Khamenei Perintahkan Iran Serang Israel, Balas Dendam Pembunuhan Ismail Haniyeh

Kamis, 01 Agustus 2024 - 08:40 WIB
Ayatollah Ali Khamenei (kiri) dilaporkan telah memerintahkan Iran menyerang Israel secara langsung sebagai balas dendam atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran. Foto/EPA-EFE/IRANIAN SUPREME LEADERS OFFICE
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memerintahkan Iran untuk menyerang Israel secara langsung. Perintah ini sebagai balas dendam atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.

Perintah Khamenei itu diungkap New York Times, mengutip tiga pejabat Iran yang diberi pengarahan tentang perintah tersebut, termasuk dua anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Khamenei memberi perintah pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu pagi, tak lama setelah Iran mengumumkan bahwa Haniyeh telah terbunuh.



Iran dan Hamas menuduh Israel atas pembunuhan tersebut.



Israel, yang berperang dengan Hamas di Jalur Gaza, tidak mengakui atau membantah pembunuhan Haniyeh, yang berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran.

Mengutip laporan New York Times, Kamis (1/8/2024), Israel memiliki sejarah panjang dalam membunuh musuh di luar negeri, termasuk ilmuwan nuklir dan komandan militer Iran.

Selama hampir 10 bulan perang di Gaza, Iran telah mencoba untuk mencapai keseimbangan, memberikan tekanan pada Israel dengan serangan yang meningkat tajam oleh sekutunya dan pasukan proksi di wilayah tersebut, sambil menghindari perang habis-habisan antara kedua negara.

Dalam serangan terbesar dan paling terbuka terhadap Israel, Iran meluncurkan ratusan rudal dan pesawat nirawak pada bulan April sebagai balasan atas serangan Israel di kompleks kedutaan Iran yang menewaskan beberapa komandan militer Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus.

"Sekarang tidak jelas seberapa kuat Iran akan merespons, dan apakah akan sekali lagi mengkalibrasi serangannya untuk menghindari eskalasi. Komandan militer Iran sedang mempertimbangkan serangan kombinasi lain dari pesawat nirawak dan rudal terhadap target militer di sekitar Tel Aviv dan Haifa, tetapi akan berusaha menghindari serangan terhadap target sipil," kata pejabat Iran.

Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah serangan terkoordinasi dari Iran dan negara-negara lain tempat Iran bersekutu dengan pasukannya, termasuk Yaman, Suriah, dan Irak, untuk mendapatkan efek yang maksimal, imbuh para pejabat Iran.

Khamenei, yang memegang keputusan akhir atas semua masalah negara dan juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, menginstruksikan komandan militer dari IRGC dan Angkatan Darat untuk menyiapkan rencana serangan dan pertahanan jika perang meluas dan Israel atau AS menyerang Iran, lanjut para pejabat tersebut.

Dalam pernyataan publiknya tentang kematian Haniyeh, Khamenei mengisyaratkan bahwa Iran akan membalas dendam secara langsung, dengan mengatakan: "Kami melihat pembalasan atas darahnya sebagai tugas kami," karena itu terjadi di wilayah Republik Islam Iran.

Dia mengatakan Israel telah menyiapkan panggung untuk menerima "hukuman berat".

Pejabat Iran lainnya, termasuk presiden yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian, Kementerian Luar Negeri, IRGC, dan misi Iran di PBB, juga mengatakan secara terbuka bahwa Iran akan membalas dendam terhadap Israel dan bahwa negara itu berhak membela diri terhadap pelanggaran kedaulatannya.

Iran dan pasukan regional yang didukungnya—Hamas, Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan sejumlah milisi di Irak—membentuk apa yang mereka sebut "poros perlawanan".

Para pemimpin kelompok tersebut berada di Teheran untuk pelantikan Pezeshkian pada hari Selasa.

Haniyeh dibunuh sekitar pukul 02.00 pagi waktu setempat setelah menghadiri upacara dan bertemu dengan Khamenei. Pembunuhan itu mengejutkan para pejabat Iran, yang menggambarkannya sebagai pelanggaran batas merah.

Menurut New York Times, itu adalah pelanggaran keamanan yang memalukan bagi Iran, yang ingin menunjukkan kekuatan tetapi tidak dapat mencegah Israel melakukan operasi rahasia di wilayahnya.

Rasa malu itu diperparah olehpembunuhan Haniyeh, kehadiran sekutu lainnya, dan fakta bahwa dia diserang di wisma tamu Garda Revolusi yang sangat aman pada hari ketika keamanan di ibu kota diperketat.

Lebih lanjut, laporan New York Times yang mengutip analis mengatakan bahwa Teheran melihat pembalasan sebagai hal yang diperlukan untuk membalas pembunuhan Haniyeh tetapi juga sebagai pencegahan terhadap Israel yang membunuh musuh-musuh kuat lainnya, seperti pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, atau pun Jenderal Ismail Qaani—komandan Pasukan Quds yang mengawasi kelompok-kelompok militan di luar Iran.

"Iran kemungkinan besar percaya bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain membalas untuk mencegah serangan Israel lebih lanjut, mempertahankan kedaulatannya, dan menjaga kredibilitasnya dimata mitra regionalnya," kata Ali Vaez, direktur International Crisis Group untuk Iran.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More