Ini 3 Opsi Iran Balas Dendam pada Israel atas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Kamis, 01 Agustus 2024 - 09:17 WIB
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan telah memerintahkan Teheran untuk menyerang Israel secara langsung. Perintah ini sebagai tindakan balas dendam atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Perintah Khamenei itu diungkap New York Times, mengutip tiga pejabat Iran yang diberi pengarahan tentang perintah tersebut, termasuk dua anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Khamenei memberi perintah pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu pagi, tak lama setelah Iran mengumumkan bahwa Haniyeh telah terbunuh.
Saat Teheran mempertimbangkan cakupan dan skala rencananya untuk membalas dendam dan menyelamatkan muka atas pembunuhan Haniyeh di tanah Iran, analis yang berbasis di Teheran Amir Hossein Vazirian mengatakan kepada Newsweek bahwa Iran memiliki "tiga opsi" untuk balas dendam pada Israel.
Tiga Opsi Balas Dendam Iran pada Israel
Opsi akan melibatkan apa yang disebut Vazirian sebagai "operasi langsung" yang sejalan dengan serangan rudal dan pesawat nirawak Iran berskala besar yang dikenal sebagai "Operasi Janji Sejati" yang dilakukan terhadap Israel pada bulan April.
Serangan itu diperintahkan sebagai respons atas terbunuhnya pejabat militer Iran di gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Israel dilaporkan menanggapi dengan serangan diam-diam terhadap pangkalan udara di Isfahan, sebelah selatan fasilitas nuklir Natanz Iran, meskipun tidak ada pihak yang secara resmi mengakui keterlibatan Israel.
Opsi kedua yang diidentifikasi oleh Vazirian merupakan apa yang disebutnya sebagai "operasi tidak langsung" oleh Iran.
Opsi ini mengandalkan proksi-proksi Iran, terutama Hizbullah dan Houthi—sebuah gerakan Yaman yang juga dikenal sebagai Ansar Allah yang juga terlibat dalam serangan rutin terhadap Israel selama perang pecah di Gaza.
Opsi ketiga yang dijelaskan Vazirian adalah "operasi hibrida" yang akan melibatkan serangan langsung Iran terhadap Israel serta serangan serentak oleh faksi-faksi Poros Perlawanan.
"Saya pikir Iran dan anggota Poros Perlawanan lainnya dapat menyerang kota terbesar Israel, Tel Aviv, dan bahkan Haifa," kata Vazirian.
"Penting untuk menyerang Israel secara simbolis dan pelabuhannya dalam konteks ini."
Pada akhirnya, dia berpendapat bahwa salah satu faktor yang paling menentukan dalam menentukan tingkat respons Iran akan didasarkan pada metode yang digunakan oleh Israel dalam dugaan pembunuhan Haniyeh.
"Jika pembunuhan dilakukan dari jauh dengan perangkat seperti quadcopter, mungkin Iran memutuskan untuk merespons secara tidak langsung," katanya.
Di sisi lain, jika serangan dilakukan dari dalam wilayah Iran, seperti yang dilaporkan sebelumnya, Iran mungkin akan menyerang Israel secara langsung.
Namun, dia yakin bahwa perang total tidak secara langsung diinginkan oleh kedua belah pihak.
"Saya tidak yakin Iran akan ikut serta dalam perang habis-habisan melawan Israel dan Israel tidak akan ikut serta dalam perang besar-besaran melawan Iran sendirian," kata Vazirian.
"Saya pikir ini seperti permainan catur dan baik Iran maupun Israel berusaha mendominasi prinsip permainan untuk melanjutkan keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut dan dalam perang yang sedang berlangsung di kawasan tersebut."
Javad Heirannia, direktur Studi Teluk Persia di Pusat Penelitian Ilmiah dan Studi Strategis Timur Tengah yang berpusat di Teheran, menggambarkan "situasi yang rumit" bagi Iran.
"Karena Netanyahu ingin memperluas perang untuk menyeret Iran ke dalam perang regional dan selanjutnya membawa Amerika ke dalam konflik tersebut," katanya.
Perintah Khamenei itu diungkap New York Times, mengutip tiga pejabat Iran yang diberi pengarahan tentang perintah tersebut, termasuk dua anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Khamenei memberi perintah pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu pagi, tak lama setelah Iran mengumumkan bahwa Haniyeh telah terbunuh.
Saat Teheran mempertimbangkan cakupan dan skala rencananya untuk membalas dendam dan menyelamatkan muka atas pembunuhan Haniyeh di tanah Iran, analis yang berbasis di Teheran Amir Hossein Vazirian mengatakan kepada Newsweek bahwa Iran memiliki "tiga opsi" untuk balas dendam pada Israel.
Tiga Opsi Balas Dendam Iran pada Israel
1. Opsi Pertama: Serangan Rudal
Opsi akan melibatkan apa yang disebut Vazirian sebagai "operasi langsung" yang sejalan dengan serangan rudal dan pesawat nirawak Iran berskala besar yang dikenal sebagai "Operasi Janji Sejati" yang dilakukan terhadap Israel pada bulan April.
Serangan itu diperintahkan sebagai respons atas terbunuhnya pejabat militer Iran di gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Israel dilaporkan menanggapi dengan serangan diam-diam terhadap pangkalan udara di Isfahan, sebelah selatan fasilitas nuklir Natanz Iran, meskipun tidak ada pihak yang secara resmi mengakui keterlibatan Israel.
2. Opsi Kedua: Andalkan Proksi Iran
Opsi kedua yang diidentifikasi oleh Vazirian merupakan apa yang disebutnya sebagai "operasi tidak langsung" oleh Iran.
Opsi ini mengandalkan proksi-proksi Iran, terutama Hizbullah dan Houthi—sebuah gerakan Yaman yang juga dikenal sebagai Ansar Allah yang juga terlibat dalam serangan rutin terhadap Israel selama perang pecah di Gaza.
3. Opsi Ketiga: Operasi Hibrida
Opsi ketiga yang dijelaskan Vazirian adalah "operasi hibrida" yang akan melibatkan serangan langsung Iran terhadap Israel serta serangan serentak oleh faksi-faksi Poros Perlawanan.
"Saya pikir Iran dan anggota Poros Perlawanan lainnya dapat menyerang kota terbesar Israel, Tel Aviv, dan bahkan Haifa," kata Vazirian.
"Penting untuk menyerang Israel secara simbolis dan pelabuhannya dalam konteks ini."
Pada akhirnya, dia berpendapat bahwa salah satu faktor yang paling menentukan dalam menentukan tingkat respons Iran akan didasarkan pada metode yang digunakan oleh Israel dalam dugaan pembunuhan Haniyeh.
"Jika pembunuhan dilakukan dari jauh dengan perangkat seperti quadcopter, mungkin Iran memutuskan untuk merespons secara tidak langsung," katanya.
Di sisi lain, jika serangan dilakukan dari dalam wilayah Iran, seperti yang dilaporkan sebelumnya, Iran mungkin akan menyerang Israel secara langsung.
Namun, dia yakin bahwa perang total tidak secara langsung diinginkan oleh kedua belah pihak.
"Saya tidak yakin Iran akan ikut serta dalam perang habis-habisan melawan Israel dan Israel tidak akan ikut serta dalam perang besar-besaran melawan Iran sendirian," kata Vazirian.
"Saya pikir ini seperti permainan catur dan baik Iran maupun Israel berusaha mendominasi prinsip permainan untuk melanjutkan keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut dan dalam perang yang sedang berlangsung di kawasan tersebut."
Javad Heirannia, direktur Studi Teluk Persia di Pusat Penelitian Ilmiah dan Studi Strategis Timur Tengah yang berpusat di Teheran, menggambarkan "situasi yang rumit" bagi Iran.
"Karena Netanyahu ingin memperluas perang untuk menyeret Iran ke dalam perang regional dan selanjutnya membawa Amerika ke dalam konflik tersebut," katanya.
(mas)
tulis komentar anda