Rusia Bikin Drone Kiamat untuk Perang Nuklir

Minggu, 04 Agustus 2024 - 09:22 WIB
Rusia telah mengembangkan drone kiamat yang akan digunakan untuk serangan nuklir. Foto/agenzinova
MOSKOW - Di tengah meningkatnya potensi perang nuklir antara Rusia dan Barat, Moskow telah mengembangkan "drone kiamat" yang akan digunakan untuk serangan nuklir.

Dmitry Kuzyakin, kepala eksekutif Center of Integrated Unmanned Solutions (CUS), mengatakan kepada TASS, bahwa drone kiamat First Person View (FPV), yang dikembangkan oleh spesialis Rusia, mampu memantau radiasi latar belakang dan memastikan keamanan personel di dekatnya jika terjadi serangan nuklir dan kontaminasi berikutnya.

Drone kecil yang mudah dikendalikan ini memiliki waktu terbang aktif selama 20 menit, dengan jangkauan bervariasi dari tiga persepuluh mil hingga lebih dari satu mil, tergantung pada tingkat kontaminasi nuklir. Drone ini dilaporkan dapat disimpan dengan peralatan berbasis darat.





"Saya yakin bahwa akal sehat akan menang dan dunia akan menahan diri untuk tidak menggunakan senjata nuklir dan drone kiamat kita tidak akan pernah dibutuhkan. Namun, kami percaya bahwa akan menjadi kejahatan jika tidak bersiap menghadapi skenario terburuk sekalipun," kata Kuzyakin kepada TASS, yang dilansir Minggu (4/8/2024).

Perkembangan ini terjadi setelah berbulan-bulan meningkatnya ketegangan global dan ancaman berulang Rusia untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Amerika Serikat dan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) selama perang Rusia-Ukraina yang berlangsung hampir dua setengah tahun.

Pada bulan Juni, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan pimpinan kementerian luar negeri negaranya: "Kita sudah sangat dekat dengan titik yang tidak bisa dikembalikan”, mengacu pada ancaman Moskow untuk mengerahkan senjata nuklir.

Putin telah menyetujui latihan senjata nuklir taktis, dan beberapa hari yang lalu, Rusia maju ke tahap ketiga. “Yang ditujukan untuk mempersiapkan unit Angkatan Bersenjata Federasi Rusia untuk penggunaan senjata nuklir nonstrategis dalam pertempuran," kata Kementerian Pertahanan Rusia.

Pada awal tahun 2024, Bulletin of the Atomic Scientists, sebuah lembaga nirlaba yang dipimpin oleh para pemimpin risiko nuklir, sekali lagi menyetel Jam Kiamat pada 90 detik menjelang tengah malam karena umat manusia terus menghadapi tingkat bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya.



Rusia diperkirakan memiliki 5.580 hulu ledak nuklir, menurut laporan tahun 2024 oleh Federasi Ilmuwan Amerika, yang mengatakan AS memiliki 5.044 hulu ledak.

Tujuh negara lain memiliki senjata nuklir, termasuk Korea Utara, yang menandatangani perjanjian bantuan militer strategis dengan Rusia pada bulan Juni. Namun, negara-negara tersebut dilaporkan memiliki persediaan yang jauh lebih sedikit daripada yang dimiliki oleh AS dan Rusia.

John Isaacs, peneliti senior di Center for Arms Control and Non-Proliferation, sebuah lembaga nirlaba nonpartisan yang bertujuan untuk mengurangi ancaman nuklir, menjelaskan betapa serius dan hancurnya perang nuklir dalam sebuah wawancara telepon dengan Newsweek pada bulan Juni.

“Perang nuklir berarti mengakhiri sebagian besar kehidupan di Bumi—kerusakan besar di negara Anda sendiri maupun negara lain," jelas Isaac.

"Jika Putin mulai menggunakan senjata nuklir, dia akan mati, begitu pula banyak orang di Rusia, banyak orang di Amerika Serikat atau NATO akan mati—dengan kata lain, itu bunuh diri bagi negara mana pun," katanya.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More