel tidak dapat benar-benar memblokir penjualan tersebut, melainkan hanya membuat rintangan.
Jet tempur siluman F-35 dianggap sebagai salah satu pesawat paling canggih di dunia. Israel sejauh ini telah menerima setidaknya 16 unit pesawat, dengan puluhan lainnya akan dikirim dalam beberapa tahun mendatang.
Netanyahu, dalam komentarnya kepada wartawan hari Senin, menegaskan bahwa perjanjian dengan Uni Emirat Arab tidak termasuk "penerimaan" oleh Israel atas kesepakatan jual beli senjata antara Washington dan Abu Dhabi.
Pompeo masih berada di Israel sebelum memulai diplomasi regional untuk mendorong lebih banyak negara di kawasan itu untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika, dari Tel Aviv, Pompeo akan terbang ke Sudan dan dari sana ke Bahrain, sebelum melakukan perjalanan ke Abu Dhabi untuk berbicara dengan Menteri Luar Negeri Emirat Abdullah bin Zayed Al Nahyan tentang perjanjian Israel-UEA dan masalah regional lainnya.
Para pejabat departemen tersebut mengatakan pemberhentian di Oman dan Qatar juga memungkinkan.
Lihat Juga: Israel Lebih Suka Trump atau Kamala Harris jadi Presiden AS ? Simak Penjelasan dan Alasannya
(min)
tulis komentar anda